Part-36

1.9K 222 48
                                    

Hal pertama yang Alisha lihat usai membuka mata adalah ruangan serba putih. Dia menatap sekeliling nya. Sepertinya ia sedang berada di rumah sakit. Gadis itu berusaha mengambil posisi duduk. Memegang kepalanya yang terasa pening. Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki berperawakan tinggi berjalan mendekati brankar Alisha.

"Gimana keadaan lo?"

Alisha mendesis merasakan kepalanya berdenyut, "gue gapapa. Lo siapa?"

"Faresta Devion. Itu nama gue. Terserah lo manggil gue apa."

"Oh oke, btw lo yang bawa gue kesini?"

"Bukan, sahabat gue yang antar lo kesini. Are you okay?" tanya Faresta khawatir saat Alisha terus meringis

"Yeah i'm fine. Bilang makasih sahabat lo karena udah nolongin gue." balas Alisha tersenyum tipis hingga Faresta terpana melihatnya.

"Hey kok bengong!"

Faresta langsung tersadar, "sorry Sha."

"Kok lo tau nama gue? Eh iya Fiola mana? Sahabat gue mana? Lo juga nolongin Fiola kan? Please jawab iya!" kata Alisha panik.

"She is queen to us. Her safety is our priority. But we..."

"Kalian gagal? Seperti nya iya." tebak Alisha tepat sasaran.

"Lo tau siapa gue?" tanya Faresta di luar topik pembicaraan

"Sahabat uncle Fiola benar kan?"

"Tepat sekali."

"Udah gue duga. Pasti kalian akan muncul dalam waktu dekat ini. Jadi gimana kabar yang lain?"

"Not bad. Only Rion lost the girl he loved."

"He's late. Steffi is gone forever. And Raiden lost his half sister, Key. Because...takdir bekerja sebagaimana mestinya."

Faresta manggut-manggut, "lo mau nyusul mereka?"

"Maybe. Toh gue hidup gak pernah bahagia."

"Kalo gue yang menciptakan kebahagian buat lo, gimana?"

Alisha terhenyak kaget beberapa saat lalu terkekeh pelan. Menganggap omongan Faresta adalah candaan belaka. Namun Faresta serius dengan ucapan nya. Dia ingin menciptakan kebahagian untuk Alisha. Bukan sekedar omong kosong.

"Bahagia? Enggak deh. Rasanya sudah terlambat. Gue gak mau merasakan nya walau untuk terakhir kali."

"Why? You deserve to be happy Sha!"

"Gue gak mau bahagia sendirian Res. Steffi, Key, Fiola juga berhak bahagia. Tapi nyatanya Tuhan gak pernah ngasih kebahagiaan ke mereka ataupun gue. Sampai takdir merenggut paksa Steffi dan Key. Kebahagiaan macam apa yang pantas gue dapatin Res?" kata Alisha tulus mengingat ketiga sahabatnya

"Bukan nya lo marahan sama Fiola? Kenapa sekarang berubah?"

"Mana mungkin gue bisa marah sama Fiola sementara Fiola adalah sahabat satu-satunya yang gue punya. Hanya Fiola yang gue punya di dunia yang kejam ini ketika keluarga tak lagi berpihak pada gue."

"Jadi lo pura-pura marahan sama Fiola?" tanya Faresta tanpa sadar menggengam tangan Alisha.

"Gue sengaja lakuin hal itu. Karena gue curiga kalo Airin penyebab kematian Key. Dan tebakan gue salah karena pelakunya adalah papa Fiola. Lo tau itu kan Res?"

Refleks genggaman tangan Faresta terlepas. Laki-laki itu menegang di tempat.

"Lo gak perlu tegang gitu. Gue juga baru tadi sore setelah pemakaman Key. Ternyata bokap Fiola lebih jahat dari bokap gue. Gak heran sih sifat keras Fiola nurun dari bokap nya."

Faro AlendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang