Jiang Xiaoshen, Ikanaide (2)

107 6 2
                                    

Suara berat nan dingin itu bak air es disiram ke badan Xiaoshen. Wanita itu berbalik cepat, seketika pupil matanya melebar kaget.

"Ka-Kakashi?" Dia merespon cepat, siap kabur.

Sayangnya, bukan hal mudah lari dari cengkeraman Kakashi, pria itu lebih gesit dua kali lipat dan berhasil menahan Xiaoshen, memojokkan perempuan berjubah putih ke dinding pohon.

Ruby menjelajahi paras cantik, terutama sepasang mata identik dengan miliknya yang baru dilihat. Tirai bulu mata menggantung cantik, hitam seperti bulu gagak. Manik jernih layaknya ombak yang enggan meninggalkan tepi pantai, memantulkan bayangannya dengan sangat jelas.

"Sangat berani," desis Kakashi.

Xiaoshen menelan ludah susah payah, parah lagi jantungnya tidak bisa diam, berisik, bergemuruh seolah mau lepas dari tempat.

"Mau kabur setelah seenaknya meniduri orang lain?" Frontal Kakashi yang sukses membuat Xiaoshen terperangah di tempat. "Terkejut? Lihat gadis polos ini, setelah bermain satu malam dengan pria koma, sekarang dia mau kabur, enggan bertanggungjawab."

"Kau--" protesnya tak terima dituduh tak bertanggungjawab.

Kakashi semakin menunduk, pasti menghapus jarak antar wajah. "Apa? Ada yang salah?"

"Kakashi menjauh lah, kau terlalu dekat." Beginilah Xiaoshen, tenang seperti permukaan danau, kendati di bawahnya arus deras berkecamuk, tersembunyi di balik ekspresi datarnya.

"Begitukah? Lalu, apa menurutmu yang semalam itu tidak dibilang dekat?"

Walau samar, Kakashi memang sempat seakan melihat Xiaoshen, dia pikir itu termasuk mimpi. Saat itu baik mimpi maupun kenyataan seperti tumpang tindih sehingga kakashi tak sempat memastikan, tetapi saat Neji datang menceritakan semuanya melalui surat, serta pengakuan samarnya mengenai Xiaoshen pun ketegasan bahwa lelaki itu tidak bisa lagi mencintai orang lain, Kakashi semakin jelas akan siluet wanita yang bersamanya semalam.

"Xiaoshen, semalam itu kau 'kan? Bukan Ayame?"

Mulut Xiaoshen terkatup rapat, punggungnya tegang juga dingin. Tidak peduli siapa yang membocorkan ini, terpenting sekarang bagaimana caranya kabur dari kukungan Kakashi.

"Kau harusnya berada di altar Kakashi, bukan di sini," tegas Xiaoshen masih enggan mengaku.

"Dan menikahi wanita yang tidak kucintai?"

Tangan Kakashi menyusup dari belakang, menyentuh punggung Xiaoshen menimbulkan efek kupu-kupu yang aneh di badan wanita itu. Xiaoshen meremang, dia belum pernah diperlakukan seintim ini.

Sepasang mutiara kelabu Kakashi menatap intens wanita di hadapan, sorot dalam menyelami iris Xiaoshen yang kini tak bisa fokus.

"Xiaoshen, apa kau menyukaiku?"

Telapak tangan Kakashi bisa merasakan detak jantung Xiaoshen bertambah kuat, mau tak mau Kakashi menaruh harapan besar atas reaksi tersebut.

Kakashi menempelkan dahi satu sama lain, berbisik pelan. "Xioashen, kenapa kau menolongku?" Sorot dalamnya menyusup, penuh perhatian, kelembutan tak terukur dan samar-samar menunjukan kerinduan teramat dalam, seolah ia telah menempuh ribuan mil jauhnya.

Bibir merah masih terkatup rapat, Xiaoshen menggulirkan manik awan mendung ke arah lain, menghindar.

"Jiang Xiaoshen, lihat aku. Perhatikan aku." Tangan di punggung menekan lebih dekat, mereka menempel satu sama lain.

Tangan lain Kakashi turun melingkupi pinggang ramping wanita di dalam rengkuhannya. Dia tidak mendapat jawaban maupun perhatian, Xiaoshen masih memandang ke arah lain, kendati rona samar merambat dari pipi ke leher. Wanita ini tidak memberontak, seolah menjadi patung dewi yang amat cantik.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang