Dua hari sebelumnya.
Setelah Haidar mendengar semua cerita Haikal dari Jevano. Ia mencari panti asuhan yang menaung Haikal selama Haikal masih ada. Ia sampai mencari ke rumah sakit yang dahulu ia dan Haikal dilahirkan.
Setelah mendapat informasi, Haidar pergi ke panti asuhan. Namun sebelum kesana, ia mengunjungi makam mamah dan ayah nya dulu. Dan sekarangnya, ia sampai.
Ia menatap plang bertuliskan 'Panti Asuhan Matahari' dan menatap anak-anak disana yang asik bermain.
"Kak Haikal?"
Haidar terkejut melihat anak yang ia perkirakan kelas 3 SMP itu. Yang juga menatapnya dengan terkejut. Anak laki-laki itu masuk kedalam, lalu keluar bersama dengan wanita paruh baya dan menatap nya.
"Sini masuk."
Wanita itu mempersilahkan Haidar duduk dan memberikan minum. Laki-laki yang mengira ia Haikal itu terus menatapnya.
"Maaf tiba-tiba saya datang kesini." ucap Haidar.
"Saya tahu kamu akan kesini, Haidar."
Haidar tentu terkejut. Wanita ini mengenalnya.
"Haikal sering cerita tentang kamu."
"Jadi bener, Haikal tinggal disini?"
Wanita itu mengangguk, membuat Haidar terdiam.
"Aku pulang."
Laki-laki yang menatapnya tadi, yang loncat dan berlari kearah perempuan yang baru saja pulang dan posisinya masih berada didepan pintu.
"Kenapa sih Juan?"
"KAK LIAT. KAK HAIKAL MASIH HIDUP."
Laki-laki itu menunjuk nya, lalu perempuan yang berada di samping laki-laki tadi melihat ke arah yang ditunjuknya.
"Kak Haidar?"
"Wenda?"
Haidar membulatkan matanya begitu juga Wenda.
----
"Jadi, lo tinggal disini?"
Wenda mengangguk, lalu tersenyum kecut.
"Maaf."
Wenda menatap Haidar bingung.
"Untuk?"
"Gue gak tau tentang lo."
"Kak, gapapa. Justru aku yang minta maaf. Aku gak ngasih tau kalau kak Haidar kembaran kak Haikal. Awalnya aku juga kaget pas pertama liat kakak di sekolah, aku cerita sama ibuk kalau ada yang mirip sama kak Haikal dan ibuk ngasih tau aku semua yang di tau."
Haidar diam. Banyak pikiran yang berada di kepala Haidar saat ini.
"Kak, maaf." ucap Wenda lagi.
"Gapapa."
Haidar tersenyum kecil.
"Itu, gapapa?"
Wenda menunjuk ujung bibir Haidar yang luka karena tonjokan Jevano kemarin. Haidar yang sadar langsung terkekeh,
"Gapapa kok."
"Bentar ya gue ambil obat dulu."
Haidar yang baru saja ingin berucap, Wenda sudah pergi meninggalkan nya dan balik kembali membawa kotak p3k.
"Jangan dibiarin kak, nanti infeksi."
Wenda memberikan obat pada ujung bibir Haidar. Wenda terkejut, karena Haidar meringis.
"Eh, maaf, maaf kak."
"Gapapa, santai."
Wenda kembali memberikan obat pada Haidar pelan-pelan.
"Makasih." ucap Haidar setelah Wenda selesai mengobati nya.
Wenda mengangguk.
"Lo bisa bantu gue?"
Wenda menatap Haidar,
"Apa?"
"Cerita semua tentang Haikal yang lo tau. Dari sifat nya. Atau perilaku nya."
Wenda terlihat bingung dengan Haidar,
"Kakak mau ngubah diri kakak jadi kak Haikal? Kalo itu aku gak mau."
"Bukan. Gue bukan mau ngubah diri jadi Haikal. Gue cuma pengen tau Haikal kaya gimana. Gak salah kan gue pengen tau?"
"Karena kak Raisa?"
Haidar diam menatap Wenda, yang berhasil membuat Wenda terkekeh. Lalu ia menepuk bahu Haidar dan mengangkat tangannya.
"Semoga berhasil."
----
![](https://img.wattpad.com/cover/283070602-288-k308772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like Magic || HR ( TAMAT )
Fiksi Penggemar17+ Bercerita tentang Raisa Andriana yang ingin menikah muda dan menerima perjodohan dari sang Ayah. Namun, siapa sangka jika laki-laki yang di jodohkan nya adalah musuhnya sendiri. Haidar Pratama.