Negosiasi

290 29 0
                                    

Mengetahui gadis yang terbaring sudah siuman, sontak Sasuke memanggil Sakura. Tidak di sangka ternyata yang lain juga kebetulan sedang ada di sini--mungkin untuk menegur Sasuke-- jadi rombongan itu sekalian menengok.

Namun, dari tadi yang dijenguk enggan bersuara dan terus menutup mata, sekalipun membuka mulut hanya untuk bertanya di mana kain penutup matanya. Gara-gara itu Sasuke juga sempat mengira lirihan beberapa saat lalu merupakan halusinasinya.

"Jadi siapa kau dan dari mana kau berasal?" Naruto mengulang pertanyaan serupa untuk ketiga kalinya.

Sama seperti sebelumnya, perempuan itu tetap bungkam. Meski begitu, gelagatnya seakan sedang waspada terhadap sesuatu, dia seperti tengah menerka-nerka atau menelisik melalui indera pendengaran.

Ada sekitar lima orang di ruangan, lalu dia tenggelam dalam konsentrasi dan mencoba mencari informasi melalui suara, dari kejauhan sayup-sayup terdengar anak-anak berlarian sambil tertawa, juga sejumlah langkah kaki. Selain itu dia mencium bau obat-obatan.

Dalam hati dia berbisik. Tempat apa ini? 

"Kembalikan kain penutup mataku." Lagi-lagi jawaban yang sama.

Kain itu diambil Sakura ketika hendak memeriksa matanya, gadis itu pikir ada cidera di mata pasien, makanya mata itu ditutupi kain. Sekarang sehelai kain yang mirip pita panjang itu beralih ke tangan Naruto, kala Sakura hampir saja menyerahkannya. Entah sepenting apa kain itu, Naruto ingin melakukan tawar-menawar dengan benda panjang tipis berwarna putih ini.

"Jawab pertanyaanku, maka akan kuberikan kain ini."

Sasuke jengah, ini bukan mempermainkan anak kecil seperti 'ayo, ikut om nanti dikasih permen'. Jadi dia angkat bicara. "Naruto cukup, kasihkan saja."

Dia mengatakan itu untuk Naruto, tapi netranya mengarah pada si gadis di ranjang. Ada ekspresi sendu di mata itu kendati sangat halus untuk dilihat.

"Sasuke ini seperti bukan kau," tutur Shikamaru.

"Apa maksudmu? Itu hanya kain, kau pikir bisa menukar informasi memakai sehelai kain?"

Naruto menggeleng. "Kalau ini tak begitu penting, mengapa dia begitu menginginkannya?"

Kemudian sekali lagi Naruto menanyakan hal serupa tanpa bosan.

"Berikan itu, saya akan menjawab pertanyaan anda." Gadis itu memutuskan bernegosiasi.

Hokage jingga itu menyeringai, lantas melirik Sasuke seolah mengatakan 'lihat? Aku berhasil, kan?'. Dia batuk iseng, nadanya berganti lebih bersahabat. "Kalau bisa jawab dulu pertanyaanku."

Menghela napas. "Jiang XiaoShen." Hening kemudian.

"Asalmu?"

"Dari mana saya berasal itu bukan urusan anda. Kembalikan kainnya."

Tidak masalah, Naruto tetap menyerahkan kain putih di tangannya walau hanya mendapat satu jawaban saja. Tangan dingin XiaoShen menyentuh tangan hangat Naruto kala mengambilnya, dia tersentak menarik diri.

Seluruh pasang mata merasa aneh. Sedang XiaoShen berujar. "Taruh saja kain itu di sini." Dia menunjuk sisi tempat tidur yang bisa di jangkaunya.

Permintaan anehnya membuat mereka mengernyit, tapi Naruto menurut saja. Dia meletakkannya di tempat yang XiaoShen inginkan, baru kemudian tangan putih itu mengambilnya.

XiaoShen melilitkan kain putih dengan sulaman bunga emas ke mata, menutup rapat dua kelopak mata yang sedari tadi terpejam.

"Ano ... XiaoShen, kan?" Sakura bertanya ragu, selanjutnya walau tidak mendapat tanggapan apa pun dia mengutarakan maksudnya. "Apa kau ingat kejadian yang menimpamu sebelumnya?"

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang