AL 🔹29 (KEPUTUSAN)

97 8 2
                                    

Sebelum baca jangan lupa tekan 🌟 ya
Follow akun author nya juga hehe
















Takdir. Satu kata yang menjadi kunci dunia. Dimana kata itu adalah kata yang bisa menjawab segala hal. Kenapa gue bisa punya masalah ini? Takdir. Kenapa gue nggak jodoh sama dia? Takdir. Kenapa kita bisa berjodoh? Takdir. Kenapa gue bisa suka sama dia? Takdir. Kenapa gue bisa punya temen sebaik dia? Takdir. Kenapa gue selalu dipertemukan dengan orang-orang bermuka dua? Takdir. Kenapa setelah Ananta sadar akan perasaannya, Lilis malah memilih untuk pergi? Apakah jawabannya juga takdir? Ya, Takdir. Apakah mereka bisa bersama lagi? Hanya takdir yang bisa menjawab.

Malam ini Ananta sudah bersiap-siap akan ke rumah sakit. Pandangannya menerawang. Ia tidak tahu harus bagaimana. Salah satu orang yang ia yakini bisa ia jadikan sandaran memilih untuk pergi. Apa ia bisa bertopang pada kepalsuan lagi? Setelah ia mendapatkan tempat untuk bersandar. Ia melajukan mobilnya menuju rumah kontrakan Lilis. Ia memutar tape di mobilnya untuk memecah keheningan yang ada. Lagu one direction kesukaannya yang judulnya Love You Goodbye mulai terdengar.

Love You Goodbye

"Apakah kisah cinta kita akan berakhir dengan perpisahan, Lis?" gumamnya.

"Gue selalu berharap jika kita akan berakhir bahagia. Tapi kenyataannya? Kenyataan itu kejam ya"

"Seandainya gue nggak pengecut pasti semua ini nggak akan terjadi"

Ananta sudah tiba-tiba di depan rumah Lilis. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah Lilis. Dengan gerakan pelan tapi pasti ia mengetuk rumah itu. Entah kenapa saat ia mengetuk pintu ada perasaan takut. Takut kehilangan. Ia takut kehilangan dua orang sekaligus. Tak lama Lilis pun dari rumahnya.

"Udah siap?"

"Udah. Ayo berangkat" jawab Lilis. Yang hanya diangguki oleh Ananta lalu mereka melenggang dari sana. Sesimpel itu? Ya. Interaksi mereka sekarang menjadi canggung dikarenakan ucapan Lilis tadi siang.

Ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Ananta belum menjalankan mobilnya. Hal membuat Lilis bertanya-tanya. Ada apa?

"Kok belum jalan? Kenapa?" tanya Lilis memecah keheningan.

"Lo ngerasa nggak? Semenjak omongan lo tadi siang, kita jadi canggung" Ananta berbicara sambil menatap netra hitam legam milik Lilis.

"Bukannya dari dulu kita kek gini ya?" jawab Lilis dengan membuang muka. Tanpa aba-aba Ananta menangkup wajah Lilis lalu menatapnya intens.

"Gue boleh minta satu hal sama lo?"

"A-aapa?" tanya Lilis gugup. Jujur dalam posisi seperti ini jantungnya berdegup seribu kali lebih cepat.

"Gue tau lo akan pergi tapi setidak-tidaknya kita bisa menciptakan kenangan. Walaupun kisah kita tidak seindah itu. Gue harap lo bersedia, kita bersikap biasa aja jangan ada canggung diantara kita"

"Oke" mendengar jawaban Lilis membuat Ananta tersenyum simpul. Ananta masih setia diposisi yang sama.

"Setidaknya kalau kita tidak bisa bersama kita pernah memiliki kenangan bersama. Makasih ya" ujar Ananta tulus.

"Iya. Udah ayok jalan nanti keburu malem"

"Iya" jawab Ananta yang diakhiri dengan senyuman. Dan senyuman itu tidak luntur di sepanjang perjalanan mereka.

"Gue nggak mau senyum itu pudar, Nan. Tapi malah gue sendiri yang membuat senyum itu pudar" batin Lilis.

Tanpa Lilis sadari mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit. Ananta pun memerhatikan Lilis yang melihat ke arah jendela tanpa ada niatan untuk keluar. Jadi, ia pun membuka suaranya.

Ananta Lilis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang