Chapter 6

1.4K 179 40
                                    








Sekoyong-koyong kaki jenjang itu menapak dataran dengan kaki telanjangnya, memilih menenteng alas kaki bertumit lancipnya lalu berjalan pelan menuju hunian, matahari masih mengintip, belum benar-benar berani mengusir bulan, karena masih di jam dini hari. Tepatnya pukul lima pagi, di tengah embun yang sedang melayang di tengah udara. Menempel, di pipi Yuri menciptakan rasa dingin dan lembab, berkali-kali, Yuri megosok-gosokkan bahunya, berusaha menciptakan rasa hangat yang menjalar.

Gila saja, dengan kemeja tanpa dalaman, rok span ketat. Ia berkeliaran di tengah udara pagi buta. Well, untung saja si Taehyung itu mengizinkannya pulang, berbaik hati mengantar sampai depan gedung apartemen. Dasar pria bajingan, Yuri berkali-kali mengumpati pria itu, kemeja miliknya sudah terkoyak, karena tarikan kasar pria itu. Setidaknya pria itu harusnya mengerti, pinjami jaket, coat, atau hoodie. Terserah, pokoknya pakaian yang lebih hangat. Tapi Taehyung malah hanya melempar kemeja tipis berwana navy yang kebesaran miliknya. Sedangkan pria itu memakai coat hangat tanpa peduli.

Tapi tidak apa juga, setidaknya Yuri berhasil menarik perhatian Taehyung dengan cara yang sedikit gila ini. Dompetnya sudah penuh, karena lembaran uang dari pria itu. Usai tubuhnya digarap, sampai bagian pangkalnya nyeri. Taehyung mendekapnya, mendusel di leher. Dan menanyakan Yuri sedang menginginkan apa. Jelas Yuri menjawab, ia butuh uang untuk berfoya-foya. Sungguh, dari mana ia belajar menjadi jalang seperti itu? Pembalasan dendam ini sungguh membuatnya gila.

Yuri berhenti menggerutu ketika langkah sudah membawanya ke depan pintu apartemen Jimin, mengetik tombol sandi yang cukup membeku karena udara pagi, Yuri cepat mendorong pintu dan pandangannya sudah disambut oleh suasana ruangan yang hangat.

Melempar sepatu hak tingginya, lalu menjatuhkan tubuh di atas sofa mungkin tidak buruk juga. Yuri mengacak-acak surainya hingga berantakan, pikirannya kembali melayang, ia masih merasakan sentuhan Taehyung, sentuhan itu seolah-olah masih menjalar di bagian paha, dada, dan lehernya seolah mengelitik tanpa jeda. Ini pengalaman pertamanya, dan ia melewatkan itu dengan Taehyung.

"Pantas kau menyukainya Yoora....." gumam Yuri kemudian, sembari mata memandangi langit-langit ruangan bersama remang-remang cahaya yang masuk melalui celah jendela kaca.

Pria itu tampan, tinggi tegap, permainan di atas ranjangnya juga hebat. Entahlah karena itu pengalaman pertamanya, Yuri merasa itu pengalaman yang hebat. Memang Lee Taehyung itu pria yang sempurna soal fisik, tapi dengan bodohnya Yoora malah terperangkap.

"Baru pulang?"

Yuri cepat-cepat bangkit, mengambil bantalan di sofa dan memeluknya, pasti bagian kecil di dadanya menonjol, karena ia tidak memakai dalaman. Ketika Jimin datang dan menghidupkan ruangan, Yuri berusaha menutupi bagian dadanya.

"Masih bertanya, jelas-jelas aku sudah di sini" Yuri berusaha tak acuh, melenggang pergi melewati Jimin.

"Gisele sudah pulang?"

"Sudah dari berjam-jam yang lalu, Tuan Lee yang mengantarmu ke sini?" Menatap presensi Yuri yang berantakan, Jimin menyandarkan pinggangnya di punggung sofa.

"Hm, aku juga dapat uang darinya." Yuri berucap santai.

"Resmi jadi jalang ya sekarang" Jimin terkekeh, lalu menatap Yuri dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kau akan lihat nanti apa yang aku rencanakan" sejenak Yuri menghentikan langkah, membalik tubuh dan balas menatap Jimin.

"Hm, jangan lupa bermain aman. Jika kau hamil, rencanamu akan kacau nanti"

"Kau pikir aku anak kecil?"

"Di mataku kau memang selalu ceroboh seperti anak kecil"

------

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang