EPILOG

151 4 3
                                    

Setelah beberapa bulan atas meninggalnya ibundanya, Ananta menjadi pribadi yang pendiam. Ia tidak nafsu makan. Pak Cokro sangat prihatin dengan kondisi anaknya, apalagi tatapan Ananta kosong. Ananta hanya menatap ke arah jendela kamarnya selama berjam-jam. Teman-teman Ananta juga sangat khawatir dengan dirinya. Hari ini pak Cokro mengundang Eros dan Mada. Siapa tahu Ananta dapat mencair dengan kedatangan mereka. Pak Cokro memberitahu mereka bahwa Ananta tidak mau makan, maka pak Cokro membawakan mereka sepiring nasi dan juga air putih siapa tahu Ananta mau makan dengan kedatangan mereka. Eros membawa nampan berisi makanan. Sementara Mada mengekor di belakang Eros.

"Ananta!" Panggil Eros lalu ia pun menoleh.

"Eh, kalian" jawab Ananta sekilas lalu kembali seperti semula.

"Nan, makan dulu ya. Kata om Cokro lo belum makan" bujuk Eros seraya meletakkan nampan itu di nakas.

"Gue nggak laper!" mendengar jawaban dari Ananta membuat Eros dan Mada bingung. Eros memandang Mada dengan bertanya-tanya sementara Mada hanya menjawab dengan gelengan. Ananta tetap tak memandang mereka. Sedangkan pak Cokro menatap dari depan pintu.

"Kenapa Tuhan jahat banget sama gue? Setelah mama pergi Lilis juga pergi ninggalin gue. Kenapa nggak ada yang peduli sama gue?" kata Ananta tiba-tiba. Mendengar penuturan Ananta hati pak Cokro bagaikan disambar petir.  Pak Cokro pun berjalan tergopoh-gopoh dan langsung memeluk Ananta dari belakang.

"Istigfar nak, papa sayang sama Ananta. Jangan bicara itu lagi ya. Papa sedih dengernya. Nggak cuman papa, mama juga akan sedih ngelihat kamu kayak gini. Ikhlasin mama ya nak, ikhlasin mama" ujar pak Cokro seraya meneteskan air mata. Mendengar isak tangis pak Cokro Ananta tersentuh.

"Ananta sayang kan sama papa? Jangan kayak gini lagi ya" pinta pak Cokro dengan sangat.

"Iya, pa" jawab Ananta pelan. Lalu pak Cokro menepuk pundak Ananta pelan dan berlalu meninggalkan mereka. Setelah sepeninggalan pak Cokro, Eros pun menawarkan makanan yang berada di atas nakas itu.

"Nan, makan dulu ya" bujuk Eros lagi berharap Ananta mau untuk menyantap makanan itu.

"Iya" mendengar jawaban dari Ananta membuat seulas senyum terbir di bibir Eros dan Mada. Ananta menyantap makanan dengan lahap seraya mendengarkan lelucon dari Eros dan Mada. Terlihat pak Cokro berjalan ke arah mereka dengan sesuatu yang berada di tangannya.

"Papa punya tiket buat kalian" ujar beliau seraya menunjukkan tiket itu ke mereka. Ananta masih tidak paham dengan apa yang dimaksud ayahnya.

"Tiket apa, pa?" tanya Ananta dengan penuh kebingunan. Eros dan Mada sudah tahu karena sudah dibriefing dulu oleh pak Cokro.

"Ini tiket kalian ke Jogja" jawab pak Cokro seakan misterius. Ananta masih tidak mengerti dengan semua ini atau bahasa kerennya ngelag. Ananta menatap kedua temannya mencari tahu jawabannya. Tetapi kedua malah saling pandang jua.

"Jogja? Kenapa Jogja? Kenapa tiba-tiba papa ngasih tiket ke Jogja?" tanya Ananta beruntun.

"Karena ada kebahagiaan kamu di Jogja" jelas pak Cokro yang tidak jelas.

"Ya sudah papa keluar dulu ya" pamit beliau. Ananta masih ingin tahu kenapa tiba-tiba ayahnya memberikan tiket untuk pergi ke Jogja.

"Ini kenapa sih? Kok papa gue ngasih tiket ke Jogja? Kalian pasti tahu sesuatu kan?" tanyanya beruntun.

"Lo makan aja ya"

"Jelasin ke gue! Ini maksudnya apa?" seru Ananta. Mada dan Eros saling pandang karena tak tahu harus bagaimana.

"Ros!" panggil Mada kepada Eros.

"Kok gue sih" protes Eros. Ananta menatap Eros masih menuntut jawaban darinya.

Ananta Lilis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang