Rafa menarik pelan tangan Airin keluar dari ruangan Haidar. Laki-laki itu membawa Airin ke taman rumah sakit. Setiba nya, dia memandang wajah Airin penuh tanda tanya. Di luar dugaan, Airin justru memeluk Rafa. Sangat erat. Sampai Rafa sulit melepas pelukan Airin.
"Hiks hiks hiks."
Mendengar suara isak tangis sahabatnya, Rafa menjadi tak tega. Laki-laki itu membalas pelukan Airin. Tatapannya berubah sendu tak sama waktu melihat kedatangan Airin. Sangat berbeda waktu Steffi menangis. Bisa di bilang posisi Airin di hidup Rafa jauh lebih penting dari Steffi.
"Kok nangis hm?" tanya Rafa lembut berbanding terbalik saat berbicara pada kekasihnya sendiri.
"Papa jahat Raf." jawab Airin sesenggukan
Rafa menghembuskan nafas berat mengeratkan pelukannya di pinggang Airin. Dia tau bagaimana kehidupan pribadi Airin di rumah. Papa Airin selalu membandingkan Airin dengan adik tirinya. Dan juga sering main tangan terhadap Airin. Alasan itulah yang menjadi penyebab perhatian Rafa pada Airin begitu besar. Selain karena Airin cinta pertamanya.
Airin merenggangkan pelukannya. Rafa menangkup kedua pipi Airin lalu mendaratkan kecupan di kening gadis itu. Sementara Airin refleks memejamkan mata menerima perlakuan Rafa.
"Jangan nangis. Gue benci liat nya." ujar Rafa tulus mengusap jejak air mata di pipi Airin. Setelahnya menarik tubuh Airin ke dalam dekapan nya.
Mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi melihat keduanya. Terlebih lagi Rafa. Laki-laki itu seolah hanyut dalam suasana, melupakan janjinya pada seseorang.
"Sebenarnya disini aku yang terlalu baik atau kamu yang terlalu brengsek, El?" gumam nya tak lain adalah kekasih dari Rafa.
Steffi menatap nanar pemandangan tak jauh dari hadapannya. Laki-laki yang ia cintai bermesraan dengan perempuan lain tanpa memikirkan perasaan nya. Untuk kesekian kalinya, ia merasa perempuan paling bodoh yang terus-terusan memaafkan kesalahan kekasihnya. Yang sudah jelas bahwa kekasihnya lebih memprioritaskan perempuan lain.
Masih tidak menyadari keberadaan Steffi, Rafa malah menciumi seluruh wajah Airin kecuali bibir. Laki-laki itu sengaja melakukannya demi mengembalikan senyum manis milik Airin. Tapi sayang, Rafa tidak berpikir akibat dari tindakan nya berhasil menyakiti hati Steffi.
"Kuat juga lo liat begituan?!" sindir Fiola tiba-tiba datang, berdiri di sebelah Steffi. Sontak Steffi menoleh ke samping. Raut wajahnya berubah ceria mendapati sosok Fiola.
"Gak sok bahagia gitu deh! Gue tau lo lagi sakit hati liat kelakuan Rafa."
Steffi mendengus seketika, "ya terus gue harus cemberut gitu liat lo disini?!"
"Mengalihkan pembicaraan!"
"Siapa juga yang mengalihkan pembicaraan."
Fiola memutar bola matanya, "ngeles aja bisa nya! Kasih pelajaran Rafa sono. Jadi cewek jangan lemah-lemah amat!!"
"Bukan gue banget!" tolak Steffi geleng-geleng kepala, "sesuai ajaran lo, gue tau harus balas dengan cara apa."
"Siapa nih? Rafa atau Airin yang mau lo balas?"
"Dua-duanya!"
"Good girl! Ini baru sahabat gue." Fiola tersenyum bangga menepuk pundak Steffi. Gadis itu menyelipkan anak rambut ke daun telinga mendengar seseorang berbicara dari earpiece yang ia gunakan.
"Datang ke markas the angel, sekarang!"
Fiola menyenggol lengan Steffi. Membuat Steffi menoleh. Gadis itu mengangkat dagunya tak mengerti akan kode mata Fiola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faro Alendra
Teen FictionFaro Alendra Fernando Seorang bocah yang dulunya julid kini tumbuh menjadi laki-laki tampan bak dewa Yunani. Bibir merah muda, rambut legam, tubuh kekar dan tinggi, serta kulit yang putih menggambarkan bagaimana dirinya sekarang. Tatapan tajam nya a...