Penyusup

648 45 3
                                    

⚠️ WARNING⚠️

Seluruh pemeran yang ada di sini belum menikah, walau mengambil setting zaman Hokage ke-tujuh.

Enjoy Reading

.
.
.

Perang sudah lama berlalu, dunia Shinobi jauh dan jauh lebih baik. Perdamaian menyebar ke seluruh pelosok negara-negara besar, yang dulu sering bentrok demi memperebutkan wilayah. Musuh terakhir yang mereka hadapi, telah menyatukan dan menciptakan sekutu terbesar sepanjang sejarah.

Konoha merupakan salah satu desa berpengaruh yang berada di negara Api, gudang para Shinobi berbakat juga hebat. Pemimpin di sana di sebut hokage, peradaban baru yang menyentuh desa kuno itu sudah lebih maju.

Rokudaime atau Hokage keenam selama lebih kurang satu dekade memimpin, telah melakukan perubahan besar untuk desanya. Berfokus pada perkembangan ekonomi juga teknologi, beradu argument dengan beberapa petinggi yang menganggap konsepnya telah melanggar tradisi dan akan menghilangkan budaya.

Namun, Beliau bilang untuk maju memang perlu adanya perubahan. Baik sumber daya manusia maupun cara sistem bekerja. Walau mengalami kendala sulit dan pertentangan, akhirnya Konoha menjadi desa paling maju akan teknologinya dan Negara Api mengalami metamorfosis dari negara biasa menjelma digdaya.

Kini masa-masa kecemerlangan Hokage keenam sudah berakhir, sejak beliau memutuskan undur diri dari posisi. Digantikan oleh muridnya yang kini menjadi legenda pahlawan dunia shinobi-Uzumaki Naruto-sebagai Hokage ke-tujuh.

Sistem pemerintahan yang diterapkan gurunya, masih merupakan tonggak penting guna kepemimpinannya.

Sensor keamanan juga semakin berkembang baik, memakai kemampuan Yamanaka juga teknologi yang digabungkan. Sehingga saat ada Cakra asing yang masuk, bisa lebih cepat terdeteksi dan segera melakukan komunikasi internal pengendali pikiran, guna melaporkan.

Seperti saat ini, Ino tiba-tiba menghubungi Naruto yang berada di kantor Hokage.

"Cakra yang berbeda juga asing memasuki desa?" tanya Naruto memastikan. "Ke mana tujuannya? Dan seberapa cepat?"

"Iya." Lalu Ino memperhatikan sebentar layar yang penuh titik hijau sebagai penanda cakra orang-orang desa, ada satu titik merah yang melaju cepat. "Ke arah rumah sakit, sangat cepat."

Dahi Naruto berkerut dalam. "Hubung-"

"Mereka sampai!" potong Ino cepat dan sedikit berseru.

"Mereka?"

"Ya, Cakra asing itu datang bersama cakra yang sudah terdaftar."

"Hubungi Sakura soal ini." Setelah Ino memutuskan Shintensin atau pengendali pikirannya pada Naruto, Hokage ke-tujuh bersiap menuju rumah sakit.

Sementara di sana, ketika Sakura mendapat sambungan dari Ino, sebenarnya gadis berambut pink itu sudah berhadapan dengan si penyusup. Namun, tidak ada raut khawatir yang terbesit di paras cantiknya. Lebih ke bingung juga terheran-heran.

"Nee, Sasuke," panggilnya.

Ino yang mendengar itu ikut kebingungan. "Sakura, apa orang yang membawa penyusup itu adalah Sasuke?"

"Iya, Ino ... bisakah kemampuanmu ditarik dulu? Ada sesuatu yang harus aku lakukan segera." Tanpa menunggu persetujuan, Sakura memutus sepihak memakai keahliannya sendiri.

Sasuke masih bergeming enggan menyahut, fokusnya tak teralihkan dari sosok yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. 

"Sasuke," panggilnya lagi, kali ini pria berambut raven itu menoleh. "Siapa perempuan ini?" tanya Sakura.

"Tidak tahu." Singkat padat.

Menghela napas, Sakura mencoba sabar menghadapi laki-laki yang selama ini dia cintai. "Lalu kenapa kau membawanya ke desa kalau kau tidak tahu? Ino bilang cakranya tak terdaftar, itu berarti dia bukan dari desa ini."

Sasuke beralih pandang lagi. "Obati saja."

"Aku sudah memeriksa, tidak ada luka fatal. Hanya saja ..." Sakura mengikuti arah pandang Sasuke. "Dia terkena racun."

Riak dalam ekspresi datar Sasuke muncul, sedetik kemudian kembali normal. "Racun apa?"

"Jenis racun ini agak sedikit membingungkan." Retina emerlad bergulir pada tubuh yang berbaring. "Bahkan untukku, racun ini sedikit sulit didiagnosa."

Sasuke nampak murung seusai mendengarnya. "Seberapa parah?"

"Menurutku sekilas racunnya nampak tidak mengancam nyawa, tapi itu seperti menyerap kekuatannya." Sakura menempelkan jarinya pada kening Penyusup, memeriksa. "Hanya saja jika berlanjut, mungkin saja akan berubah fatal, bisa juga berujung pada kematian."

"Apa kau bisa membuat penawarnya?" Sasuke seperti tak peduli pada apa pun, akan tetapi meski terlihat acuh tak acuh ada sekelumit ke khawatiran di suaranya.

"Hum."

Si gadis tidak akan bertanya lebih, hanya bergantung pada waktu, untuk mengetahui hubungan Sasuke dengan orang yang terbaring. Ino sudah menghubungi Naruto, jadi ada kemungkinan laki-laki yang menjadi pemimpin desa itu akan kemari. Pada saat itulah identitas yang dibawa Sasuke akan dipertanyakan lagi.

Tugasnya saat ini mengobati, sebagai kewajibannya. "Aku akan cari tahu jenis racunnya lebih dulu, lalu meracik penawarnya."

Sementara itu Naruto berkeliling rumah sakit, takut-takut ada sesuatu yang terjadi. Namun, sejauh ini semua tampak normal, tidak ada yang mencurigakan menurut penilaiannya. 

Baru ketika mata birunya menangkap siluet gadis berpakaian merah, dia terhenti sejenak terus memanggilnya. "Sakura!" Berlari menghampiri.

"Naruto?"

"Apa ada sesuatu yang terjadi? Ino memberitahuku ada penyusup yang mengarah ke sini."

"Penyusupnya ada di ruang rawat."

Kontan saja Naruto menatap ngeri, mengira kalau gadis di depannya pasti sudah menghajar penyusup itu, sampai babak belur habis-habisan.

Menemukan reaksi itu di wajah Naruto, lekas saja si merah jambu melayangkan jitakan keras ke kepala si pemimpin desa.

"Jangan menuduh aku yang menghajarnya, Naruto!"

"Adududuh Sakura," ringisnya. "Lembutlah sedikit padaku, kalau kau lupa, aku ini seorang Hokage sekarang." Mengusap-usap ubun-ubun yang terasa nyeri.

Sakura mendengkus sebal. "Pergi temui sendiri sana, ada Sasuke juga."

"Sasuke beneran sudah pulang?" Biasanya rival abadi Naruto itu selalu mengabari dulu sebelum balik ke desa.

"Iya, malah dia yang membawa si penyusup."

"Tapi kenapa dia- eh? Jadi yang dikatakan Ino itu betulan?"

Kelakuan bodohnya itu yang bikin Sakura sangsi, kenapa Naruto bisa jadi Hokage? Untung saja ada Shikamaru yang menjadi penasehatnya. Kalau tak ada laki-laki jenius itu, entahlah Sakura tidak mau membayangkannya.

"Sudah sana, aku harus meracik obat."

Mereka berlawanan arah setelahnya, Naruto menuju ruangan yang Sakura kasih tahu sebelum pergi ke ruang peracikan.

Kamar dengan pintu bercat biru telor asin terbuka dari luar, Sasuke yang masih termangu reflek menoleh, mengira Sakura yang datang. "Naruto?"

.
.
.

Tempat tersembunyi, 07 September 2021

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang