Yang Terakhir

64 8 0
                                    

Banyak yang terluka, terutama para jounin yang terjun langsung dalam pertempuran berdarah. Rumah sakit dan tenda darurat penuh sesak, lolongan kesakitan dan teriakan para ninja medis yang berupaya keras mengatur dan mengobati korban yang terus berdatangan campur aduk memekakan telinga.

Sementara itu, beberapa ruangan khusus yang menangani korban kritis tampak lengang. Dibutuhkannya konsentrasi serta ketenangan ekstra, menciptakan suasana hening yang berkebalikan. Namun, kerenapan ini amat menyesakan, menoreh ketakutan yang diaduk bersama kekhawatiran.

Di balik pintu dengan tulisan ruang operasi itu beberapa ninja medis tengah berjibaku demi menyelamatkan nyawa seseorang. Ninja medis terkemuka ikut turun tangan termasuk Tsunade, tetapi karena Sakura belum memulihkan kekuatan sepenuhnya. Wanita berbenang bunga musim semi itu hanya bisa membantu di posko biasa.

Katsuyu, siput penyembuh yang Tsunade panggil pun membantu dengan membelah diri dan menempel pada setiap orang. Keadaan sebelumnya benar-benar kacau tak terkendali. Namun, seiring waktu mulai terorganisir.

Xiaoshen termangu kosong, kegelapan yang biasa dilihatnya semakin pekat. Ditambah pikirannya kini tengah kusut, tangan pucat yang saling bertaut bergetar dialiri buliran keringat dingin.

"Kumohon, bertahanlah ... Kakashi."

Beberapa jam yang lalu, diserangan terakhir antara menang-kalah serta hidup dan mati. Ketika bahaya yang JinRen ciptakan menghampiri, seseorang datang memeluk Xiaoshen dan disusul suara daging terkoyak. Namun, itu bukan dari seseorang yang memeluk untuk melindunginya. Melainkan dari sosok berbeda.

"Xiao-Shen ... kau tidak---apa-apa?"

Bibir ranum Xiaoshen terbuka, sedang badannya terhenyak kaget. "Kakashi?"

"Neji ... apa itu ... Kakashi?" Dia ingin mendorong tubuh yang mendekapnya, tetapi tidak bisa.

Neji memeluk, tidak mengindahkan penolakan. Tentu dia tahu ada orang lain di belakangnya yang sedang mengorbankan diri, melakukan hal serupa seperti ia lakukan tadi.

JinRen mendecih sekaligus meringis, lagi-lagi para bedebah di matanya menghalangi. Dia mundur membiarkan darah menyembur dari rongga dada sebelah kanannya. Dengan beberapa luka fatal di organ vital, JinRen sedikit hilang keseimbangan, kontrol kekuatannya juga menurun dan berefek pada tawanan di atas sana. Sekilas matanya bergulir ke atas, Naruto juga Sasuke melayang jatuh dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Shizun, aku tidak akan menyerah. Baik aku maupun kau sama-sama mencapai batas kali ini, hanya saja kau lebih di rugikan karena racun dalam dirimu akan segera bereaksi lebih ganas."

Desiran pasir Gaara menangkap Naruto dan Sasuke,  menurunkannya pelan-pelan.

JinRen tahu, situasi ini sudah di luar kendali, dia juga tidak menyangka akan kesulitan dan menghabiskan banyak waktu.

"Temui aku jika kau ingin hidup, bahkan Ninja medis pun tidak akan tahu penawarnya, kalau mereka nekad memberimu obat, sama seperti sebelumnya, menyerahlah untuk hidup." Lalu JinRen menyeringai. "Dan satu lagi, jangan kira serangan terakhirku tidak mengandung racun."

Lantas perlahan sosoknya memudar bersama tawa juga beberapa patah kata yang membuat semua orang mengerang jengkel. "Kau akan mati dalam mimpi musim semi atau bangun karena seseorang mencemarimu Kakashi!!! Dasar Ninja Medis Bodoh! Kau pikir itu Racun Musim Semi yang kalian kaji sendiri?! Ha Ha Ha silakan ingat, bahwa aku datang dari tempat yang berbeda!!"

Bersamaan pudarnya suara, tubuh Kakashi ambruk ke tanah.

Mengingat itu tanpa bisa dicegah Xiaoshen merasa sesak di dada. Dalam satu malam, di waktu yang singkat dia sudah membuat tiga orang penting kritis dan satu orang luka serius, belum lagi warga sipil yang entah ada berapa menjadi korban. Baik yang tewas maupun mengalami cidera.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang