Chapter 19

946 174 47
                                    

~Read slowly and enjoy~

.
.
.
.


Yuri bisa saja kehilangan kendali, memasuki rumah dengan langkah yang menghentak kuat. Siapa lagi? Tentu ia mencari wanita licik yang membunuh keluarganya. Wajahnya merah dan rahang mengetat sementara tangan mengepal di sisi tubuh. Ia menemukan wanita itu, bersiap menghadiahi tamparan jika saja Jimin tak menahannya.

Yuri menghempas tangan Jimin pada lengannya. Jimin brengsek! Di saat seperti ini bisa-bisa pria itu menyuruh menahan amarah. Padahal ia sudah mendidih, menyumpah serapah dalam hati. Sampai rasanya ingin berteriak-teriak.

Kini sosok Bae Seojung sudah berada di depannya, berdiri dengan pandangan lurus ke depan tanpa ekspresi, jangan bilang wanita itu sudah tahu maksud kemarahannya. Bagus jika orang licik ini tak lari terbirit-birit, Yuri bisa memakinya sampai puas.

"Kita sudah seperti keluarga."  Yuri menggeleng miris.

Sempat limbung saat Bae Seojung membalasnya dengan tatapan sinis, Yuri menyandarkan punggunya di tembok lalu meraup rambut bagian depan meremasnya pusing. Walau dalam hati ia berharap ini semua mimpi, tapi saat Bae Seojung balas menatapnya sinis Yuri sadar ini semua bukan mimpi. "Kau tau maksudku, Bae Seojung!" entah sekarang di mana ia meletakan attitude baiknya, yang jelas rasanya ia tak ingin memanggil Bae Seojung dengan panggilan hormat lagi.

"Saya tau Shin Yuri." Bilah bibir itu akhirnya bertutur.

"Kau melihat aku dan Yoora dilahirkan, lantas kenapa?" Alisnya bertaut, karena benar-benar akal sehatnya tak sampai memikirkan hal buruk pada Bae Seojung sebelum ini.

"Kau teman ibuku," lanjutnya lagi tanpa gemetar sedikit pun.

Yuri terus merenteti Bae Seojung dengan kalimat-kalimat pernyataan. Tak tahu lagi harus bagaimana. Tapi yang jelas, Bae Seojung harus bertanggung jawab karena semua ini. Jimin masih ada di ujung sana, membelakanginya dengan menaruh tangan di saku celana. Pria tua yang Yuri temui di persimpangan, sudah mengakui kesalahannya dan menyerahkan diri ke polisi, pria tua itu menunjukan gelaja-gelaja depresi, hidup dihantui rasa bersalah memang buruk. Sekarang sebelum polisi datang ke rumah, Yuri ingin Bae Seojung bicara padanya.

"Aku sudah seperti keluarga kalian. Sangat dekat," Bae Seojung tiba-tiba berucap membuat Yuri langsung memusatkan pandangannya. "Tanyakan sendiri pada ayahmu, kenapa dia begitu tega padaku yang kalian anggap keluarga ini."

Yuri menelisik kalimat-kalimat itu, mencari-cari maksud dari kalimat Bae Seojung yang menyeret ayahnya. "A-ayah?"

"Kenapa dia tega menyuruhku mengugurkan kandungan." Bae Seojung masih menatap lurus, tapi lelehan air mata sudah mengalir di pipinya yang keriput.

Sungguh jika dilihat, Yuri tak pernah mengira wajah seteduh itu bisa membunuh orang. Ia tak mengira tangan yang selembut sutra itu adalah tangan dari seorang pembunuh.

"Jika kalian menganggap aku keluarga! Bukan seperti itu caranya Shin Yuri!" kalimat itu meninggi di akhirannya, Bae Seojung menepuk-nepuk dadanya yang sakit.

"Kalian... berselingkuh di belakang ibuku?" Yuri hampir saja merosot, tapi untung kakinya masih sanggup menahan bobot tubuh.

"Ibumu itu sulit hamil, saat-saat Soeun prustasi karena tak kunjung hamil dia sering menghindari Tuan Hyusuk. Ayahmu datang padaku karena prustasi... Pria mana yang tak prustasi saat istrinya menghindar terus?"

Red Lipstick [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang