Ingatan

195 19 0
                                    

"Bagaimana, apa ada yang mencurigakan dari XiaoShen?" tanya Naruto meminta laporan dari Neji, setelah sekian hari membiarkan seorang gadis tinggal di sekitar laki-laki bermarga Hyuga.

Neji tidak menutupi atau melebihkan pengamatannya, dia menjawab secukupnya. "Tidak ada, walau berkali-kali kedapatan hendak kabur, hanya itu tindakannya selama di sana."

Naruto sudah menduganya, dari penampilannya XiaoShen memang terlihat bukan musuh ataupun lawan. Perempuan itu memang menyembunyikan sesuatu, tapi tidak tampak berbahaya dan hanya ingin keluar dari desa saja.

Mengamati ekspresi Neji yang kian berubah semenjak perang Shinobi keempat usai, Naruto jadi penasaran bagaimana kakak sepupu dari wanita yang diincarnya melewati hari-hari. Ini sama sekali bukan urusannya, tapi jujur saja sebagai teman segenerasi, Naruto sangat iba pada nasib si jenius yang satu ini.

"Neji, bagaimana harimu akhir-akhir ini?" Naruto merutuk atas pertanyaannya yang terlalu menggelikan, dia meralat cepat. "Maksudku, apa kau merasa kerepotan atau keberatan mendapat tugas ini?"

"Kupikir kau terlalu terlambat untuk menanyakan itu, Naruto."

"Benar juga." Terdengar tawa hambar, Hokage jingga menjadi sedikit canggung.

"Kau tidak perlu khawatir, aku sama sekali tidak keberatan," sambung Neji guna menjawab pertanyaan awal Naruto.

Tampak si pemimpin desa itu mengela napas lega. Naruto kembali duduk tegak selayaknya Hokage terhormat. "Bagaimana menurutmu XiaoShen itu?"

Siapa pun bisa menilai kalau pembicaraan ini melenceng dari topik, Neji terusik, akan tetapi demi menghargai tokoh di depannya yang merupakan teman sekaligus aparat penting, dia tetap menjawab seadanya.

"Entah, aku belum bisa menilainya."

Sesuai yang diharapkan, Naruto sudah menebak jawaban si gondrong berselimut salju ini.

Sejauh perkembangan yang Naruto amati, mulai dari ketika dirinya belum menjadi Hokage dan masih menerima misi yang terkadang satu tim dengan Neji. Sebanyak apa pun gadis mencoba mendekati sosok putih itu, Neji tidak pernah menanggapi. Sekilas Naruto seperti melihat Sasuke kedua, padahal dulu Neji masih memiliki sifat hangat juga terbuka pada siapapun, tapi tahun belakangan pria ini sangat jauh dari dua kata itu.

"Kemarin Sakura datang menemuiku, dia bilang tidak bisa terus menerus membuat obatnya, jadi berharap kalau XiaoShen mau mengambil keputusan untuk menjalin hubungan."

Tidak ada tanggapan untuk ucapan Naruto, agaknya Neji benar-benar tidak tertarik sama sekali dengan kasus ini.

"Neji kau dekat dengannya, barangkali dia bisa-"

"Apa yang ingin Anda katakan sebenarnya Nanadaime?"

Naruto menahan napas sejenak, dia rasa sudah terlalu jauh memaksakan Neji. Jujur saja Hokage ketujuh merasa berat hati untuk ikut andil dalam masalah ini, tapi yang memintanya untuk membujuk Neji tidak lain dan tidak bukan ialah Sang Pujaan Hati.

Hinata berencana mendekatkan XiaoShen dengan kakak sepupu--anak dari adik ayahnya. Dia tak sampai hati melihat kekosongan dalam diri Neji, semenjak lelaki itu dihidupkan lagi.

"Aku tidak akan berbicara omong kosong lagi, semua tergantung padamu Neji."

Ingatan itu ditutup kala Neji berpapasan dengan Kakashi yang kelihatannya baru mengunjungi makam. Dia mengernyit, perasaan Naruto bilang yang akan menggantikan dirinya ialah Rokudaime, shinobi kurang kerjaan sejak masa pensiunnya. Sekarang siapa yang dilihatnya? Jelas sekali itu Kakashi Hatake.

"Rokudaime-sama," sapa Neji ketika memutuskan untuk menghampiri.

Pria berambut perak itu berhenti demi mengindahkan sapaannya. "Oh, kau sudah akan pulang Neji?"

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang