22

1.8K 231 2
                                    

     Saat Raisa dan Haidar balik ke kamar Mamah Haidar. Ayah Haidar sudah menunggu Haidar untuk berbicara padanya. Dan sejarang mereka berdua berada di tempat yang tak jauh dari sana.

"Maafin ayah ya, Nak. Maaf karena Ayah menutupi semuanya. Maaf karena Ayah tidak bisa jujur ke kamu."

Haidar diam mendengarkan.

"Saat itu, Ayah sudah bertemu dengan Haikal. Mengajaknya untuk tinggal bersama. Dia menolak, katanya 'Ibuk disini sudah cukup. Tolong jaga Haidar saja.' dan Ayah tidak bisa memaksanya. Maaf, Ayah tidak bisa membujuk Haikal."

"Gak apa-apa, Yah. Aku udah denger semua dari Ibuk Panti."

Ayah Haidar terkejut, membulatkan matanya.

"Kamu kesana?"

Haidar mengangguk,

"Setidaknya, aku harus tahu semua tentang Haikal kan." ucap Haidar tersenyum.

Ayah Haidar, memeluknya. Ia benar-benar merasa bersalah dengan Haidar. Benar-benar bersalah.

"Maafin, Ayah ya Nak." ucapnya menitikkan air matanya.

Membuat Haidar ikut menangis. Ia juga merasa salah, karena tidak tahu lebih dulu tentang Haikal.

----

"Raisa."

Raisa menatap sumber suara, yang ternyata Ayah Haidar yang baru masuk kedalam kamar Mamah Haidar bersama Haidar.

"Iya?"

"Temenin Haidar pulang ya. Disini biar Ayah aja. Setelah pulang suruh mandi sama makan, terus minum obat. Malah ikut sakit dia mikirin Mamah nya."

Raisa tersenyum lalu mengangguk.

"Tenang aja, Ayah. Aman."

Ayah Haidar dan Haidar terkekeh melihatnya. Membuat Raisa tersenyum lebar.

"Yaudah, kalo gitu. Hati-hati ya."

"Iya." jawab Haidar, setelah itu keluar bersama dengan Raisa.

"Sean dimana?"

"Dirumah mungkin."

Raisa mengangguk.

"Mau gue aja yang setirin? Lo kan lemes, nanti kenapa-kenapa."

"Kok gue-lo lagi?"

"Iya maaf, belum terbiasa."

Haidar tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Raisa. Membuat Raisa menatapnya kesal karena rambutnya jadi berantakan.

"Mana ih sini kuncinya."

"Gak usah, aku bisa."

"Yaudah."

---

Just Like Magic || HR ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang