Teman

84 11 0
                                    

"Kakak peri arigatou."

Lagi-lagi Kaeya menangis di pelukan hangat XiaoShen, dia tak bisa menyembunyikan haru kebahagiaan begitu mendengar kabar kalau penduduk desa selamat. Beberapa orang yang disebut olehnya waktu itu pun masih baik-baik saja dan kini menjalani perawatan lanjutan.

"Aku tidak melakukan apa pun, Kaeya. Yang menyelamatkan mereka tak lain Neji, Kakashi juga Sakura."

Kaeya menggelengkan kepala, kemudian menarik diri seinci untuk menengadah demi menatap wajah penolongnya. "Aku sudah dengar dari mereka kalau kakak peri sampai mempertaruhkan nyawa, kakak peri berupaya keras meski dalam kondisi yang tidak baik." Segukan diiringi tarikan ingus menjeda sejenak rengekan Kaeya. "Aku minta maaf, harusnya aku tidak memaksamu, aku tidak tahu kalau kau sedang sakit. Aku pasti akan sangat menyesal kalau sesuatu yang buruk menimpamu, aku bodoh, Kaeya no aho."

Tangan lembut membelai pucuk kepala gadis kecil, lalu dengan nada halus menenangkan. "Jangan bicara begitu."

Status siaga desa Konoha perlahan mulai berangsur pulih, Naruto juga sudah membagikan informasi ke seluruh desa besar tentang cara memulihkan kondisi orang-orang.

Shinobi spesialis genjutsu dikerahkan ke berbagai tempat yang terjangkit setelah mendapat briefing dari Kakashi mengenai cara penggunaannya. Klan Hyuga serta ninja medis berperan penting dalam tugas ini.

Para korban yang telah dievakuasi pun berangsur membaik setiap harinya, di bawah pengawasan Sakura serta Kabuto semua jadi lebih cepat dikendalikan.

Kaeya dan XiaoShen berpisah di gerbang masuk desa, Ibu Dango sudah membaik  dan mereka bermaksud kembali ke Hega bersama sejumlah orang lainnya. Insfratruktur kampung itu sudah di perbaiki dan bisa dihuni lagi, kendati belum sepenuhnya

Setelah semua selesai, XiaoShen kembali ke kediaman Hyuga. Melakoni peran tahanan seperti sebelumnya. Namun, kali ini perempuan dengan kepribadian lembut tersebut tak keberatan akan statusnya sekarang.

Neji menuangkan cairan hijau ke cangkir tembikar, lantas menyodorkan ke perempuan yang bersebelahan dengannya.

"Berkatmu, kasus ini cepat selesai," kata Neji ada sekelumit kebanggaan dari nadanya.

Minuman itu XiaoShen ambil dan disesap perlahan. "Entahlah, aku hanya merasa bertanggungjawab."

Benar, XiaoShen agaknya memiliki keterikatan dengan masalah kali ini. Tak tahu kenapa, rasa-rasanya dia merupakan penyebab semua ini terjadi. Ditambah, suara yang waktu itu mengganggu konsentrasinya hingga memicu emosi tinggi dalam dirinya, seakan orang tersebut tahu bahwa hanya dengan mengusik ketenangannya akan membawa bencana buruk. Itu membuatnya terganggu serta cemas.

"Sudah kuduga, kau memang orang baik, XiaoShen." Neji mengalihkan retina pada pohon yang dulu sempat dipertanyakan XiaoShen. "Naruto pasti ... Cepat atau lambat akan membebaskanmu." Kali ini dia menunduk memandangi riak air di cangkir tehnya. "Kau akan bebas tanpa campur tanganku."

"Jika itu menurutmu, aku pikir kau salah." XiaoShen menoleh. "Sejak kau menghentikan semua rencana pelarianku, aku sudah tahu cuma kau yang bisa membebaskanku."

Seulas senyum tipis merekah dan lagi-lagi Neji merasakan sesuatu yang amat de javu.

"XiaoShen ..."

Empunya nama menunggu.

"A-" Apa tak masalah jika aku mempertanyakan asalnya? Bukankah aku tahu kalau XiaoShen tak suka ditanyai soal itu.

"Neji?"

Kebimbangannya goyah, tapi bukan berarti dia menjadi nekad bertanya justru sebaliknya Neji menelan lagi segumpal kalimat tanya itu.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang