17+
Bercerita tentang Raisa Andriana yang ingin menikah muda dan menerima perjodohan dari sang Ayah. Namun, siapa sangka jika laki-laki yang di jodohkan nya adalah musuhnya sendiri.
Haidar Pratama.
"Sebagai perminta maaf gue karena ga nganterin lo pulang. Jadi mau ngajak makan di luar."
"Gue udah makan."
"Bohong."
Raisa terkejut, melihat ayah nya yang ternyata menguping pembicaraannya dengan Haidar. Haidar hanya terkekeh melihat ayah Raisa yang tidak takut jika Raisa marah padanya.
Ayah Raisa tersenyum lebar pada Raisa yang padahal menatapnya dengan tajam dan kesal, lalu masuk ke kamarnya.
"Cepetan gih, ganti baju."
Raisa berdecak kesal, lalu pergi seraya menghentak kakinya. Membuat Haidar tersenyum melihatnya. Tak lama, Raisa kembali ke bawah dengan jaket dan celana training.
"Cepet, jangan lama. Gue ngantuk." ucap Raisa yang berjalan terlebih dahulu.
"Ya sabar, pamitan dulu."
"Gak usah. Kayanya udah pada tidur."
Haidar mengangguk, lalu pergi bersama raisa keluar. Menaiki motornya dan pergi.
Setelah menghabiskan beberapa menit dijalan, akhirnya Haidar memberhentikan motornya. Raisa terkejut, ia pikir Haidar akan membawanya ke restaurant mahal. Tapi ternyata, mereka berada disini. Di pinggir jalan, warung pecel.
Haidar dan Raisa masuk ke dalam yang ternyata lumayan ramai.
"Bang, biasa ya. Dua porsi."
"Siap a."
Haidar membawa Raisa untuk duduk. Mereka duduk berhadapan.
"Gue dulu sering kesini, sama nyokap. Tapi semenjak mamah gue sakit, ga pernah kesini lagi."
"Pantes abangnya kenal lo."
Haidar tersenyum dan mengangguk,
"iyalah, gue kan ganteng."
Raisa menatap tajam Haidar, sedangkan yang ditatap hanya terkekeh.
"Kayanya gue bakal lebih sering ngajak lo makan malam deh."
"Awas aja kalo ngajak gue lagi. Abis lo sama gue."
Haidar tertawa, sedangkan Raisa menatapnya tajam.
"Sikap konyol lo tadi di sekolah, biar ga ketauan bokap itu sumpah hahahaa"
Haidar jadi mengingat saat Raisa menutup wajahnya dengan rambut di sekolah tadi siang. Sebenernya ia ingin tertawa saat itu juga, namun takut jika ayah nya melihat Raisa.
"Itu gara-gara lo! Kenapa gak kasih tau gue kalo bokap lo bakal ke sekolah?!"
"Sebenernya gue juga gatau kalo bokap bakal dateng, gue cuma tau Sean pindahan."
"Ya tetep aja?! Lo tau, Sean hampir nge bongkar di depan Yena."
"Gue lupa bilang sih, sama Sean."
Raisa menatap Haidar kesal, tapi Haidar terkekeh melihat itu.
"Lo kenapa sih? Sensi banget."
"Siapa yang sensi?"
"Lo lah."
Baru saja Raisa ingin menjawab, Haidar memajukan tubuhnya. Ia mengambil bulu mata Raisa yang jatuh di bawah mata Raisa. Menunjukkan sehelai bulu mata yang ada di jarinya, pada Raisa.
"Ini a, selamat makan."
Abang yang membawa makanan itu, cekikikan melihat Haidar dan Raisa.
"Makan Sa."
Haidar tersenyum melihat Abang-abang yang menggoda nya tadi. Lalu, melihat Raisa yang masih terdiam.
"Sa."
"Iya, Kal?"
Raisa terkejut, menatap Haidar yang juga menatapnya. Haidar mengangkat sebelah alisnya, ia ingin bertanya tapi sepertinya Raisa tidak ingin di tanya. Jadi ia memilih diam, masih melihat Raisa yang tampak aneh.
"Makan."
Raisa hanya diam dan mengangguk. Ia menundukkan kepalanya seraya makan, tidak ingin melihat Haidar.
---
Sekarang mereka berdua sudah pulang ke rumah Raisa dan berada didepan pintu.
"Makasih ya." ucap Haidar
"Soal tadi, sorry." Raisa berbicara pelan, namun masih terdengar oleh Haidar.
"Gapapa." Haidar tersenyum lalu memajukan tubuhnya, mengacak-acak rambut Raisa. Membuat Raisa terkejut, menatap Haidar yang juga menatapnya.
"Udah masuk, sana."
Raisa masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Haidar. Haidar pergi ke motornya, namun sebelum naik ke atas motor, ia mengeluarkan handphone nya dan mengetik sesuatu disana. Setelah selesai, ia naik ke motornya dan meninggalkan rumah Raisa, masih dengan senyumannya.
+652782 : save nomor gue, jangan lupa. good night Sa, have a nice dream.
-----
Halo haloo. Maaf ya, nulis seadanya di otak aja. Happy reading!!💝
Jangan lupa voment!😠
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.