23🍇🍇

8.5K 549 70
                                    

Maaf banyak typo

Ela menatap gugup bangunan dua tingkat yang ada di depannyaa saat ini, bangunan yang sudah hampir jadi, ah sudah jadi, tinggal proses akhirnya yaitu pengecetan untuk estetika pusat perbelanjaan yang ada di depannya saat ini.

Sudah hari ke 5 Ela menjadi istri Tuan Malik. Dan Bik Mini, memaksa Ela agar Ela membawa makan siang untuk suaminya.

Bik Mini melihat pernikahannya dengan Tuan Malik dingin. Menurut Ela wajar dingin, dia hanya seorang pembantu, Tuan Malik tidak suka dirinya, dan Tuan Malik juga ada calon istrinya sendiri, sudah Ela jelaskan dan katakan pada Bik Mini, tapi Bik Mini tidak percaya.

"Hallo, Dek. Ada yang bisa saya  bantu? Kamu mencari siapa?"Pertanyaan dengan nada hangat dan lembut barusan, membuat Ela tersentak kaget, dan tatapan Ela reflek menatap keasal suara.

Seorang laki-laki berwajah teduh, tubuh agak berisi, tinggi, putih dan pakaian kotor  menatap Ela dengan tatapan teduh juga, membuat Ela menjadi salah tingkah, gugup, dan takut.

"Mencari seseorang? Oh, ah... kamu mau membawa  makan siang ya untuk kekasih atau suamimu?"Ucap laki-laki itu lagi dengan tatapan yang menatap pada rantang yang Ela pegang du tangan kanannya.

"Wah, berarti  kamu dari kota, ya? Yang kerja di sini semuanya buruh bangunan dan tenaga ahli dari kota."

"Ayo, saya antar ke dalam, dan cari orang  yang ingin kamu kasih makan siangnya..."Ucap laki-laki itu  panjang dengan raut cerianya, tidak memberi kesempatan Ela bicara sedikitpun.

Ela yang saat ini, terlihat menggigit bibir bawahnya gugup, dan sedang menatap kearah rantang yang ada di tangan kanannya saat ini.

Ela sungguh, tidak berani menemui Tuan Malik, apalagi nanti, mengatakan tujuan datangnya pada Tuan Malik hanya untuk bawa makan siangnya, padahal tidak ada titah dan perintah dari Tuan Malik.

Dan Ela sedang bingung dan bimbang saat ini, apa iya, ia menitip saja makanan ini dan atau langsung pulang,  tidak jadi kasih Tuan Malik, dan kasih aja pada Kakak yang ada di depannya.

"Hallo, kamu melamun, ya? Bisa cepat-cepat? Soalnya saya harus segera kembali kerja."Sekali lagi, laki-laki itu membuyarkan lamunan Ela.

Ela yang langsung minta maaf karena sudah merepotkan...

"Maafkan, Saya. Saya mencari Tuan Malik..."Ucap Ela dengan suara pelannya.

Dan ucapan Ela membuat terkejut laki-laki baik hati yang ada di depannya.

Laki-laki itu saat ini, terlihat meneliti penampilan Ela dari ujung kaki hingga ujung kepala. Satu yang terlintas di pikirannya.

Ela masih sangat lah muda. Sangat lah cantik juga.

"Kamu kekasih, Tuan Malik?"

"Bukan. Saya bukan kekasih, Tuan Malik, Kak. Saya pembantu yang di utus orang tua Tuan Malik kemari..."Ucap Ela cepat dan panik, Ela tidak mau, di tempat ini, jadi  heboh, dan hal ini sampai di dengar oleh Tuan Malik.

"Oh, ya. Wajah kamu, seperti wajah orang kaya... hehehe..."

"Ayo, Tuan Malik barusan naik di lantai 2. Kamu ikuti saya ya, Dek..."

Ucap laki-laki itu lembut mendapat anggukan takjub dari Ela.

Dari Ela yang jantungnya rasanya ingin meledak di dalam sana.

Pasalnya, laki-laki di depannya adalah laki-laki idaman Ela. Ah, sering Ela bayangkan. Kalau ia akan memiliki suami yang bobot tubuhnya harus lumayan  gendut, biar enak di peluk dan menjadi sandaran, pipinya juga berisi  biar enak untuk di cubit, terus... itu tatapan laki-laki itu sangat lembut dan teduh.  Dan suaranya yang lembut dan juga hangat, mbuat jantung Ela beberapa detik yang lalu ketar ketir di dalam sana...

*****

Ela yakin, pasti wajahnya yang putih polos sudah pucat saat ini, jantungnya semakin menggila.

Sudah tidak  ada laki-laki baik hati tadi di sampingnya, laki-laki baik hati itu hanya mengantar dan menuntun Ela sampai tangga yang menuntun Ela naik ke lantai 2 gedung ini. Marena harus kembali bekerja.

Dan Ela sudah ada di puncak tangga, dan tatapan Ela langsung di sambut oleh ruangan yang ada pintunya, pintu warna cokelat pucat, dan ada 4 ruangan di lantai 2 ini, kata laki-laki tadi, sisa 3 ruangan belum di pasang pintu, dan  satu ruangan yang sudah terpasang pintu, di situlah tempat Tuan Malik kerja. Di ruangan yang akan menjadi ruangan manager tempat perbelanjaan ini nantinya.

"Apa aku pulang saja?"Bisik Ela sungguh bingung dan bimbang. Tapi, kalau Ela langsung pulang,  Ela juga akan takut dan tidak enak sama Bu Mini dan juga Buk Kades. Buk Kades yang ikut-ikutan Buk Mini agar ia berbakti sama suaminya. Agar suaminya luluh padanya dan bisa mencintai dirinya.

Padahal Ela tidak mengharap di suka dan di cintai Tuan Malik.

Brak

Ela yang tatapannya lurus dan  fokus pada pintu yang sedikit terbuka di depan sana, jarak sekitar 10 meter dari tempat Ela berdiri tersentak kaget di saat ada suara benda yang jatuh dengan sangat kuat dan datangnya dari arah pintu di mana ada Tuan Malik di dalamnya.

Membuat rasa takut Ela berubah menjadi rasa panik,  takut Tuan Malik kenapa-napa di dalam sana.

Dan tanpa Ela sadari, kedua kaki Ela sudah membawa Ela tepat di depan pintu  Tuan Malik, dan dengan pelan sekali... Ela semakin membuka lebar pintu itu  dengan perasaan tidak enak dan  jantung Ela rasanya ingin meledak, dan tatapan panik dan takut Ela langsung menatap kearah meja kerja Tuan Malik.

Tapi, tidak ada Tuan Malik. Dan di saat Ela ingin masuk ke dalam, mungkin Tuan Malik ada di kamar mandi dan terpeleset. Kaki Ela hanya melayang di udara di saat Ela mendengar...

Cup

Suara kecupan berkali- kali,  dan dengan debaran jantung yang semakin menggila, Ela sontak menatap keasal suara.

Dan deg...

Rasanya jantung Ela ingin keluar dari rongannya,  di saat Ela menatap  ke bawah di depan meja kerja... Ela di sambut dengan pemadangan...

Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sedang bergulat, bukan...bukan bergulat  karena berantam. Tapi, bergulat karena ciuman...

Tuan Malik ada di bawah sedangkan perempuan berpenampilan cantik yang ada di depan  Ela duduk mengangkang di atas tubuh Tuan Malik.  Tuanh Malik Sudah bertelanjang dada. Sedang perempuan cantik itu juga sudah telanjang, hanya cawat dan bra yang menutupi  tubuh mulusnya yang sangat putih....

Dan Ela? Entah kenapa, air mata mengalir begitu saja dari kedua matanya, dan hatinya terasa sangat sangat sakit dan sesak di dalam sana....

Kenapa aku sesak nafas  lihat Tuan Malik yang ciuman  sama perempuan cantik itu, Tuhan? Kenapa?

Tbc

Satu kata untuk Malik apa?

Maunya Ela menggagalkan dan menghentikan kegiatana Gila Malik?

Maunya Ela langsung pergi aja dan gk peduli?

Pantas gak Malik dapat kesempatan dari Ela nanti?

Atau endingnya Ela sama orang lain aja nanti?

Ela (Menikah Dengan Anak Majikan Ibuku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang