Maaf banyak typoEla menatap takut-takut pada kumpulan hidangan enak dan mewah yang ada di depannya saat ini.
Hidangan yang akan menjadi sarapan pagi sekaligus makan siang Tuan Malik.
"Bantu Kakak bawa dengan hati-hati ya, sarapan Tuan Malik?"Ucapan dengan nada lembut barusan, membuat lamunan singkat Ela, dan tatapan Ela pada kumpulan makanan enak yang ada di atas meja, buyar dan teralihkan.
Dan Ela juga, memberi anggukan ragu bahkan sangat ragu pada Kak Shasa. Salah satu pembantu juga yang bekerja di rumah ini.
Dan Ela terlihat menghembuskan nafasnya panjang. Ela sedikit menyesal tidak singgah dulu di taman, tapi akan sangat jahat Ela apabila ia tidak mengiyakan permintaan tolong remeh Mbak Afni. Mbak Afni yang tiba-tiba mules dan minta tolong dengan terpaksa pada Ela agar membantu Shasa membawakan sarapan Tuan Malik di atas kamarnya. Tuan Malik yang tumben-tumbenan ingin sarapan dan makan di dalam kamarnya.
"Astaga, ayo Ela. Ini mbak dapat chat dari Tuan Malik, kalau beliau sudah mau makan saat ini,"Ucap suara itu panik yang tidak lain dan bukan adalah Kak Shasa yang umurnya lebih tua 7 tahun dari Ela, membuat Ela juga ikut panik, tapi rasa takut yang lebih mendominasi Ela saat ini.
Ela akan nakal, walau itu bukan kemauan Ela, tapi Ela hanya membantu Mbak Afni. Ela nakal, karena Ela bahkan mendatangi kamar Tuan Malik. Yang entah kenapa, sangat ibunya larang keras untuk berada dalam jarak dekat, dan segera kabur dan sembunyi apabila mereka berpapasan.
Dan Ela sepertinya sudah tahu dan paham, apa alasan ibu melarangnya dekat dengan Tuan Malik.
Tuan Malik adalah orang yang sangat pemarah, mungkin orang yang sangat jahat juga seperti yang Ela lihat ada dalam mimpinya 2 jam yang lalu.
*****
Ela terakhir kali, naik ke lantai 2 rumah ini yaitu 7 tahun yang lalu, dan sumpah... saat ini Ela di belakang Kak Shasa melangkah dengan takut-takut menaiki undakan demi undakan tangga untuk menuju kamar Tuan Malik. Kamar Tuan Malik yang ada di lantai dua , dan lantai dua menjadi wilayah pribadi milik Tuan Malik seluruhnya, rumah ini totalnya 4 lantai, lantai 3 adalah kamar ibu dan bapaknya Tuan Malik, dan lantai 4 Ela tidak tahu, ruangan apa di gedung tertinggi rumah ini. Yang Ela sangat tahu, rasanya Ela ingin balik badan dan kembali ke kamarnya, menunggu ibunya pulang dari pasar. Ela sangat takut saat ini.
"Dingin sekali di sini ya, La. Kakak jadi menggigil kecil,"Bisikan pelan Shasa membuat tatapan Ela yang fokus ke depan, menatap kearah Shasa yang sudah melangkah sejajar dengannya ternyata.
Dan Ela memberikan anggukan mengiyakan. Ela ingat ucapan ibunya, apabila sedang membawa makanan siapapun, jangan banyak bicara, nanti ludah kita keciprat ke dalam makanan.
"Kamu dulu yang masuk, Ela..."
"Saya nggak berani, Kak..."Ucap Ela cepat, terpaksa memotong ucapan Kak Shasa yang raut wajahnya seperti Ela. Terlihat takut dan agak pucat saat ini.
Shasa yang bukan bagian tukang masak di rumah ini, dan tidak pernah melayani sarapan Tuan Malik. Tuan Malik dan kedua orang tuanya, karena yang memiliki tugas itu adalah Ibu Ela dan juga Mbak Afni. Yang masakannnya enak dan cocok dengan lidah keluarga di rumah ini.
"Ayo, Kak. Takutnya kita lama, Tuan Malik nanti marah..."Desak Ela takut-takut agar Kak shasa segera mengetuk pintu besar yang ada di depan mereka.
Dan di saat Kak Shasa sudah mengetuk pintu, dan di ketukan ke 3, pintu besar warna putih yang ada di depan mereka langsung terbuka dengan sendiri, membuat jantung Ela rasanya ingin meledak, semakin ingin meledak di saat mau tidak mau, Ela melangkah mengikuti Kak Shasa dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ela (Menikah Dengan Anak Majikan Ibuku)
Romance"Jangan besar kepala, aku mengajakmu tidur bersama di ranjangku, agar para warga sialan itu tidak salah paham, dan anggap aku laki-laki bejat, dan batal menjual lahannya padaku." "Sadar diri, Ela... Kita menikah bukan mauku, kita menikah karena war...