Part-10

2.5K 333 41
                                    

Brum brum brum

Seorang pengendara motor sport baru saja memasuki kawasan parkiran rumah sakit. Dengan penampilan serba hitam mengundang perhatian banyak orang. Mereka penasaran siapa orang di balik pakaian serba hitam tersebut.

Sedangkan pengendara tersebut membuka helm full face miliknya. Mengibaskan rambut panjangnya secara slow motion membuat banyak kaum adam terpana. Sosok pengendara tersebut tak lain adalah seorang gadis cantik. Mulutnya mengunyah permen karet seraya melihat tatapan banyak orang yang tertuju padanya.

Sedetik kemudian semua orang memalingkan muka. Mulai mengabaikan keberadaan gadis itu. Mereka tentu tau hubungan gadis itu dengan anak pemilik rumah sakit. Bahkan seluruh dokter dan perawat rumah sakit tau bahwa gadis itu menjabat sebagai kekasih dari anak pemilik rumah sakit.

Gadis itu adalah Fiola Andriana.

Dia turun dari motor sport kesayangan nya. Melewati banyak orang dengan tatapan datar. Berjalan angkuh layaknya putri di sebuah kerajaan. Persis sebagaimana ajaran Freya padanya.

Fiola memasukkan tangannya ke saku jaket berjalan menuju resepsionis. Gadis itu menaikkan satu alisnya kala sang resepsionis menatapnya di sertai senyuman mengejek. Dia terkekeh sinis menampilkan wajah menatang.

"Ruangan atas nama Haidar?" tanya Fiola tanpa basa-basi

Resepsionis itu seolah menulikan pendengaran nya. Sibuk membolak-balikkan sebuah buku demi mengabaikan keberadaan Fiola.

"Anda budek atau tidak punya telinga hah?!!" sarkas Fiola berhasil menarik perhatian resepsionis tersebut

"Maaf disini tidak menerima gadis preman! Silahkan keluar dari sini." usir resepsionis itu menunjuk pintu keluar. Sebab sang resepsionis merupakan pegawai baru jadi dia tidak tau siapa Fiola.

Fiola mendesis pelan merasa malas menghadapi situasi seperti itu. Akhirnya gadis itu mengeluarkan ponselnya, menunjukkan beberapa foto dari ponselnya. Sontak resepsionis itu menegang melihat foto yang di perlihatkan Fiola. Dimana foto itu adalah foto Fiola bersama Freya serta Faro. Tak lupa Fiola juga menunjukkan foto Fino sedang tersenyum memeluknya.

"So, dimana ruangannya?!" tanya Fiola sekali memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Mengetuk-ngetuk sepatunya ke lantai menunggu resepsionis menjawab pertanyaan nya.

"VVIP Room, nomor 2." jawab resepsionis itu susah payah

Fiola berlalu begitu saja. Sebelum benar-benar pergi dia mengucapkan kata terima kasih pada resepsionis itu. Tak peduli bagaimana wajah sang resepsionis yang masih syok mengetahui siapa dirinya.

Fiola menoleh kesana-kemari mencari ruangan Haidar. Di tengah kegiatannya, dia tak sengaja mendengar seseorang berbicara di lorong sepi. Suara orang itu terasa familiar di telinganya. Karena penasaran, dia berjalan pelan mendekati suara tersebut.

"Kenan?" gumam Fiola menyakinkan dirinya tak salah melihat orang. Setelah menajamkan matanya,gadis itu yakin orang itu adalah Kenan. Sahabat dari kekasihnya. Dahinya menukik mendengar pembicaraan Kenan. Di dalam benaknya di penuhi berbagai pertanyaan.

"Nanti kita bahas lagi diluar."

"Iya gue tau harus ngapain."

"Lo gak perlu khawatir. Mereka gak akan tau."

"Justru kehadiran lo disini bikin mereka curiga. Mending sekarang, lo pergi!"

Fiola langsung menepuk bahu Kenan. Membuat laki-laki itu tersentak kaget membalikkan tubuhnya. Raut wajahnya mencetak jelas ketakutan melihat sosok Fiola. Buru-buru Kenan menarik tangan Fiola menjauh dari sana. Sayangnya Fiola tidak bodoh. Dalam sekali hentakan Fiola berhasil melepas tarikan tangan Kenan. Dia segera berlari ke tempat semula.

Faro AlendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang