Keesokannya.
Fiola menguap pelan seraya menyesuaikan penglihatannya. Gadis itu menunduk kala merasakan dadanya seperti tertimpa sesuatu. Dia sedikit menjauhkan kepalanya tatkala menyadari bahwa kepala Faro berada di dadanya. Dengan pelan-pelan ia mulai memindahkan kepala Faro ke atas bantal.
Baru saja Fiola ingin turun dari ranjang tangan Faro sudah menarik tangannya. Alhasil gadis itu terjatuh ke dalam dada bidang Faro. Fiola menggerutu pelan kala Faro memeluk dirinya begitu erat.
"Mau kemana hm?" bisik Faro dengan suara serak khas bangun tidur. Membuat tubuh Fiola merinding seketika.
"Mau mandi, sholat terus berangkat ke sekolah. Lepasin ihhh." Fiola memberontak berusaha melepas lingkaran tangan Faro di pinggangnya.
"Jam berapa sekarang?"
"Hampir setengah enam."
Faro melepas pelukan nya membuat Fiola bernafas lega. Tanpa rasa bersalah, gadis itu menyentil keras kening Faro lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Faro yang meringis kesakitan seraya menggerutu.
"Harusnya nih kening di cium bukan di sentil." gerutu Faro mengusap keningnya yang terasa sakit.
Laki-laki itu turun dari ranjang menuju kamar mandi. Melakukan rutinitas nya setiap pagi. Dua puluh menit kemudian, dia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Berbekal satu buku, Faro menyampirkan tasnya ke pundak.
Setelah menaiki lift, Faro menuju ruang makan. Dimana ada sang daddy yang tengah berkutat dengan MacBook. Satu kebiasaan daddy nya setiap pagi yang tidak pernah berubah walau sudah ditegur oleh ibu negara.
"Pagi dad." sapa Faro hanya di balas deheman oleh Fino. Sudah biasa bagi Faro kala sapaan nya tidak pernah di balas oleh daddy nya.
Tak lama sosok Fallona muncul dengan seragam sekolahnya. Adik dari Faro itu mengecup pipi sekilas pipi Fino. Yang di balas senyuman manis oleh Fino.
"Morning princess."
"Morning dad. Nanti daddy bakal nganterin Ayya lagi gak?"
"Of course princess. Setiap pagi daddy akan antar Ayya ke sekolah."
Fallona tersenyum lebar menatap daddy nya. Fino membalasnya dengan senyuman manis. Laki-laki itu sangat menyayangi Fallona. Apapun akan ia lakukan untuk putrinya.
"Ekhem. Abang gak di sapa dek?" kata Faro berdehem
"Enggak." jawab Fallona acuh menyibukkan diri tab sekolah di tangannya. Seketika Faro beristighfar dalam hati di buatnya.
Dari arah dapur, Freya datang membawa sarapan di bantu oleh asisten rumah tangga. Setelah semua di hidangkan, Freya duduk di samping Fallona.
"Kalian mau sarapan? Nasi goreng? Roti tawar selai? Atau sandwich?" tawar Freya lembut
Fino memilih sandwich sementara Fallona memilih nasi goreng. Berbeda dengan Faro, dia celingak-celinguk mencari sosok gadisnya yang tak kunjung turun. Tanpa sepatah kata, laki-laki itu beranjak dari tempat duduk mencari keberadaan Fiola.
Fino dan Fallona asyik sarapan tak mempedulikan kepergian Faro. Namun Freya tidak, dia menatap bingung kemana perginya sang putra.
Di dalam kamar, Fiola berdecak kesal saat ponselnya terus berbunyi tanpa henti. Membuat mood paginya hancur seketika kala tau siapa yang menelpon dirinya. Seseorang yang sangat ia hindari belakangan ini.
Ting
Fiola melirik ponselnya di atas meja. Dia mengambil ponselnya secepat kilat kala melihat notifikasi pesan dari orang yang sangat ia hindari. Pesan itu merubah raut wajah Fiola dari kesal menjadi tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faro Alendra
Teen FictionFaro Alendra Fernando Seorang bocah yang dulunya julid kini tumbuh menjadi laki-laki tampan bak dewa Yunani. Bibir merah muda, rambut legam, tubuh kekar dan tinggi, serta kulit yang putih menggambarkan bagaimana dirinya sekarang. Tatapan tajam nya a...