Faro memarkirkan motornya di garasi mansion. Laki-laki itu baru saja tiba di mansion bersama gadisnya. Dia melirik Fiola yang kesusahan membuka tali pengikat helm.
"Bantuin." rengek Fiola menyerah.
Faro terkekeh geli membantu gadisnya. Dia melepas helm dari kepala Fiola lalu menaruh di tangki motor miliknya. Fiola menghembuskan napas berat setelah helm milik Faro terlepas dari kepalanya. Sehingga kepalanya tidak terasa berat lagi.
"Ayo, masuk! Mommy udah nunggu dari tadi." ajak Faro refleks menggenggam tangan gadisnya
"Malas jalan, gendong."
Fiola melepas tautan tangan Faro beralih merentangkan tangannya. Pasalnya jarak parkiran mansion Faro dengan pintu masuk lumayan jauh. Jadi gadis itu sedikit malas untuk berjalan.
Tanpa membantah, Faro berjongkok membelakangi gadisnya. Fiola langsung menaiki punggung Faro dengan senyuman. Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Faro serta kakinya di pinggang Faro. Sementara Faro memegang kedua paha bawah Fiola. Laki-laki itu menggendong tubuh Fiola memasuki mansion. Dan kebetulan Faro ke sekolah hanya membawa satu buku. Itu pun ia titipkan pada Arka.
"Aku berat gak sih?"
"Mau jawaban jujur atau bohong?" balas Faro menempelkan pipinya ke pipi Fiola yang sedang bersandar di bahunya
"Harus jujur dong!" tukas Fiola memanyunkan bibirnya
"Em kalo gitu jawabannya...badan kamu gak berat sama sekali An. Malah badan kamu ringan kayak kapas. Sering-sering makan berat makanya. Jangan diet mulu!'
Fiola mencebik kesal, "dih, gitu banget ngomong nya. Padahal kan aku sering makan. Mana ada aku diet!"
"Ya di tambahin lagi porsi makan nya. Biar tubuh berisi gitu, gak kurus-kurus amat." Faro mendudukkan tubuh Fiola di atas sofa. Keduanya telah sampai di ruang tamu utama mansion.
"Kalo soal makanan mana bisa aku nolak. Apapun aku makan! Tapi masalahnya, mau makan sebanyak apapun tubuh aku gak ada perubahan. Tetap aja kayak gini." balas Fiola apa adanya.
Faro mengangguk paham. Laki-laki itu membaringkan kepalanya di paha Fiola. Membuka dua kancing atas seragam hingga menampakkan kaos oblong berwarna hitam. Dari bawah dia memandangi wajah cantik Fiola. Dalam hati menganggumi wajah Fiola yang cantik memakai riasan make up natural.
"Mommy mana?" tanya Fiola celingak-celinguk menatap isi mansion mencari keberadaan Freya. Dia tak menyadari bahwa Faro tengah memandangi nya.
"Coba panggil." ujar Faro senantiasa mengamati wajah Fiola dari bawah. Seolah wajah Fiola objek yang menarik melebih segalanya.
"Ya kan eng--kamu ngapain liatin aku gitu? Ada yang salah sama muka aku?" tanya Fiola mengecek wajahnya menyadari bahwa Faro sedang memandangi nya.
Faro geleng-geleng kepala menarik tangan Fiola lalu mengecup berulang kali punggung tangan gadisnya, "kamu cantik."
"Aishh kirain kenapa." sungut Fiola kesal
"Makanya jangan cantik-cantik. Nanti aku tambah sayang gimana. Terus saingan aku juga nambah banyak."
"Perasaan aku gak cantik-cantik banget deh. Kamu aja yang berlebihan."
"Kamu boleh bilang gitu. Coba sana kamu buka lowongan cari pacar, aku jamin banyak yang minat." gerutu Faro mengerucutkan bibirnya
"Eh boleh emangnya?" tanya Fiola menaik-turunkan satu alisnya bermaksud menggoda Faro
"Enggak boleh! Kamu cuma punya aku. Awas aja sampai berani. Aku bakal bikin Faro junior hadir secepatnya." Faro menyembunyikan wajahnya ke perut Fiola. Berulang kali mengecup perut gadis itu di balik seragam yang di pakai Fiola. Dia serius dengan ucapan nya tadi.
Sedangkan Fiola mendengus. Sudah biasa akan ancaman Faro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faro Alendra
Teen FictionFaro Alendra Fernando Seorang bocah yang dulunya julid kini tumbuh menjadi laki-laki tampan bak dewa Yunani. Bibir merah muda, rambut legam, tubuh kekar dan tinggi, serta kulit yang putih menggambarkan bagaimana dirinya sekarang. Tatapan tajam nya a...