11

2.1K 320 14
                                    

    Raisa menunggu seseorang dengan helm yang berada di tangannya. Sekarang sudah pukul 4 sore. Seharusnya laki-laki ini, sudah menjemputnya. Tak lama, Raisa melihat motor yang sangat ia kenal. Dengan senyum lebar, ia melambaikan tangannya pada laki-laki itu.

"Maaf, aku lama ya."

ucap laki-laki itu tepat setelah ia berada didepan Raisa dan membuka helmnya.

"Enggak Ikal, cuma lewat 5 menit."

Raisa menggelengkan kepalanya, seraya menunjukkan 5 jari nya. Yang berarti 5 menit. Laki-laki itu. Haikal. Hanya terkekeh lalu mengacak-acak rambut Raisa gemas.

"Ayo naik, keburu malem nanti pulangnya."

Raisa mengangguk, lalu menaiki motor Haikal. Setelah merasa siap, Haikal melajukan motornya pergi dari sana. Senyum Raisa benar-benar tidak luntur. Merasa paling bahagia di dunia ini.

"Kenapa?" tanya Haikal melihat Raisa di kaca spion nya.

Raisa menggeleng, mempererat pelukannya dan menaruh dagunya di bahu Haikal.

"Suka."

"Suka apa?"

"Suka kaya gini. Wangi kamu enak."

Haikal terkekeh, benar-benar Raisa sangat menggemaskan.

Namun, tiba-tiba ada beberapa motor menghadang motor Haikal. Membuat Haikal berhenti. Raisa baru sadar jika ini tempat sepi. Membuatnya takut terjadi apa-apa pada Haikal.

Mereka turun dari motor, membuat Haikal dan Raisa juga ikut turun dari motor. Haikal ingin maju, namun di tahan oleh Raisa. Membuat Haikal mengajaknya ke tempat yang lumayan jauh, agar Raisa tidak kenapa-napa.

"Kal."

Raisa menggeleng, ada raut ketakutan di wajahnya.

"Gak apa-apa, percaya sama aku." ucap Haikal seraya tersenyum dan melepaskan pegangan tangan Raisa di lengannya.

"Kenapa?" tanya Haikal pada orang yang berada di tengah-tengah, membuatnya terlihat seperti pemimpin geng motor itu.

"Kali ini gue gak bakal diem aja." jawab orang itu, yang membuat Haikal tersenyum sinis.

"Pecundang."

"APA?! NGOMONG SEKALI LAGI?!"

"Lo pecundang. Beraninya rame-rame." ucap Haikal yang membuatnya berhasil melukai bibirnya.

Ia di tonjok tiba-tiba, membuatnya tidak bisa gerak cepat. Raisa yang melihat itu, membulatkan matanya dan terkejut. Ia mencari handphone nya, namun ia baru ingat jika tidak membawa handphone.

"Bangsat."

Haikal melawana satu persatu orang yang ingin melukai nya. Namun karena ini satu lawan banyak orang. Ia lunglai di tengah-tengah, membuatnya di kerubuni dan di tendang habis-habisan.

Raisa menangis, berlari kearah mereka. Setelah berhasil mengangguk warga sekitar. Membuat mereka pergi meninggalkan Haikal yang benar-benar tidak ada tenaga.

"Bohong. Katanya gak bakal kenapa-napa."

Raisa memeluk Haikal, ia kesal dan khawatir. Namun Haikal hanya terkekeh.

"Sa, aku gak bakal ninggalin kamu." ucap Haikal seraya memegang tangan Raisa.

---

"Sa."

Raisa terbangun dari tidurnya, menatap Haidar yang duduk di pinggir kasurnya. Setelah di gazebo tadi, Raisa merasa sangat lelah dan pamit ke kamarnya. Itulah mengapa Haidar ada di kamar Raisa. Karena ia disuruh oleh bunda, mengingat masih ada tamu dibawah.

"Lo gapapa?"

Raisa merasa jika pipi nya basah, dan matanya kembali berkaca-kaca. Raisa menangis, memeluk Haidar dengan erat.

"Jangan tinggalin Isa, Ikal."

Ucap Raisa mempererat pelukannya pada Haidar. Haidar tentu saja terkejut. Lagi-lagi Raisa menyebutnya dengan nama orang lain. Namun, ia merasa jika Raisa mimpi buruk. Jadi ia memilih untuk mengikuti ucapan Raisa. Menjadi Haikal.

"Iya, gak akan."

Haidar mengelus rambut Raisa, sesekali mencium puncak kepala Raisa. Setelah beberapa menit, Raisa melepaskan pelukannya.

"Bohong."

Haidar mengernyitkan dahinya, bingung, ia menatap Raisa yang terlihat sangat marah.

"KAMU BOHONG HAIKAL. KAMU BOHONG."

Raisa memukul bahu Haidar, menangis dengan kencang. Teriakan Raisa, membuat Bunda dan Reina datang. Bunda memeluk Raisa, ia terlihat ingin menangis.

"Kak, udah ya. Jangan nangis lagi."

Bunda mengelus rambut Raisa, sedangkan Raisa masih menangis dan bergumam menyebutkan Haikal berkali-kali.

"Haikal bohong Bunda, Haikal bohong." ucap Raisa dengan lemah dan tangisnya.

Reina menatap Haidar yang terlihat kebingungan, lalu berdiri disamping Haidar. Melihat itu, Haidar menatap Reina ingin bertanya. Namun Reina sudah berbicara terlebih dahulu.

"Raisa punya trauma sama cowok. And that guy looks like you, Dar. Maybe you could say, the man is your twin?"

---

Just Like Magic || HR ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang