Part-27

1.5K 248 24
                                    

"Kira-kira kemana ya Alen?"

Fiola menengok kesana-kemari mencari keberadaan kekasihnya. Kejadian di kantin masih belum selesai karena kepala sekolah telah menyuruhnya mencari Faro. Kepala sekolah ingin menindak lanjuti kejadian tadi ke jalur hukum sesuai ucapannya.

Fiola berhenti berjalan melihat segerombolan kakak kelas sedang nongkrong di koridor. Gadis itu ingin ke taman belakang tapi ia ragu melewati nya. Sebab segerombolan kakak kelas tersebut terkenal nakal dan suka sekali melecehkan perempuan.

Setelah lama berpikir dia memberanikan diri. Toh jika mereka macam-macam dirinya bisa melawan. Tidak ada yang perlu di takutkan.

"Kiww cewek. Mau kemana neng?" goda salah satu dari mereka. Namanya Andika Prahaja.

"Bacot!" sarkas Fiola hendak pergi namun di halangi oleh mereka. Gadis itu berputar menatap satu per satu mereka yang mengerubunginya.

Andika dkk tersenyum menggoda melihat lekuk tubuh Fiola bak gitar Spanyol. Pikiran mereka mulai berfantasi liar membayangkan tubuh Fiola.

"Minggir!"

"Eitss nanti. Gimana kalo kita main-main dulu?" goda Febrian mencolek dagu Fiola langsung di tepis kasar oleh gadis itu. Sontak mereka bersiul kesenangan.

"Lo semua mau mati hah?!" tantang Fiola emosi

Andika terkekeh pelan, "kita maunya bersenang-senang cantik. Ayo abang ajak ke gudang."

"Gue gak sudi ikut kalian! Sekarang minggir brengsek!!"

"Galak amat cantik, abang jadi makin suka kiw."

Dengan lancang, Febrian meremas pinggul Fiola. Dalam hitungan detik Fiola berhasil membanting tubuh Febrian ke lantai. Laki-laki itu terlalu lancang menyentuh tubuhnya. Sementara Andika justru semakin tertarik pada Fiola. Dia merangkul pinggang lalu memaksa Fiola untuk menciumnya.

Fiola menggeram marah refleks menonjok hidung Andika. Tapi rangkulan Andika belum terlepas. Malah teman-teman laki-laki itu ikut membantu. Alhasil Fiola kesulitan membalas perlakuan mereka.

Cup

Satu buah kecupan mendarat mulus di pipi Fiola. Walau bukan di bibir, Fiola tetap merasa di lecehkan. Gadis itu sampai mematung menerimanya hingga tidak sadar Faro sudah datang bersama inti Alaskar.

Bugh bugh bugh bugh

Faro menghajar Andika secara membabi buta. Tak membiarkan Andika membalasnya atau bahkan bernafas. Inti Alaskar ikut membantu dengan menghajar teman-teman Andika.

Nafas Faro terengah-engah berhenti sejenak menghajar Andika. Bibirnya menyungging senyuman sinis melihat Andika sudah terkapar tak berdaya. Dia menyeret kerah seragam Andika membawanya ke tengah lapangan.

Sontak siswa-siswi berlarian mendekat ke lapangan. Semua kompak meringis saat Faro dengan sadisnya mematahkan kedua lengan Andika beserta jarinya. Belum habis di situ, Faro menginjak perut Andika berulang kali. Sampai Andika terbatuk mengeluarkan darah.

"Lo harus mati bajingan!!"

Faro masih belum selesai. Dia beralih menendang tubuh Andika layaknya bola. Mengoper sana sini mengitari lapangan basket. Siswa-siswi menutup mata tak sanggup melihatnya. Guru-guru berdatangan segera menghentikan Faro yang hendak membenturkan kepala Andika ke tiang.

Kondisi Andika sangat memprihatinkan. Dia sampai kesulitan bernafas merasakan dadanya terasa sesak. Tubuhnya penuh luka dan darah.

"Lepas!!" sentak Faro mendorong dua guru yang menahannya. Laki-laki itu terkekeh sinis melihat Andika hampir sekarat. Dia menunduk melihat tangan nya yang di penuhi darah Andika. Puas yang tengah dirinya rasakan.

Faro AlendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang