Misi

181 14 0
                                    

Malam itu langit tampak lebih gelap dari biasanya, awan yang menggantung begitu kelabu membawa suasana suram. Sementara cahaya bulan menerobos dari celah-celah sang mega yang mencoba memakannya, satu dua titik cahaya menerpa permukaan dedaunan di tengah hutan.

Lebat akan pohon, lagi rimbun oleh semak belukar. Siapa pun melintasinya akan menimbulkan gemerisik yang timbul dari gesekan. Begitu pula terhadap aksi kejar mengejar antara dua orang berjubah hitam dan putih, mereka melompati dahan, menyapu semak-semak, menginjak ranting, hingga malam yang harusnya sunyi menjadi gaduh.

Orang di belakang Si Jubah Putih menarik pedang dari tempatnya, lantas sebuah gelombang cahaya merah hitam menyambar target di depan. Menyadari serangan dari titik buta, sosok putih melompat ke belakang sedang gelombang cahaya itu melewati tanpa menyentuhnya. Alhasil kekuatan luar biasa itu hanya menghancurkan pepohonan di sekeliling yang dilintasi. 

Serangan barusan tidak lain hanya pengalihan, jubah hitam tanpa ragu maju menyabetkan pedang ke punggung si jubah putih. Denting pedang terdengar, tatkala sosok itu memblokir serangan. Dua bilah besi tajam saling bergesekan, hingga memercikkan api.

"XiaoShen!"

Jubah putih menggertakan gigi mendengar namanya dipanggil oleh geraman serak pria yang sesaat lalu telah menipunya.

"Menyerahlah, tubuhmu tidak akan sanggup menangani racun yang aku berikan." Pria itu menunjukkan seringai dingin.

"Tidak tahu malu!" geram XiaoShen.

Dia memaksakan kekuatannya yang kian melemah selama aksi kucing-kucingan, cahaya putih hijau mencuat dari bilah pedang miliknya. XiaoShen menekan kuat gesekan bilah, lalu menarik berlawanan arah jarum jam. Pedang si jubah hitam terarah lurus ke dada XiaoShen, tetapi dengan gesit perempuan itu mengelak lantas menebas perut lawannya.

Keduanya terjerembab ke tanah, satu terluka sedang yang lain kelelahan.

Keringat dingin bercucuran di leher putih XiaoShen, napasnya kian tercekat. Segenap tenaga dia menyeret kaki menjauh, akan tetapi lawannya belum menyerah. Sebelum perempuan itu pergi lebih jauh dari jangkauan, dia melemparkan beberapa jarum yang mengenai punggung bahu XiaoShen.

"XiaoShen aku akan datang untuk membunuh Sasuke, tunggu saja!!"

Teriakan itu menggema sampai XiaoShen terbangun dari tidur, akibat mimpi buruknya tersebut.

Dia tidak tahu mengapa begitu ketakutan, kata 'membunuh Sasuke' seolah berputar di kepala mengulang dan terus mengulang. Tubuhnya bergetar, mengira-ngira sejauh mana dia mengenal Sasuke sampai seseorang berani mengancam dirinya melalui pria Uchiha itu.

"Sasuke, apa benar aku mengenalmu diingatanku dulu?"

Malam ini sama seperti waktu itu, bulan yang dimakan mega berbalut aura suram. Kepalanya otomatis memutar ulang suara lelaki yang muncul dimimpinya, itu persis mirip dengan suara yang menggema di kepalanya waktu latihan.

Sekali lagi rasa takut merayapi. Xiaoshen memeluk lutut, wajahnya sendu. Di waktu seperti ini, ia tak bisa menahan diri untuk tidak tenggelam ke dalam kubangan masa lalu.

Lantas satu nama lolos dari bibir ranum XiaoShen. "Xu JinRen," lirihnya seraya memandang langit dari jendela.

Gadis Tahanan ini tidak berani menutup mata lagi, dia terjaga sepanjang malam, hingga sinar pertama matahari muncul kemerah-merahan melukis langit hitam kebiruan.

Di waktu yang sama, lelaki berjubah hitam juga tengah memandangi bola api raksasa di ujung kaki langit.

Rooftop apartemen membawa angin pagi berembus lebih kencang, surai arangnya melambai memberi kesan luar biasa dipadu wajah rupawannya.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang