Chapter 24

1K 179 41
                                    


Sorry pren, ngeghosting sampe dua minggu lebih😭 Yaudah deh, pokoknya ini aku update😗 Semoga minggu besok gak telat lagi :D

~Read slowly and enjoy~

Yuri merawat dirinya sendiri, semalaman ia menggigil karena deman, lalu tangannya sibuk mengompres keningnya sendiri, demannya mulai turun sekitar pukul 3 dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuri merawat dirinya sendiri, semalaman ia menggigil karena deman, lalu tangannya sibuk mengompres keningnya sendiri, demannya mulai turun sekitar pukul 3 dini hari. Saat itu, barulah ia bisa terlalap walau kurang nyaman, paginya ia bangun dengan kondisi tubuh yang lebih baik. Walau lemas masih menyerangnya, Yuri paksakan saja tubuhnya untuk bangkit lalu berbenah.

Penerbangannya ke Australia tidak bisa lagi ditunda. Ia sudah menyempatkan memesan tiket dari hari kemarin. Jimin dan Saehan sudah menikah, ia sudah mengirim pemintaan maaf pada Taehyung dan pria itu membacanya. Itu sudah lebih dari cukup. Terakhir, ia mengambil cuti hamil selama satu tahun, dan menyerahkan urusan perusahaan pada paman Hong, lalu urusan lainnya Jimin akan menghandlenya. Yuri benar-benar mengurus semuanya dengan baik.

Yuri masih menunda mandi pagi, karena merasa suhu udara masih dingin. Ia masih memakai hoodie oversize putih dan celana piyama hitam, sibuk melipat-lipat pakaian dan menyusunnya di koper. Penerbangannya pada siang ini, ia berencana menunggu matahari sedikit lebih hangat baru ia akan mandi dan berangkat. Sesaat setalah ia selesai berbenah, Yuri dudukkan dirinya di pinggiran kasur lalu menyeka keringat tipis di pelipisnya. Lalu ia pegangi perutnya yang besar.

"Bangun sayang, kita akan berangkat sebentar lagi." Yuri merindukan bayinya di dalam sini, ia ingin ditendangi lagi seperti kemarin. Tubuhnya sudah lebih baik, ia sudah sangat siap jika di dalam sana bayinya menendang-nendang lagi.

Satu deringan ponsel menyita perhatian, tangan kanannya cepat meraih benda itu di samping bantal. Dua notifikasi pesan ia dapati di layar ponselnya. Salah satunya dari paman Hong, dan langsung saja ia baca pesan itu.

"Nona, Yu. Mari saya antar ke bandara. Anda tidak boleh pergi sendiri. Jangan pikirkan Lee Taehyung lagi, anak itu memang otaknya tinggal separuh. Saya kesal juga dengannya."

Membaca itu Yuri sempatnya tersenyum lucu, paman Hong sudah seperti orang tuanya saja. Lantas ia balas pesan itu. "Terima kasih, paman. Aku diantar Jimin dan Saehan saja."

Yuri masih memikirkan suara Taehyung yang semalam. Mengingat seberapa kasarnya tuturan pria itu, Yuri sangat yakin Taehyung muak padanya. Yuri memijat pangkal hidungnya, yang terpenting Taehyung masih sudi membaca suratnya apalagi menghubunginya. Itu sudah teramat cukup untuknya.

Waktunya ia pergi, dan setelah ini ia tak akan mengusik Taehyung lagi.

Lalu, setelah lama meratap. Ia buka satu pesan lagi, kali ini dari Saehan. Pesannya masuk sekitar pukul tujuh pagi tadi. "Eonnie, aku membuat pizza rumahan. Nanti aku bawakan ke sana. Tunggu saja ya!"

Anak itu, padahal baru menikah kemarin. Tapi paginya mengabari membuat pizza. Si Jimin bodoh, masa mereka menghabiskan malam pertama dengan membuat pizza. Yuri tak habis pikir lagi, dengan kelakuan dua insan yang mengaku-ngaku sayang padanya itu, tapi tak peka jika semalam Yuri demam.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang