Epilog

1.3K 142 26
                                    


Ia cerkau kuat-kuat beton keras itu, mata sewarna madunya mengintip awas sekaligus amati gerakan kaki hasta demi hasta. Kelopak mata yang bulunya tak begitu lentik itu buru-buru menutup lagi saat suara dentuman keras melanting dari sana. Yoora buru-buru sembunyikan diri lagi di balik dinding-dinding beton. Bibir kecil merah jambunya agak gemetar saat kali ini dengar teriakan dari sahabat kecilnya di sana. Yoora mengumpat memaki lelaki itu. "Jeonggu tolol!"

Gadis itu kemudian berlutut, mengintip lagi adegan penuh kekerasan ada di sana. Sumpah, Yoora tidak suka Jeonggu sok pahlawan begitu. Kalau saja Jeonggu tidak menyuruhnya menyembunyikan diri, sudah dari tadi ia lemparkan tas sekolahnya yang berisi buku-buku tepal ini ke wajah para lelaki jelek itu.

"Kau anak orang kaya, masa tidak punya uang!" Kerah kemeja Jeonggu ditarik sampai wajahnya mendongak.

Yoora hampir saja berlari saat lihat Jeonggu makin terpojok di sana. Salah satu anak pengganggu itu memukul drum kosong sampai gaduh, Jeonggu terkejut dan semakin kecil mencerut di hadapan para anak berandal itu.

"Baiklah kalau kau tidak punya uang, mana si anak emas itu?" Yang mencengkram kerah Jeonggu semakin emosional lalu mengoncangkan tubuh Jeonggu. "Ayo bilang mana dia! Aku yakin uang dia pasti lebih banyak dibanding uangmu!" setelah selesai bicara, anak laki-laki itu dengan enteng menendang tulang kering Jeonggu kuat-kuat.

Jeonggu roboh dan dadanya diinjak, anak remaja itu memegang kaki besar yang tengah menginjak dadanya seraya meringis-ringis. "S-sumpah aku tidak pulang dengan Yoora hari ini, aku tidak tahu di mana dia sekarang," ucapnya terbata-taba sambil tahan kacamatanya di posisi.

Sialan, kan. Ujung-ujungnya yang diincar Yoora juga. Jeonggu itu terlalu lembut untuk ukuran seorang anak laki-laki. Ini bukan pertama kalinya, mereka sering diganggu oleh para pemaksa ini. Mereka geng pemberontak sekolah yang terkenal tukang palak. Anak-anak orang kaya seperti Yoora dan Jeonggu memang kerab kali jadi bahan gangguan.

Yoora ingin berteriak, ingin melempari mereka dengan batu atau menjejali mata dengan pasir. Saat salah satu dari mereka masih menginjak dada Jeonggu keras-keras, pekikan Yoora tertahan di tenggorokan Yoora ambil ancang-ancang menyerang karena di sana Jeonggu terlihat semakin kesakitan.

"Kau gila! Ibunya seorang pengacara, habis kau nanti kalau sampai si anak cengeng ini mati," peringat salah satu dari mereka.

Yoora celingukan mencari senjata, ia ambil sebalok kayu besar dan digenggamnya kuat-kuat. Yoora hampir keluar dari persembunyian saat suara peringatan Jeonggu sebelum ini berputar di kepalanya.

"Aku harus bilang apa nanti pada paman Lee, kalau sampai kau terluka? Pokoknya sembunyi saja! Awas kau!"

Yoora berdecak kesal, ia hendak kakinya kuat-kuat lalu makin kuat mengenggam balok kayu. Terserah, ia tidak peduli apa kata Jeonggu sok pahlawan itu. Justru Yoora yang khawatir, apa yang dia katakan pada bibi Saehan dan paman Jimin kalau sampai Jeonggu pulang babak belur.

"Minggir kalian orang-orang jelek! Singikirkan kaki najismu dari Gugu!" Yoora datang sambil berlari lalu hantamkan balok di punggung orang yang tengah menginjak Jeonggu. Anak lekaki itu meringis merapi punggungnya lalu buru-buru menyingkir.

Yoora segera ambil kepala Jeonggu, nyatanya Jeonggo setengah sadar lelaki itu sempat mengomel padanya. "Kenapa kau keluar Yoora bodoh!"

"Gugu, kau tidak apa-apa? A-ayo cepat lari," Yoora gemetaran seraya bantu Jeonggu berdiri. Yoora kalungkan lengan Jeonggu pada bahunya, namun saat hampir berdiri dada Jeonggu kembali dihantam kuat-kuat dengan balok kayu yang Yoora bawa tadi.

Yoora teriak histeris ia ikut terjerembab karena Jeonggu yang jatuh. Kali ini, Jeonggu sukses pingsan dan lengan Yoora sukses ditarik kasar-kasar. "Kena kau Lady!"

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang