Chapter 8

1.3K 159 18
                                    

[ Warning ! ]

----

Perungunya menangkap suatu suara pintu yang berderit samar, bersama langkah kaki yang terasa semakin dekat, Yuri bisa merasakan atensi yang sudah ia hapal di luar kepala itu semakin mengikis jarak tanpa jeda.

Alih-alih menggubris, Yuri semakin menyibukan diri memasukan beberapa pakaian yang masih bermandrol cap itu ke dalam kopernya.

"Tidak akan lamakan?" suara itu kemudian pelan memasuki gendang telinganya.

"Tidak Jim," Yuri membalas. Lalu detik berikutnya, penghidu Yuri menangkap aroma Jimin, karena pria itu merengkuhnya pelan.

"Sampai kapan?" ujar Jimin.

"Sampai aku bisa menemukan bukti atas pembunuhan itu, lalu mengambil kembali hartaku, atau setidaknya aku bisa mengambil milik keluargaku lagi."

Jimin semakin mengeratkan dekapan, hidungnya mengecap sebuah wewangian manis dari tubuh Yuri. Jimin mendorong tubuh Yuri hingga wanita itu menyapa kasur, Jimin kemudian mengukung tubuh Yuri di antara tangannya.

Jimin menandai wewangian wanita itu penuh rindu, mendekatkan wajah sampai hidung mereka bersentuhan, napas mereka saling menerpa. Surai Jimin terjuntai di plipis Yuri, mengelitik mengundang desir dalam hati, sang pria lalu mengecup puncak hidung Yuri sedetik.

"Pulanglah, jangan terlalu lama bersamanya," ujar Jimin kemudian.

"Hm, aku pasti pulang. Tunggu aku ya."

-----

"Ini rumahmu Tuan Lee?" Kata Yuri berpura-pura antusias, saat mobil itu melintasi pekarangan rumah yang rapih dengan beberapa tanaman yang terawat.

Taehyung tidak langsung menanggapi, tapi matanya terus memperhatikan gerak-gerik wanita yang terlihat sangat antusias tersebut.

"Di rumahku, ada satu kepala pelayan dan dua bawahannya, salah satunya adalah tukang kebun yang mengurusi tanaman-tanaman itu." Taehyung memberhentikan mobilnya tepat di depan garasi yang tertutup.

Saat Yuri mengeluarkan tubuhnya dari mobil, ia bisa melihat pemandangan di sekitar pekarangan rumah, terasa lebih nyata ketika dilihat secara langsung. Yuri bisa melihat, bunga lavender bergumul di suatu pojok pekarangan, lalu bunga tulip, yang berbaris mengelilingi sekitar teras garasi. Diam-Diam Yuri tersenyum lembut, Yoora memang menyukai bunga-bungaan yang lembut dan manis, mirip seperti jiwanya.

"Mendiang istriku sangat menyukai bunga-bungaan, dia memintaku membeli bibit-bibit bungga itu, dia selalu kukurung dalam rumah, dan salah satu kegiatannya adalah mengurusi tanaman-tanaman ini," ujar Taehyung, saat melihat sosok Yuri masih menatap kagum sekitarnya.

"Kau kurung?" Yuri berpura-pura tidak mengerti.

"Ada alasannya aku melakukan itu."

"Tuan Lee sudah pulang? Ehh--" Yuri menoleh ke arah samping, tepat di teras depan rumah samping garasi mobil. Seorang wanita paruh baya mencuri perhatiannya. Tatapan wanita berumur itu terkunci ke arahnya, dengan pandangan sulit diartikan. Lalu, dengan wajah yang masih memasang raut bingung, si wanita berumur itu menghampiri mereka.

"Ah, Bibi Bae. Ini Yuri, dia akan tinggal di sini bersamaku. Kuharap Bibi Bae, tidak terlalu ingin tau kenapa aku mengajaknya tinggal bersama," ujar Taehyung, seperti mengerti raut keheranan Bae Seojung.

"Dia--"

"Aku Shin Yuri Bibi." Yuri cepat-cepat membungkuk, memotong kalimat apapun yang akan dilayangkan Bae Seojung. Yuri lalu menatap dalam, seolah menyiratkan kecemasan. Wanita berumur itu pasti terheran saat melihat dirinya di sini, terakhir mereka bertemu di upacara pemakaman.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang