Chapter 15

1.2K 176 53
                                    


[ Warning!!!! ]

.
.
.
.
.
.


Semurat jingga sudah tenggelam di langit sebelah barat, cahaya bulan menyorot malu-malu karena langit masih berwarna keunguan, sementara lampu-lampu perkotaan sudah mulai menyala. Kesibukkan malam sepertinya mulai berlangsung. Shin Yuri, memandangi lampu-lampu itu dari jendela apartemen Jimin, sibuk dengan sebelah tangannya yang menempelkan ponsel di depan telinga.

Rambut seindah warna caramel itu kini sudah digulung hampir sampai puncak kepala, sisa rambut yang tak terikat menjuntai berantakan membelai kulit leher. Jimin bilang Yuri cantik dengan tatanan rambut yang setengah berantakkan —padahal ia tak merasa demikian. Rambut berantakkan sama dengan artinya ia malas menata rambut.

Mata Yuri meneliti kendaraan-kendaraan di luar sana seolah menarik perhatiannya, gemerlap kota seperti mengundang tantangan. Sudah lama sekali ia tak memasuki dunia malam —berpesta bersama Jimin, memasuki klub malam seraya meneguk wiski. Yuri tak ingat kapan rasa bebas itu ia rasakan, kapan terakhir kali ia bebas menghabiskan waktu bersama Jimin.

Sekarang, ia terkekang. Semenjak kejadian dikapal pesiar bersama pengungkapan rasa pria itu. Yuri dikekang, pria itu seolah menciptakan jeruji tak kasat mata yang membatasi setiap langkahnya. Seperti sekarang, padahal baru siang tadi ia meminta izin untuk menghabiskan waktu bersama Jimin lebih lama, tapi tepat saat langit baru berubah warna Taehyung sudah sibuk menghubunginya. Untuk apa lagi? Tentu saja menyuruh pulang.

Apa seperti ini rasanya punya kekasih? Pergerakkannya tak bebas, selalu ada batas antara teman laki-laki dan perempuan, selalu ada larangan yang pria itu berikan padanya.

"Iya-iya aku akan pulang. Jangan cerewet, kau pikir usiaku berapa tahun sampai tersesat," Yuri masih menggerutu dengan sebelah tangan sibuk menahan ponsel di depan telinga, sementara tangan satunya melipat dengan jari-jarinya yang menggenggam hasil tespek.

"Kau mencari pria lain?"

"Iya aku mencari pria lain kau mau apa?" Yuri sedikit menahan senyum, pertanyaan Taehyung dari seberang sana benar-banar terdengar kekanak-kanakkan. Pria itu seperti pengangguran yang bingung ingin melakukan apa, sampai menanyai hal tak jelas seperti itu.

"Memangnya ada pria yang mau dengan wanita mesum sepertimu?" katanya membalas.

"Mulutmu itu! Lagipula memang banyak yang mau denganku."

"Siapa memangnya?"

"Jimin salah satunya. Bahkan kami habis bercinta tadi." Kejahilan Yuri semakin menjadi-jadi, ia ingin sedikit mengada-ngada karena bosan. Ingin melihat reaksi kekanak-kanakkannya Taehyung lagi.

"Pembual yang handal, jika benar akan kupecat Jimin, lalu kau kukurung dalam kamar mandi tanpa busana."

"Terdengar menggiurkan." Yuri terkikik, lalu menoleh ke arah belakang.

Ah, jangan lupakan sosok Jimin yang sedari tadi duduk seraya senyam-senyum sendiri mendengarkan percakapannya dengan Taehyung. Sementara Yuri masih senantiasa meladeni ucapan konyol Taehyung di seberang sana.

"Lima belas menit, jika belum sampai rumah. Akan kuseret kau dari sana."

"I don't care..... Aku mau makan ramyeon dengan Jimin!" Yuri langsung memutus sambungannya.

Baru saja memutus sambungan telepon. Tapi kini ia sudah mendapati sosok Jimin sudah berdiri di sebelahnya, pria berkaus hitam itu kini tak lagi senyum-senyum seperti tadi, air wajahnya berubah. "Menikmati sandiwaranya Lady?" sindir Jimin membuat Yuri menyungingkan senyum miring.

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang