"Paman mau tahu keadaan mereka? Rex dan anaknya masih hidup. Sedangkan istrinya koma selama bertahun-tahun. Tapi syukurlah sekarang istrinya sudah sadar dan sampai saat ini dia belum mengetahui kematian suaminya." ujar Manaow menahan tangis.
"Maafkan aku. Aku terlalu mencintai Jade sampai aku menjadi buta dan tidak menyelidiki terlebih dahulu. Sungguh aku minta maaf." sesal Han sambil menangis sesungukkan.
"Kalo semua orang di dunia ini bisa dengan gampang nya menyadari kesalahan yang diperbuat nya, pastinya akan tercipta kedamaian dan tidak membutuhkan polisi lagi." jawab Manaow dengan ketus.
"Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?" tanya Han.
"Dinginnya penjara sudah pasti akan paman jalani. Tapi untuk menebus kesalahan paman, hanya ada 1 cara." jawab Manaow.
"Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Han.
"Paman harus mencari informasi dimana Jade berada." jawab Manaow.
"Baiklah. Aku akan mengerahkan teman-temanku untuk mencari keberadaan Jade" ujar Han.
"Baik. Kira-kira kapan aku akan mendapat kabar dari paman?" tanya Manaow yang sudah tidak sabar.
"Mungkin 3 hari lagi." jawab Han dengan pastinya.
"Baik. Kutunggu paman di kantor." ujar Manaow sambil berlalu pergi.
'Jade, apa kabarmu? Apa yang telah kamu lakukan dalam 20 tahun lebih ini? Apakah kamu hidup dengan baik atau sebaliknya?' batin Han.
Keluar dari kantor polisi, Manaow pun menuju mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia melihat lampu rumahnya sudah hidup dan seketika rona wajahnya pun berubah menjadi marah, kemudian masuk ke dalam.
"Mau apa kamu pulang lagi?" tanya Manaow dengan nada tinggi.
"Ma...Manaow.." sapa pemuda itu.
"Kali ini apa tujuanmu pulang? Mau melihat barang berharga mana yang bisa kamu jual?" tanya Manaow sambil nyengir.
"Ma..maafkan aku Manaow. Aku tahu aku salah. Berilah aku kesempatan untuk berubah." sesal pemuda itu.
"Berubah? Kamu bisa menghitung sudah berapa banyak kesempatan yang sudah kuberikan kepadamu? Tapi hasilnya apa? Kamu tetap tidak berubah. Malah kamu mengambil sertifikat rumah untuk digadaikan. Kalau saja waktu itu tempat perjudian tersebut tidak digrebek, pastinya aku tidak memiliki rumah lagi sekarang." kesal Manaow.
"K̄hxthos̄ʹ.." sesal pemuda itu.
"Apa tidak ada kata selain itu? Asal kamu tahu, kalo saja aku bukan seorang polisi mungkin aku sudah dibunuh oleh para penagih hutang itu dan aku tidak akan berada di depanmu lagi." kesal Manaow.
"Aku...."
"Sudahlah. Aku sudah muak melihatmu. Besok pagi aku tidak mau melihatmu lagi berada di rumahku. Terserah kamu mau kemana. Itu bukan urusanku." usir Manaow.
"Aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi untuk berubah. Bagaimana pun juga kita pernah menjadi suami istri." mohon pemuda itu sambil berlutut.
"J, jangan pernah membahas hal itu kepadaku. Kita sudah cerai sejak kamu putuskan untuk memilih wanita itu." kesal Manaow sambil menunjuk mantan suaminya.
"Aku tahu itu semua salahku. Tidak seharusnya aku memilihnya. Kehidupanku juga tidak bahagia saat bersama Jean. Aku....."
"Oh..mesra sekali kamu memanggilnya. Jean." nyengir Manaow.
"Manaow ..... kumohon berilah aku kesempatan sekali lagi. Aku janji tidak akan berjudi dan main wanita lagi. Hubunganku dengan Jean juga sudah putus 2 tahun yang lalu. Kami sama sekali sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa lagi. Kumohon percayalah kepadaku kali ini, Manaow..." sesal J sambil menarik-narik tangan Manaow agar dimaafkan.
"Hmmm .... J oh J ... kalau saja kamu tahu kalau hatiku sekarang sudah tidak bisa menerimamu lagi. Hatiku sudah terlanjur sakit dengan apa yang kamu lakukan. Apa janjimu dulu padaku? Kamu mengatakan kalau kamu akan menyayangiku dan mencintaiku seumur hidupmu. Tapi apa? Kamu malah berselingkuh dengan adik temanku sendiri. Kamu bilang apa? Dia lebih segar, lebih cantik, lebih segala-galanya daripada aku. Apa kamu masih ingat itu?" tanya Manaow dengan berlinang air mata.
"Aku salah. Tidak seharusnya aku melakukan itu. Aku benar-benar salah..." jawab J sambil menampar wajahnya sendiri.
"Teruslah menampar wajahmu sampai kamu mati. Aku tetap tidak akan pernah kembali padamu." ujar Manaow sambil berlalu ke kamarnya.
Drrrttt ... drrrttt ... drrrttt
"Halo. Sudah kukatakan kalau aku sedang berusaha. Jangan memburuku terus seperti itu." kesal J.
"........."
"Aku tahu apa yang harus kulakukan. Jadi kumohon untuk beberapa hari kedepan, jangan meneleponku." ujar J sambil mematikan hp nya.
Setelah mematikan hp nya, J terus memutar otak bagaimana agar Manaow mau memaafkan nya. J berpikir kalau apa yang dikatakan Manaow hanyalah emosi sesaat. Tidak mungkin Manaow akan mengusirnya. Maka dia pun memutuskan untuk menginap di rumah Manaow sampai besok.
"Guten morgen, meine Liebe.." sapa J yang membuat Manaow kaget.
"Kenapa kamu masih berada di rumahku?" tanya Manaow dengan nada tinggi.
"Setelah aku menyiapkan sarapan untukmu, aku akan pergi." jawab J.
"Bagus. Pergilah sejauh mungkin seperti dulu saat kamu meninggalkanku." jawab Manaow sambil berlalu pergi.
"Kamu tidak sarapan dulu?" tanya J.
"Tidak. Bawa saja makananmu itu untuk Jean. Bukankah semua yang kamu buat itu adalah kesukaan nya!! Oh ya, sore nanti saat aku pulang, aku sudah tidak harus menemukanmu lagi di rumahku." pinta Manaow.
"Apa benar kita sudah tidak bisa untuk rujuk lagi? Atau setidaknya berteman mungkin?" tanya J dengan penuh harap.
"J, kamu bukannya tidak tahu sifatku seperti apa. Kamu juga bukannya baru mengenalku 1-2 hari bukan? Kamu sudah mengenalku sejak kita masih duduk di bangku SMP. Masa kamu tidak tahu bagaimana sifatku jika ada orang yang mengkhianatiku?" tanya Manaow.
"Tapi aku adalah suamimu. Aku....."
"Bekas. Kamu sudah menjadi bekas suamiku dan kita tidak punya keterikatan apapun." imbuh Manaow.
"Baiklah. Saat pulang nanti kamu tidak akan menemukanku lagi. Aku akan pergi. Tapi aku mau tanyakan 1 hal padamu. Apa kamu sudah memaafkan aku?" tanya J.
"Aku sudah memaafkanmu, tapi aku tidak akan pernah bisa untuk melupakan semua yang telah kamu perbuat kepadaku." tegas Manaow.
"Baiklah. Sekali lagi aku minta maaf dan aku berharap semoga hidupmu berbahagia tanpaku." ujar J.
Dalam perjalanan ke kantor, perasaan Manaow bercampur aduk antara sedih, kesal, marah tapi kasihan dengan J yang memohon-mohon agar dia di maafkan. Sementara J yang sudah keluar dari rumah Manaow dijemput oleh seorang wanita cantik menggunakan mobil sport.
"Bagaimana? Sudah berbaikan dengan istri tuamu?" tanya wanita itu.
"Apanya yang sudah baik? Dia mengusirku keluar dari rumahnya!!" kesal J.
"Hahahahahaha ..... sudah kuduga tidak akan mungkin kamu bisa mengambil hatinya kembali. Sudahlah. Kita pakukan rencana B." jawab wanita itu.
"Rencana B? Apa itu?" tanya J dengan memasang wajah yang penasaran.
"Hmmm ... mungkin kita akan sedikit bermain dengan istri tuamu itu." jawab wanita itu dengan tawa yang menyengir.
"Jean oh Jean .... kamu memang bisa kuandalkan." jawab J sambil mencium bibir kenyal Jean dan terjadilah ciuman panas itu sambil tangan J masuk ke area terlarang Jean yang membuatnya menggelinjang merasakan kenikmatan serasa di langit ke 7.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Mafia My Husband
FanfictionGulf Kanawut, seorang pemuda berusia 22 tahun yang dijual oleh ibunya yang mempunyai hutang yang sangat banyak pada seorang rentenir. Dia tidak bisa membayar hutang tersebut sampai pada akhirnya Kana dijual oleh ibunya sendiri pada seorang mafia kej...