Fino turun dari mobil sport miliknya di ikuti para bodyguard. Dia menatap bangunan khas Eropa di depan matanya seraya menggulung lengan kemeja nya sampai ke siku. Tak lupa mengacak-ngacak rambutnya lalu membenarkan letak kacamata hitam miliknya.
"Cek seluruh bangunan ini!"
Para bodyguard mengangguk kompak mulai berpencar ke seluruh penjuru bangunan. Fino langsung masuk ke dalam dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Baru beberapa langkah di dalam ruangan, puluhan pembunuh bayaran telah menodongkan pistol ke arahnya.
"Mana si bedebah itu?!" tanya Fino berdecih pelan
Para pembunuh bayaran menarik pelatuk pistol mereka merasa tak suka dengan perkataan Fino. Tak lama kemudian, para bodyguard Fino datang. Bersiap siaga melindungi Fino dari depan. Alhasil pembunuh bayaran beserta para bodyguard Fino saling menodongkan pistol satu sama lain.
Fino berdesis pelan memilih berlalu meninggalkan mereka semua. Dia berjalan menuju ruang tamu yang langsung di sambut tepuk tangan oleh pria berjas hitam.
"Selamat datang di gubuk saya tuan Fino Axelian Fernando yang terhormat."
"Tidak usah berbasa-basi! Sudah kau dapatkan pendonor jantung untuk putraku?"
Pria itu tertawa pelan, "haruskah saya bilang tidak sementara korbannya sudah mati?"
"Kau membunuhnya heh?" kata Fino remeh
"Jika tidak putra anda yang akan mati."
"Jangan bercanda sialan! Katakan sekarang!!"
"Baiklah, sepertinya anda tipikal orang tidak sabaran." kekeh pria itu mengambil ponselnya di saku celana menghubungi seseorang. Panggilannya terhubung pada seseorang lalu menunjukkan nya pada Fino, "dia sudah berada di rumah sakit."
Fino menatap lekat ponsel pria itu, "bagus, suruh dia donorkan jantung nya sekarang!"
"Tidak semudah itu. Anda harus memberikan uang saya minta sesuai perjanjian kita."
"Bawa uang nya ke dalam." ujar Fino pada earpiece yang terpasang di telinganya. Setelahnya duduk di sofa menunggu bawahannya datang. Selang beberapa menit, ada satu orang berseragam hitam datang membawa koper. Ia meletakkannya di atas meja tepat di hadapan pria itu.
Sontak mata pria itu berbinar melihat uang satu juta dollar di depan matanya. Dengan ragu-ragu dia memegang uang tersebut di sertai senyum kesenangan. Fino mengamati hal itu tersenyum sinis. Terlalu norak pikirnya.
"Untuk mobil yang kau inginkan sudah terparkir di halaman gubuk mu."
Pria itu tergelak segera mengeceknya lewat jendela. Dan benar saja mobil sport keluaran terbaru yang limited edison terparkir indah di halaman nya. Memang tidak salah dirinya berbisnis dengan Fino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faro Alendra
Teen FictionFaro Alendra Fernando Seorang bocah yang dulunya julid kini tumbuh menjadi laki-laki tampan bak dewa Yunani. Bibir merah muda, rambut legam, tubuh kekar dan tinggi, serta kulit yang putih menggambarkan bagaimana dirinya sekarang. Tatapan tajam nya a...