Chapter 23

1K 181 41
                                    

~Read slowly and enjoy~
.
.
.
.
.

Shin Yuri rasa mataharinya terlalu cepat merengsek pagi ini, ia merasa baru menutup mata selama satu jam untuk tidur lalu dering alarm membangunkannya. Ia bangun dengan rasa kaku pada sekitar pinggang, rasa-rasanya ingin memanjakan diri, pindah ke kasur empuknya lalu meleha-leha karena malas. Tapi, tentu ia harus pupuskan niat itu, karena mau tak mau pagi ini ia  punya jadwal yang menunggu diselesaikan.

Dengan seribu niat ia bangkit seraya merentangkan tangan, menguceki mata dan menyikap selimut yang terlalu baik memeluknya sepanjang malam tadi. Sepuluh menit berikutnya, barulah ia merasai tubuhnya terasa lebih nyeri dari kemarin, Yuri mendesah lelah karena baru sadar ia tidur di atas kursi dengan posisi meringkuk sepanjang malam, untungnya ia sempat mengambil selimut demi menyelesaikan pekerjaan kantor, lalu ternyata ia malah ketiduran.

Ini hari pernikahan Jimin dan Saehan. Ia tak punya waktu meratapi nyeri di sekujur tubuhnya lebih lama, maka dari itu tanpa sarapan ia bersiap lalu sebelum keluar rumah ia menenggak sebutir pereda nyeri otot dan segelas air putih dengan terburu-buru.

Ia tiba di tempat acara sekitar pukul 10 pagi. Tungkai jenjangnya berjalan anggun walau pinggang dan kepalanya bukan main tak nyamannya. Di saat-saat seperti ini, tubuhnya malah tak enak untuk diajak beraktivitas. Ia takkan sanggup jika harus berdiri lama-lama, sepertinya nanti ia harus minta maaf pada Jimin dan Saehan karena mau pulang cepat. Mataharinya terlalu terik kendati masih jam sepuluh pagi, ia ke sini bahkan tanpa poles riasan yang tebal, warna merah peach lipstiknya bahkan terlihat kurang sehat karena kondisi bibirnya yang kering, meski gaun dressnya nyaman, itu tak membantu banyak untuk suhu tubuhnya yang terasa makin meningkat.

Setelah masuk lebih dalam, barulah ia melihat altar di mana Saehan dan Jimin tengah berdiri di sana. Saehan menyambutnya dengan senyum lebar, setelah bola matanya bersirobok, tangannya melambai-lambai seolah tak sabar untuk dihampiri sementara Jimin berdiri tegap, tapi wajah gugupnya masih terlihat ketara sekali, pria itu ikut melambai seperti anak kecil girang yang keinginannya baru saja terkabul.

Yuri balas melambai pada keduanya.

"Kau terlambat Shin Yuri," sambutan Jimin setelah Yuri sampai ke posisi mereka. Jimin merangkul lengan istrinya dan Saehan tersipu malu lalu senyum lagi sampai garis foundation pada sekitar bibirnya membekas karena senyumnya terlalu lebar, mata Saehan menyipit cantik, alisnya terlukis rapi dan rambut yang biasanya terurai pendek kini dicepol lalu dikerudungi veil. Tangan kenan Saehan masih terus menggenggam rangkaian bunga lily of the valley.

"Kau melewatkan acara utamanya." Decak Jimin sebal.

"Ahhh, sorry. Aku terlambat bangun," Yuri terkikik lalu mengelus tengkuknya yang bergidik karena sepoi angin. Nah kan, tubuhnya mulai meriang.

"Bisa-bisanya sampai terlambat bangun."

Yuri mengibaskan tangannya di depan muka. "Ahh, pokoknya apapun itu, selamat untuk kalian." Yuri menjabat tangan Saehan yang rona wajahnya makin terlihat cerah.

Jimin dan Saehan membalasnya dengan rengkuhan, Yuri sempat terkejut sepasang pengantin baru ini menariknya tanpa aba-aba. Mereka berdua memeluk Yuri dengan hangat sampai si empu tubuh mengharu. Yuri membalas dengan mengelus-elus bahu Jimin dan Saehan. "Kalian keluargaku, aku sayang kalian...." katanya berbisik di antara Jimin dan Saehan.

"Kita keluarga," balas Saehan.

Yuri melepas pelukan mereka, hampir-hampir menangis haru jika saja Saehan tidak tiba-tiba stagnan dan meremas lengan Jimin kuat, seolah memintai pertolongan. Yuri dan Jimin menatapi Saehan meminta penjelasan; ada apa?

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang