09

2.2K 334 40
                                        

   Hari ini adalah hari dimana Raisa dan Haidar akan bertunangan. Undangan hanya dibagikan untuk rekan dan teman-teman Orang tua Raisa dan Haidar.

"They look similar right?"

Raisa menatap Reina yang tersenyum padanya.

"Dari pertama gue liat, mereka mirip. Tapi sifatnya gue gak tau mirip atau gak. Lo pernah denger dia punya kembaran gak?"

Raisa menggeleng,

"Gak pernah cerita."

Reina mengangguk, menatap sang adik dari kaca.

"Udah gak kambuh?"

"Engga. Tenang aja."

Raisa tersenyum, membuat Reina mengangguk lagi. Untuk saat ini, Raisa memang merasa baik-baik saja.

"Oh yaa. Lo udah cerita ke Haidar?"

Raisa mengernyitkan dahinya,

"Buat apa?"

"Lo beneran mau rahasiain tentang Haikal?"

"Itu gak penting buat Haidar."

"Kata siapa gak penting? Sa, lo sama Haidar kan bakal nikah. Gak ada salahnya cerita masa lalu satu sama lain."

"Tapi gue gak mau ngungkit Haikal kak. Apalagi ke Haidar. Lo tau kan, kalo gue gak boleh inget tentang Haikal. Tapi setelah gue masuk SMA dan ketemu Haidar, dia malah bikin gue ingat sama Haikal. Itu yang bikin gue benci sama dia."

"Lo benci sama Haidar?!"

Reina membulatkan matanya tak percaya,

"KALO GITU KENAPA LO TERIMA INI?!"

"Suara lo."

Raisa memejamkan matanya dan menutup telinganya. Suara Reina benar-benar sangat kencang. Namun untung saja tidak sampai terdengar kebawah.

"Sorry."

Raisa mengangguk, lalu menatap dirinya sendiri lewat cermin.

"Karena gue tau rasanya di tinggal sebelum keinginan orang yang ditinggal itu terwujud."

---

Setelah berbincang lama, Reina dan Raisa turun ke bawah. Membuat pusat perhatiannya ada pada Raisa dan Reina.

"Bang."

Sean menyenggol lengan Haidar, karena Haidar asik minum dan melihat ke luar jendela. Haidar menatap apa yang di tatap Sean. Haidar terdiam, bahkan saat Raisa menatapnya, ia hanya diam.

"Hahaa, calon suami nya sampai terpesona gitu."

"Kalo engga, gak mungkin di nikahin Pak."

Haidar tersadar saat ia merasa jadi pusat perhatian. Menatap Sean kesal dan malu. Haidar tertawa canggung, menatap mereka yang ikut tertawa juga.

"Lo kenapa gak bilang?" gumam Haidar.

"Gue udah bilang, lo nya aja yang ngeliatin Kak Isa sampe tuh mata mau keluar."

"Kapan gue gitu?"

Sean hanya menggeleng lalu pergi, yang digantikan oleh Raisa. Haidar menggaruk tengkuknya, ia merasa sangat canggung. Karena kejadian di rooftop itu, sudah hampir 2 hari mereka saling diam.

"Lo gugup? Biasa aja kali."

Haidar menatap Raisa, yang tidak menatapnya.

"Emang biasa aja."

"Terus kenapa lo gak bisa diem?"

Kali ini Raisa menatap Haidar. Haidar sedikit malu, karena Raisa ternyata merasa jika Haidar benar-benar tidak bisa diam.

Just Like Magic || HR ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang