22🍇🍇🍇

8.9K 585 41
                                    

.....
.....
.....
.....
.....

Ela yang barusan datang dari dapur, ada nampan di tangannya yang berisi secangkir teh hangat, mengernyitkan keningnya bingung melihat Tuan Malik yang sedang dan sudah bangun dari dudukannya.

Mau kemana Tuan Malik?

Ini teh yang sudah Ela buatkan, adalah pesanan Tuan Malik. Tapi, kenapa Tuan Malik bangun dari dudukannya?  Apakah Tuan Malik ingin meminum teh nya di luar?

"Tua...."

"Saya mau berangkat sendiri hari ini, Pak Arman. Mau naik motor. Pergi ke gedung pas jam makan siang, saya ingin makan yang pedas-pedas nanti siang, dan bawa minuman dingin,  dan terasa asam."Ucapan Ela di potong telak Tuan Malik yang menitah Pak Arman yang baru memasuki ruang makan, dan siap untuk mengambil alih tas yang ada di tangan  Tuan Malik. Tapi, tidak Malik berikan.

"Siap, Tuan. Akan saya bawakan sesuia pesanan, Tuan. Siang nanti."Ucap Pak Arman patuh.

Dan Malik, tanpa kata atau tanpa menoleh kearah Ela yang Malik lihat sileutnya tadi yang barusan datang dari dapur, Malik langsung berjanjak  pergi, dan  sudah tidak ada mood untuk minum teh hangat yang sangat ingin Malik minum sejak subuh....

Sejak Malik bangun tidur pukul 4 pagi tadi, dan melihat Ela yang ternyata tidur meringkuk beralaskan  sarung  di atas lantai tepat di depan ranjangnya yang besar.

*****

"Teh nya, bisa untuk Bapak saja, Ela?"

Pak Arman membuyarkan lamunan Ela yang tatapannya kosong kearah tubuh Tuan Malik yang sudah di telan oleh lorong  lumayan panjang rumah ini.

Dan Ela seketika gelagapan, ia... ia di tangkap basah menatap dalam dan lama pada Tuan Malik barusan sama Pak Arman.

"Maaf, Ela nggak dengar tadi, Pak Arman mau..."

"Teh yang kamu buat untuk bapak saja, ya?"Ucap Pak Arman lembut.

Dan tanpa menunggu persetujuan dari Ela, Pak Arman langsung ambil secangkir teh yang ada dalam nampan pegangan Ela.  Menyeruputnya sedikit.

Dan dengan santai Pak Arman juga sudah mendudulkan dirinya  di kursi tempat duduk Tuan Malik beberapa saat yang lalu.

"Duduk lah, Ela. Ada hal yang ingin bapak bicarakan sama kamu."Ucap Pak Arman serius.

Ela yang sudah Pak Arman anggap adalah bapaknya sendiri, segera mendudukan dirinya, tepat di depan Pak Arman. Bersebrangan. Saling menatap satu sama lain. Ela dengan tatapn cemas dan was-wasnya. Pak Arman dengan tatapan seriusnya.

"Apa yang Pak Arman mau bicarakan sama Ela?"Tanya Ela benar-benar cemas, bahkan sudah masuk tahap takut. Tidak pernah Ela melihat Pak Arman seserius ini.

Dan dengan santainya, Pak Arman malah menyeruput teh nya lagi, tidak menghiraukan  ucapan Ela.

Tapi, saat ini, Pak Arman terlihat menarik nafas panjang, lalu di hembuskan dengan perlahan oleh Pak Arman.

"Teh buatan kamu, enak..."Puji Pak Arman  sudah dengan senyum di wajah dan pancaran matanya pada Ela.

Mendapat anggukan  dan ucapan terimah kasih dari Ela.

"Jangan masukan ke dalam hati, tentang perlakuan, Tuan Malik tadi."

"Bapak juga, berharap Ela bisa ikhlas dengan apa yang sudah terjadi  pada Ela dan Tuan Malik semalam. Mungkin sudah takdir dan skenario dari yang maha kuasa..."

"Tapi, bapak harap Ela bisa jaga diri ya?"Ucapan Pak Arman yang ini, membuat Ela susah untuk paham dan mencernanya.

Jaga diri dari apa?

"Ela tidak paham. Jaga diri? Apakah di rumah ini ada penjahat?"Tanya Ela benar-benar bingung. Keningnya bahkan terlihat berkerut saat ini.

Jelas, ucapan Ela di atas mendapat gelengan kuat dari Pak Arman.

"Maksudnya, kalau Tuan Malik mendapatkan kamu, mendapatkan tubuh kamu,  kamu yang rugi, Ela. Bapak nggak yakin Tuan Malik menerima pernikahan ini, terlebih kedua orang tua Tuan Malik pasti tidak akan menerima pernikahan kalian berdua..."

"Bapak hanya nggak mau kamu rugi, apalagi sampai hamil anaknya. Tuan Malik mendapatkan tubuhmu, kamu sebagai perempuan akan ada jejaknya, tidak bisa di hilangkan. Bapak tidak mau, masa depanmu hancur karena Tuan sombong dan belagu itu."

****

Melihat Ela yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dan mendengar  suara pintu di kunci dari dalam,  Pak Arman terlihat mengelus dadanya lega.

Ada senyum kecil di bibir Pak Arman sambil menatap dalam dan sinis pada pintu warna putih yang baru Ela tutup barusan.

"Kamu goblok!"Ucap Pak Arman dengan suara dan tatapan yang sangat sinis.

Dan ya, Pak Arman dari belakang diam-diam mengikuti Ela. Dan Ela dengan gobloknya tidak menyadari sedikitpun  keberadaan Pak Arman.

Pak Arman yang memastikan, apakah benar, Ela sudah benar-benar masuk ke dalam kamar, dan tidak akan keluar cepat.

Karena ada hal penting yang ingin Pak Arman lakukan, yaitu ingin bicara dari hati ke hati dan empat mata dengan kepala Kades di desa ini.

****

Pak Arman tersenyum melihat Pak kades yang sedang menyiram tanaman milik istrinya di depan sana, dan tanpa menyapa, Pak Arman langsung membuka gerbang setinggi dadanya itu.

Ini hari minggu, hari libur jadi Pak Kades tidak bekerja hari ini. Dan ah, ya. Pak Arman saat ini ada di rumah Pak Kades yang selang 1 rumah dengan rumah tempat tinggal Ela, Tuan Malik, termasuk Pak Arman di dalamnya.

Dan Pak Arman sudah berdiri tepat di belakang Pak kades. Tapi, Pak Kades masih belum menyadari keberadaan Pak Arman.

"Ck. Jangan bilang Kakak masih takut sama istri kakak? "

"Atau kegiatan menyiram dan merawat tanaman adalah hoby kakak?"Ucap Pak Arman yang baru umur 39 tahun  itu dengan suara yang terdengar sangat ejek membuat Pak kades terlonjak kaget di depannya.

Dan Pak Kades yang kaget dan di panggil Kakak sama Pak Arman barusan,  tertawa melihatnya.

"Adek sableng. Aku punya riwayat jantung kalau kamu mau tahu!"Ucap Pak Kades dengan geraman tertahannya.  Dan tangannya dengan agak kuat menoyor kepala adiknya.

Ya, Pak Arman adalah adik Pak kades. Adik kandung Pak Kades.

Tapi, orang kampung di kampung atau desa ini, tidak ada yang tahu, karena Pak kades dan istrinya adalah pendatang  di kampung ini.

"Ada apa kemari? Nggak kerja he? Bolos? Laki-laki sok dingin dan berkuasa..."

"Ini bayaran untukmu, Kakak..."Ucapan Pak Kades terhenti di saat Pak Arman menyodorkan satu amplop yang sangat tebal pada Kades.

Pak Kades yang paham, langsung ambil amplop itu dengan senyum miringnya....

"Senang bekerja  sama dengan anda Pak Arman..."Ucap Pak Kades masih dengan senyum miringnya.

Mendapat anggukan angkuh dari Pak Arman.

"Dalam amplop itu ada uang tunai 100 juta, dan selembar cek dengan  nominal 700 juta. Uang yang aku janjikan, dan jangan lupa bagi yang itu dengan Bik Mini dan para warga yang hadir tadi malam. Pekerjaan kakak dan beberapa warga semalam membuatku sangat puas!"

"Malik bangsat tidak bisa berkutip oleh jebakan batman yang aku buat. Mampus kamu Malik, sudah aku jebak dengan mudah kamu. Tuan Malik he? Tuan Malik bangsat yang menikahi wanita bodoh! Hahaha ...."

Tbc

Lanjut dan ada yg kepo?

Satu kata untuk Pak Arman apa?

Ada yg bisa nebak motif Pak Arman apa?

Yg kelihatan baik, belum tentu baik yesss....

Mauny anak Ela dan Malik 5 tahun yang lalu masih hidup?

Atau sudah mati aja biar Malik dan Ela nggak terlalu terikat ?

Ela (Menikah Dengan Anak Majikan Ibuku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang