Jiang Xiaoshen, Ikanaide

81 8 9
                                    

Ayame duduk termangu, tidak tahu harus berbuat apa. Tugas yang seharusnya menjadi tanggungjawab dan kewajibannya sudah digantikan oleh orang lain. Kini selain duduk menunggu, tidak ada yang bisa dilakukannya lagi.

Kakashi telah dinodai, tinggal menunggu waktu sepasang kelopak yang tertutup itu menunjukan mutiara di baliknya.

Yang membuat Ayame kian dirundung bingung, orang-orang mengira dirinya sudah menunaikan perintah dan semua tengah menangani kondisi kakashi yang semakin membaik tiap menitnya.

"Penawar racunnya bekerja." Tsunade tersenyum bangga, ia menoleh pada Sakura, murid terbaiknya itu berhasil menemukan Antidote relevan, setelah bereksperimen dengan kasus Xiaoshen. "Ini lebih efektif dari sebelumnya," tambah mantan Hokage kelima.

Penemu Antidote mendesah lega, keraguan yang sempat menindih kepercayaandirinya terangkat. Diam-diam Sakura juga berterimakasih pada satu nama.

Semua sudah terpenuhi, Tsunade berjalan menghampiri Ayame yang masih melamun. Wanita lebih setengah abad itu menepuk bahu perempuan muda yang sudah berkorban.

"Ayame, Terimakasih." Tsunade menyeringai agak jahil. "Jangan khawatir, besok Kakashi akan bertanggungjawab."

Mata Ayame sedikit tidak fokus. "Ano ... Tsunade-sama,  apa Rokudaime-sama tidak diminta istirahat dulu nanti?"

Itu hanya alasan Ayame untuk mengulur waktu, jujur sekarang ia dalam kebingungan ekstrim. Jika rencana ini terus dilanjutkan, bukankah dia akan  menjadi penjahat dan mengambil hak orang lain? Meski dia tidak tahu alasan orang yang mengorbankan diri untuk kesembuhan Kakashi. Tetap saja, pasti ada sesuatu di antara keduanya.

"Ada apa, kau gugup? Malu karena memulai malam pertama lebih awal, bahkan saat Kakashi tidak sadar, hm?" goda Tsunade menahan diri agar tidak terpingkal geli.

"Bukan, itu ...."

Tsunade menyela dengan sudut bibir berkedut. "Jangan khawatir, kau bisa katakan pada Kakashi nanti. Minta dia mengulanginya, hoho ... Kakashi memang tidak berpengalaman, tapi dia pasti mengerti prosesnya, buku Jiraya seharusnya memberi dia banyak pelajaran."

Rona merah menjalar di sepasang pipi putih Ayame. Tidak dipungkiri, kendati dia hanya anak pemilik kedai ramen, Ayame termasuk gadis cantik penuh semangat. Lalu Kakashi juga merupakan langganan di sana, bisa disebut keduanya sudah mengenal satu sama lain meski tidak secara pribadi atau personal.

"Nah, sekarang kamu pulang saja. Istirahat untuk besok. Aku perkirakan Kakashi bangun fajar nanti. Itu waktu yang cukup untuk menjelaskan situasinya."

Ayame membuka mulut berniat mengungkap ganjalan hatinya, tetapi ia urungkan. Apa yang mau dia katakan? Seperti pemikiran sebelumnya, dia tidak tahu ada hubungan apa Kakashi dengan gadis tersebut. Selain itu tampaknya gadis yang bersangkutan juga malu untuk membiarkan orang lain tahu. Belum lagi masalah lain yang tidak diketahuinya, mungkin saja ada sesuatu yang membuat gadis itu harus mengorbankan diri. Orang awam sepertinya, seseorang yang tak tahu apa pun hal menyangkut shinobi, hanya mengikuti arus. Dengan pemikiran demikian, Ayame mengangguk pasrah.

Sesuai perhitungan Tsunade, Kakashi sadar pukul 04:00 pagi. Pria itu mengerjap linglung, masih agak kabur dan kunang-kunang.

"Bagaimana mimpinya Kakashi?" sindiran bernada jenaka menyambutnya.

Kakashi menoleh karena mengenali, orang itu dengan tangan terlipat di bawah dada tengah menatapnya.

"Tsunade-sama." Kakashi menyentuh kepala yang terasa berat. "Aku ... bermimpi bertemu teman lama." Dia bergumam lemah, hanya didengar oleh diri sendiri.

"Gadis mana yang masuk mimpimu, hm? Kau harus segera lupakan."  Wanita cantik itu mendekat, lantas mencondongkan diri pada pria yang masih setengah sadar. "Sebab kau akan menikah."

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang