17+
Bercerita tentang Raisa Andriana yang ingin menikah muda dan menerima perjodohan dari sang Ayah. Namun, siapa sangka jika laki-laki yang di jodohkan nya adalah musuhnya sendiri.
Haidar Pratama.
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari weekend dan bebas. Hari dimana hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang.
Raisa dan keluarganya berada di ruang tamu. Karena kemarin, Ayah Raisa bilang jika ia akan berbicara hal penting pada mereka.
"Jadi gimana pacar kamu, Re?"
"Baik, kenapa gitu Yah?"
"Ayah mau menjodohkan mu dengan anak teman Ayah."
Semua terkejut. Tiba-tiba saja Ayah nya berbicara seperti itu. Bahkan perusahaan Ayah nya tidak terjerat masalah keuangan. Biasanya, orang kalangan atas jika ada masalah keuangan akan menjodohkan anak mereka dengan orang yang dapat membantu nya.
"Ayah? Beneran?" tanya Bunda.
"Iya. Permintaan istri teman Ayah yang tidak lama lagi hidupnya." ucap Ayah Raisa dengan nada lirih.
"Tapi Ayah-"
"Raisa aja, Yah."
"Hah?"
Renia, Bunda dan Ayah menatap Raisa dengan terkejut.
"Sa, tapi kamu masih sekolah." ucap Bunda Raisa.
"Dikit lagi kan lulus."
"Tapi Sa-"
"Bunda, Ayah. Karena Kak Re gak bakal mau dan udah cinta mati sama pacarnya, jadi aku aja. Aku gak apa-apa. Ikhlas lahir batin. Lagi juga Isa pengen langsung nikah aja. Masalah cinta mah gampang, bakal terbiasa."
Renia memeluk sang adik. Entah kenapa, ia merasa jika adiknya ini sudah besar.
"Sa, beneran gak apa-apa?" tanya Ayah Raisa.
"Iya beneran. Tapi Isa tetep mau kuliah. Jadi bilangin ya nanti sama anak nya temen Ayah."
"Iya sayang, pasti."
Sebenarnya, Ayah dan Bunda Raisa benar-benar tidak ikhlas jika Raisa mengorbankan dirinya. Namun karena ini juga permintaan dari seseorang, jadi mereka berusaha untuk ikhlas.
Raisa juga tidak benar-benar akan kehilangan masa depannya. Ia bisa kuliah dengan jurusan impiannya dan akan menggapai cita-cita. Walaupun nanti ia juga harus mengurus suami nya. Jadi ia tidak merasa rugi.
×××
Wangi obat-obatan menyeruak masuk kedalam hidung Haidar. Wangi khas yang kita tahu bahwa itu pasti Rumah Sakit. Haidar tersenyum saat masuk kedalam kamar pasien. Ia melihat sang Mamah yang tersenyum juga kepadanya.
"Kangen."
Haidar memeluk mamahnya dan bertingkah manja.
"Malu atuh ih, udah besar. Adik kamu aja gak gini."
Mamah Haidar membalas pelukan Haidar.
"Biarin aja. Dia gak sayang mamah kali. Liat aja tuh, bukan ngerawat mamah nya malah asik main game."
Haidar menatap sang adik yang asik bermain game. Membuat sang adik hanya melirik kakak nya sebentar, namun kembali fokus pada handphone nya.
Adiknya Haidar memang cuek. Entah keturunan siapa, dia sangat cuek terhadap lingkungan. Namun sangat care terhadap hal hal kecil. Dia juga tidak langsung menunjukkan sifat care nya, namun ia perhatikan dulu baru bertindak.
"Gimana? Mau gak sama anak nya temen Papah?"
Pertanyaan ini lagi. Dua hari sebelumnya, Haidar mendengar kalau sang mamah ingin Haidar menikah. Membuat Haidar kesal namun tidak diperlihatkan pada mamahnya. Takut jika mamahnya sedih.
"Mah, Haidar kan udah bilang kalau aku belum kepikiran untuk nikah muda. Kenapa gak adek aja?"
"Ayolah. Ini permintaan terakhir mamah."
"Ckk, Mah. Mamah tuh masih bisa bertahan, mamah jangan ngomong gitu dong."
Haidar kesal. Lagi-lagi kalimat itu juga yang membuatnya merasa takut kehilangan wanita tersayangnya.
"Makanya turuti kemauan nya mamah." sahut sang adik, yang membuat Haidar menatapnya tajam.
"Nanti malem mau ada pertemuan. Kamu lihat dulu anak teman papah, siapa tahu kamu suka kan."
TBC.
Sean Pratama
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai guys! Aku balik hehe. Aku seneng banget huhuu, minta 5 comment eh ternyata 14 komen! Baik-baik kalian! love you guys!💖😭
Gimana nih part nya? Semoga suka ya!💖 Buat next part, aku minta 20 vote 10 komen, apakah bisa? semoga bisa yaa.