Chapter 20

1K 163 27
                                    

~Read slowly and enjoy~
.
.
.
.
.
.


Yuri masih menumpuk rasa bersalah, akhir-akhir ini ia sering memikirkan banyak hal yang tidak-tidak. Bae Seojung dan sopir itu sudah diurus, setelah melakukan sidang, Yuri menjadikan Saehan sebagai pengacaranya. Proses itu berjalan sebagai mana mestinya, kurungan 20 tahun penjara untuk Bae Seojung rasanya masih belum cukup bagi Yuri. Tapi, jika dipikir-pikir itu hukuman yang pantas.

Ia masih sulit memaafkan Bae Seojung, memang memaafkan atau tidak, tak akan membuat keluarganya kembali. Yuri masih menumpuk amarah dan menyimpannya dalam hati.

Banyak sekali yang membuat kepala Yuri hampir meledak, sialan sekali memang. Sampai tak terasa kini kandungannya sudah memasuki minggu ke-28 Yuri tak terlalu memikirkannya, karena terlalu sibuk menyelesaikan masalah, belum lagi memikirkan Taehyung....

"Terima kasih Saehan....." Yuri tak bisa membungkuk lebih dalam mengingat kandungannya yang menghalangi. Mereka masih berada di depan gedung pengadilan, sidang berakhir dan Saehan melakukan hal yang terbaik untuk membantunya.

"Sudah berapa bulan?" Saehan sejemang tersenyum tipis, lalu matanya menyorot ke arah perut Yuri.

"Entahlah, mulai masuk 28 minggu mungkin. Aku belum melakukan pemeriksaan lagi," kata Yuri menjawab.

Saehan mengangguk-angguk pelan. "Jimin tak datang, ke mana dia?" alih-alih berbasa-basi, Saehan menanyakan keberadaan pria itu.

Jimin tak pernah datang selama persidangan. Saehan sering meneliti kursi-kursi selama sidang berlangsung, tapi ia tak menemukan sosok Jimin di sana. Jadi Saehan beropini pria itu sengaja menghindarinya, ya pasti begitu. Terserahlah Saehan juga tidak perduli. Baguslah jika Jimin punya rasa malu, dan tak berani menampakkan diri di depannya. Ia melakukan yang terbaik untuk membantu Yuri, tentu saja itu yang terpenting.

"Eonnie....." panggil Saehan palan, setelah melihat langkah Yuri sedikit mendahuluinya.

"Um? Kenapa Sae?" Lirik Yuri sekilas ke arah belakang.

"Terima kasih...." kata Saehan lagi.

"Untuk?"

"Sudah membuatku kembali menekuni dunia impianku.... Jika tak bertemu denganmu, aku tak akan kembali ke bidang ini." Inilah mengapa alasan dirinya mau membantu Yuri, setelah kematian ayahnya. Saehan tak punya minat lagi pada cita-cita yang sudah diraihnya, ini kasus pertama yang ia selesaikan setelah lama ia berhenti. Kini, ia merasa menaruh minat kembali dan itu karena Yuri.

"Ayahmu, paman Joo pasti senang melihatmu kembali...." Yuri tersenyum lalu menghentikan langkah.

"Boleh aku panggil Eonnie?" tanya Saehan pelan.

"Tentu."

Saehan mengembangkan senyum lebar, ia langsung menggandeng lengan Yuri. Walau Jimin lebih memilih Yuri daripada dirinya, Saehan rasa ini yang terbaik. Ia masih sakit hati pada perlakuan Jimin, tapi Yuri posisinya tak mengetahui apa-apa tentang hubungannya dengan Jimin. Saehan tak menyalahkan Yuri, ia hanyalah orang baru yang singgah di hidup Jimin. Ia berbeda dengan Yuri, yang tumbuh bersama dengan Jimin. Jika disuruh pilih, Jimin jelas memilih Yuri dibanding dirinya.

Mulai sekarang, Saehan berusaha menjalaninya. Ia tak mau terus-terusan berpusat tentang Jimin-Jimin saja, ada banyak hal yang lebih penting dari Jimin.

"Mau aku traktir? Bersulang untuk kelancaran sidang tadi," tawar Yuri pada Saehan.

"Aku mau..." Saehan mengangguk-angguk cepat. Lihatkan, sekarang berteman dengan Yuri itu lebih baik daripada harus memusuhinya karena si Jimin sialan itu.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang