19

1.7K 241 3
                                        

     Raisa dan Jevano sedang berjalan ke arah parkiran untuk pulang. Mereka sudah bercerita kepada Nathan dan Rendra yang sebenarnya. Dan tentu saja Nathan dan Rendra masih tidak percaya sampai sekarang.

Saat sudah sampai diparkiran, mereka melihat Wenda yang berdiam, menunggu entah siapa.

"Nda, gimana? Ada kabar tentang Haidar?"

Wenda tentu saja terkejut, karena Raisa yang tiba-tiba bertanya dan sudah ada disampingnya.

"Ehh, maaf. Bikin lo kaget."

Wenda menggeleng lalu tersenyum seraya melihat Jevano yang berada disamping Raisa.

"Gapapa kok Kak. Tapi untuk Kak Haidar, maaf aku belum tau."

Raisa yang mendengar itupun sedih, ia terlihat lelah mencari Haidar.

"Maaf Kak. Nanti kalo ada kabar, aku kabarin."

Raisa mengangguk lalu tersenyum, seraya menepuk bahu Wenda pelan.

"Makasih ya."

Wenda ikut tersenyum kecil, lalu Raisa pamit dan pergi masuk kedalam mobil Jevano.

"Nanti gue ke panti."

Wenda terkejut menatap Jevano.

"Kak itu-"

"Gue tahu Nda."

"Maaf."

"Gak perlu minta maaf, lo kaya gini disuruh Haidar kan?"

Wenda hanya diam, memperhatikan Jevano yang masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan Wenda.

---

"Kak."

Haidar yang terbaring di bangku taman, bangkit saat Wenda berada didekatnya. Namun ia cukup terkejut karena Wenda bersama dengan Jevano yang menatapnya kesal.

"Aku kedalem."

Wenda yang tahu situasi, langsung pamit. Meninggalkan Haidar dan Jevano. Jevano berjalan dekat Haidar dan berdiri didepannya.

"Mau sampe kapan?"

Haidar diam tak melihat Jevano.

"Lo gak khawatir sama Mamah lo? Sama Raisa?"

Haidar masih diam tak menjawab.

"Dar, pulang. Mamah lo khawatir banget. Raisa juga. Mereka nyari lo kemana-mana. Mereka butuh lo."

Setelah Jevano berbicara seperti itu, handphonenya bergetar. Ia melihat handphone nya yang menunjukan nama Raisa disana. Ia mengangkat telfon itu dan sengaja memencet tombol spiker.

"Jev, lo dimana?"

Jevano mengernyitkan dahinya, ada yang aneh karena Raisa berbicara seraya menangis.

"Sa? Kenapa? Tenang dulu hey."

Haidar ikut menunggu jawaban Raisa diseberang sana.

"Mamah Haidar, Jev. Mamah Haidar masuk UGD."

Bagai tersambar petir, Haidar langsung bangkit dari duduknya dan berlari kearah mobil Jevano. Jevano ikut berlari setelah menenangkan Raisa dan menutup telfonnya.

"Mana kuncinya?" tanya Haidar terburu-buru.

"Gue aja. Lo lagi gak bagus buat nyetir."

Haidar masuk kedalam mobil lalu diikuti oleh Jevano. Mereka langsung bergegas kerumah sakit yang diberitahukan oleh Raisa. Haidar ingin menangis, tenggorokan nya tercekat. Ia benar-benar merasa bersalah. Lagi.

---

Just Like Magic || HR ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang