Sebagian Memori

109 12 0
                                    

"Naruto penduduk dari desa Hega sudah di ungsikan, untuk sementara desa itu akan di isolasi selama masa penyelidikan."

Shikamaru memberikan laporan yang baru di dapatnya dari Jounin yang mengurus proses pengungsian setelah tim Kakashi kembali ke desa.

Naruto menegakkan kepala pada penasehatnya itu. "Bagaimana dengan yang terkena gigitan?"

"Menurut Kabuto itu tidak akan menimbulkan masalah, hanya luka biasa. Sakura juga sudah mengkonfirmasi kalau memakai antibiotik serta pengobatan sederhana saja sudah cukup  untuk mengeringkan lukanya dengan cepat."

Pemilik gelar Hokage mendesah lega, lalu melihat lagi laporan yang Kakashi tulis  mengenai apa saja yang terjadi di desa Hega. Perkara tanda lingkaran-bintang, manusia yang berubah menjadi pemakan daging serta petunjuk soal pencarian para Jounin yang terputus. Di samping itu yang lebih membuat Naruto penasaran dan khawatir tidak lain ialah Sasuke menjadi incaran pelaku misterius yang sudah berbuat onar.

"Shikamaru, apa sudah ada kabar dari Suna?"

"Mereka belum mengkonfirmasi apa pun, hanya ada pesan dari Temari yang meminta salah satu petinggi desa Konoha mewakili pertemuan dengan Kazekage."

Memang masalah ini terlalu pelik untuk dibahas melalui telpon ataupun pertemuan virtual, akan lebih efektif jika melakukan pertemuan langsung.

"Soal itu, biar aku yang lakukan. Kau tidak perlu meninggalkan desa, kita tidak tahu kapan pelaku yang sama akan menyerang. Jika memang Sasuke yang mereka inginkan, bukan tidak mungkin musuh nekad menerobos pertahanan Konoha."

Tidak ada pilihan yang dikatakan Shikamaru benar adanya, selain itu jika hal yang tidak diinginkan terjadi maka tugas Naruto adalah melindungi desa ini dengan nyawanya.

"Baiklah, tolong urus sisanya, Shikamaru."

"Hn, kau sendiri tidak mau menemui Sasuke dulu?" Shikamaru bertanya seperti itu karena jelas tahu, kawan seangkatannya ini pasti mencemaskan Sasuke. "Ada yang ingin kau bicarakan, kan?"

"Meski begitu, aku yakin Sasuke tidak akan menjelaskan apa pun."

Itu karena Sasuke juga tidak tahu siapa yang sedang menginginkan nyawanya, maka dari itu dia akan menemui seseorang yang diyakininya tahu sesuatu. Walau saat ini orang tersebut tengah hilang ingatan, tak ada salahnya untuk bertanya lebih dulu dari pada tidak sama sekali.

Pada saat itu di kediaman Hyuga bunke, Neji yang memiliki waktu luang lebih banyak dari Jounin kebanyakan keluar dari dapur membawa sepiring kue manju beserta minuman ocha. Dia meletakkannya di teras, lalu mendudukan diri di sebelahnya.

Dengan sebelah tangan berpangku di atas paha satu laginya mencomot kue, Neji memperhatikan seorang gadis yang sedang gesit berlatih. Ia menyuap satu gigitan, tanpa melepaskan diri. 

"Hm?" Neji tampak bingung saat tiba-tiba XiaoShen berhenti dengan kegiatannya. "Ada apa?" tanyanya acuh.

"Tundukan kepalamu." Gadis itu memperingatkan. "Tidak sopan," desisnya membuang muka.

Neji berdehem lantas ikut memalingkan pandangan sambil pura-pura menikmati camilan. "XiaoShen," panggilnya tanpa menoleh. "Manju?"

Meski masih sangsi dengan kelakuan Neji barusan, perempuan berjubah putih itu tetap menghampiri. "Kau membuatnya?"

Hubungan mereka semakin akrab belakangan ini, XiaoShen juga sudah membiasakan diri agar tidak bersikap formal terhadap Neji. Kendati masih sedikit kaku dan canggung, tetapi ini jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Neji.

XiaoShen masih mengunyah pelan makanan di mulut, pantang baginya berbicara saat mulutnya penuh. Baru selepas menelan dia menjawab. "Enak, tapi terlalu manis."

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang