Haidar dan ketiga temannya berada di kantin sekolah. Karena jam kosong, keempat murid yang teladan dalam melanggar peraturan itu membuat mereka merasa malas untuk mencatat pelajaran. Sebenarnya keempat anak ini adalah anak yang cepat tanggap. Jadi meskipun belajar h-1 sebelum ujian saja, mereka bisa mendapatkan peringkat.
"Akhh, sakit Anj."
Rendra yang mengompres pinggir bibir Haidar mendapatkan pukulan kecil dari Haidar.
"Yeu, anj. Masih mending gue bantuin. Daripada gue nyuruh si Raisa obatin lo."
"Malah makin gak karuan muka dia, Ren." sahut Nathan dengan tawa setelahnya.
"Gila ya tuh cewek. Kenapa gitu setiap ngeliat gue kaya mau nonjok sama ngajak ribut." ucap Haidar seraya memegang pinggir bibir nya yang sudah diolesi salep.
Rendra menatap tajam Haidar, seperti 'jangan dipegang bego.' membuat Haidar terkekeh, lalu mengucapkan maaf.
"Sekarang udah kesampaian dia, buat nonjok lo." ucap Jevan.
Nathan tertawa membuatnya semua tertawa kecuali Haidar. Haidar malah asik menatap Raisa yang baru masuk kedalam kantin. Raisa tersenyum pada ibu kantin, sangat ramah.
"Yang diomongin langsung ada aja." kata Nathan tertawa, membuat Jevan dan Rendra menatap apa yang di tatap Nathan.
Raisa berjalan kearah keempat laki-laki itu. Membuat Haidar tersenyum kecil. Setelah sampai, Raisa menatap Jevan, tidak menatap yang lain.
"Jev, lo dipanggil Pak Dean."
"Mampus gue. Kesana dulu bro."
Jevan memang teman sekelas Raisa yang padahal Jevan sendiri adalah ketua kelas. Namun, ia sering bolos seperti saat ini. Jevan pamit pada yang lain dan berjalan disamping Raisa.
"Mereka berdua cocok gak sih?" tanya Rendra tiba-tiba.
"Bener juga Ren. Nanti kasih tahu Jevan, biar dia deketin Raisa haha."
"Ayo taruhan. Menurut kalian, Jevan bisa ga naklukin hati Raisa?"
Ide jahil seorang Haidar membuat kedua temannya menatapnya, aneh.
"Taruhan? Ogah. Dosa Dar."
Rendra pergi meninggalkan Haidar dan Nathan, namun saat Haidar menatap Nathan. Nathan jadi ikut pergi menyusul Rendra yang pasti Haidar tahu mereka berdua akan kemana.
Rooftop.
--
Raisa berjalan naik ke atas. Ke rooftop. Dimana tempat yang paling nyaman bagi Raisa. Ia juga bisa mengeluarkan kebiasaan buruknya tanpa merugikan orang lain. Yaitu, merokok.
Raisa bersandar pada dinding yang tak jauh dari pintu masuk. Mengeluarkan satu batang rokok dan korek nya. Menghisap rokok itu setelah terbakar.
Ia menatap langit yang cerah namun tidak panas. Angin yang sejuk membuat Raisa sangat nyaman disini.
"Baru tahu gue, lo ngerokok."
Raisa hampir saja tersedak karena ucapan dan datangnya Haidar entah darimana.
"LO GILA?! MAU BIKIN GUE MATI?!"
"Bukan gue kali yang bikin lo mati. Tapi rokok."
Raisa membuang rokoknya lalu menginjaknya. Ia benar-benar tidak suka jika seseorang menganggu nya.
"Mau kemana lo?"
Haidar menahan lengan Raisa, saat Raisa ingin turun kebawah.
"Lepas."
"Sesudah lo jawab pertanyaan gue."
Raisa melepas paksa tangan Haidar, lalu menatap Haidar tajam.
"Lo bisa gak sih, jangan muncul didepan gue lagi?"
"Gak bisa."
Raisa menatap Haidar sebentar, lalu berjalan pergi.
"Lo kenapa benci banget sama gue sih, Sa?"
Teriakan Haidar membuat Raisa berhenti. Lihat. Bahkan Haidar seperti ini saja membuat ia kesal. Namun, ia lanjut kembali pergi meninggalkan Haidar dengan rasa penasaran nya.
TBC.
Hai, hai. Makasih yang udah baca cerita ku ini huhu💖💖
Keberatan gak kalo aku minta 5 comment buat next part? semogaa aja bisa yaa!
see you guys💖

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like Magic || HR ( TAMAT )
Fanfiction17+ Bercerita tentang Raisa Andriana yang ingin menikah muda dan menerima perjodohan dari sang Ayah. Namun, siapa sangka jika laki-laki yang di jodohkan nya adalah musuhnya sendiri. Haidar Pratama.