Ikan Panggang (2)

55 6 0
                                    

Kedai Ichiraku penuh pengunjung, nyaris semua kursi terisi. Ini hal lumrah, sebab ramen di sini memang memiliki kualitas rasa yang sangat nikmat. Tak jarang orang dari negara lain jauh-jauh ke Konoha demi mengecap cita rasa legendaris ini.

"Dua Ramen ukuran sedang siap!"

Dua mangkuk ramen tersaji di meja bar, uapnya masih mengepul menguarkan aroma gurih, kuahnya kental kaya akan bumbu, membuat siapa pun yang mencium tidak tahan untuk segera menyantapnya. Mienya tebal, dengan tekstur kenyal juga lembut. Belum lagi potongan daging yang empuk serta ringan ketika digigit, ditambahkan toping juga daun bawang yang menumbuhkan rasa lapar semakin tak terlukis.

Anak pemilik kedai tersenyum ramah. "Silakan dinikmati."

Mereka yang memesan di meja bar tak lain ialah Neji dan Xiaoshen,  menilik hanya tempat ini yang tersisa.

"Aku pikir sekali-kali mengajakmu makan di luar bukan ide buruk, kalau-kalau kau bosan dengan masakanku," tutur Neji menatap perempuan yang diajak dari samping.

"Aku hanya tahanan, tidak perlu pilih-pilih."

Sudah lama Xiaoshen tidak pernah menyinggung mengenai statusnya, entah kenapa sekarang tiba-tiba mengingat ini. Berpikir setidaknya dia harus mengetahui posisi sesungguhnya, hanya karena mendapat perlakuan baik jangan sampai dia terlena dan lupa siapa dirinya di tempat ini.

"Aku pikir kau sudah tidak memikirkan itu lagi."

"Tidak berani."

Sementara itu di kantor Hokage, Naruto tengah mendiskusikan sederet kejadian yang dialami desanya pada Kazekage yang siang tadi baru saja sampai. Gaara--Kazekage--bahkan belum sempat istirahat dan segera bergegas menemui Naruto.

"Sai menemukan beberapa petunjuk dari hasil penyelidikan singkat tempo lalu, sebelum kami menariknya untuk kembali." Naruto menyerahkan lembar dokumen.

Membiarkan Gaara membaca isinya, dia sekalian menjelaskan. "Dari setengah tempat, desa yang mendapat serangan semua berhubungan dengan Xiaoshen. Sementara sisa lainnya itu hanya kebetulan terjadi."

Dokumen itu belum selesai dibacanya, tetapi mendengar nama ini disebutkan mau tak mau Gaara berhenti. "Xiaoshen?"

"Ada Apa?" Sasuke yang tidak bersuara kini menyela.

Sang Kazekage menatap lama Sasuke, kemudian acuh tak acuh. "Bukan apa-apa."

Dia melanjutkan, begitu selesai Gaara tidak menganggap ini hanya kebetulan. Pasalnya desa-desa yang terkena bencana bagaimana bisa berada di waktu yang sama dan jumlahnya jelas tidak bisa dibilang sedikit. Apa lagi ini menyangkut lima desa besar.

"Bagaimana jika semuanya sudah terencana?" tanggapnya.

Shikamaru menengahi. "Melihat jumlah dan waktunya kita memang akan berpikir ke sana. Tetapi, lokasi geografisnya jelas terbilang ekstrem. Kami merangkum beberapa di antaranya."

Sebuah hologram muncul di tengah meja, Shikamaru memperbesar beberapa titik merah yang merupakan tanda desa bencana. "Ini desa dari Iwa dan Kiri, lokasinya berada di bawah lereng berbukit atau di pinggiran laut."

Dari data yang diperolehnya, beberapa desa itu memang sering menghadapi bencana longsor atau misal di sebagian desa di Kiri Gakure, mereka sering mengalami pasang surut laut, mengingat wilayah mereka yang dikelilingi lautan. Shikamaru juga menunjukan gambaran dari pemukiman di Suna yang jelas familiar bagi Gaara dan daerah itu memang rawan bencana.

Hologram itu digeser sedikit dan menampilkan titik hitam yang merupakan kumpulan desa yang bersangkutan dengan Xiaoshen. "Sedang wilayah ini, tergolong aman. Namun, semua latar belakangnya sama, sebagai contoh kecil. perkampungan di Hega."

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang