Bunga Tidur 2

73 7 0
                                    

"Shizun aku kembali!"

Senyum cerah remaja enam belas tahun menguar, langkahnya ringan ketika menghampiri gadis awal dua puluhan. Pedang putih perak dengan ukiran bunga tatebuya saling terkait, menggantung di punggung lebarnya. Anak ini tampak semangat, menggambarkan masa muda penuh gairah dan mencerminkan masa muda yang bersinar.

Di puncak anak tangga yang terdiri dari seribu lebih, gadis muda berpakaian putih telah menunggu. Wajahnya lembut nan anggun, mata bunga persik bermanik kelabu menunduk, menyambut sosok yang baru kembali setelah setahun menempuh ujian demi memperoleh senjata kemuliaan.

"Shizun! Aku kembali!" Remaja ini mengulang ketika berdiri tepat di depan orang yang dipanggil guru olehnya.

"Hum."

Tinggi mereka hampir sejajar, tetapi Xiaoshen tetap memperlakukannya seperti anak kecil. Dia mengangkat tangan untuk mengusap ubun-ubun remaja itu, kemudian membawanya masuk.

Jiang Xiaoshen seseorang yang menyukai seni dan keindahan. Hal ini begitu jelas ketika memasuki tempat tinggalnya atau ruangan dipakai untuk bekerja. Guqin lima senar terbaring di meja berkaki pendek, lukisan-lukisan serta kaligrafi tercetak di mana-mana baik yang menggantung atau tercecer rapi. Lemari dipenuhi buku-buku sastra dan kesenian, entah itu musik instrumen atau lagu-lagu.

Selain itu kecintaannya terhadap hal-hal seperti ini juga tertuang dalam gerakan seni beladirinya. Itulah mengapa bahkan ketika dalam pertarungan sengit, dia tetap begitu menawan penuh keanggunan, kendati serangannya mematikan itu tidak mematahkan cerminan kecantikan.

"Shizun!"

"Panggil aku Shijie, bukan Shizun."

Anak remaja itu justru semakin senang menggodanya.

"Shizun!"

"Shizun?"

"Shi~zun."

"Shizun~~"

"Yan Xu, berhenti bermain-main."

Yan Xu tergelak, dia kemudian meraih pedang yang baru saja diperoleh setelah satu tahun meninggalkan perguruan. Menunjukan semangatnya pada orang yang paling dikagumi dan dihormati olehnya.

"Shizun, tolong lihat ini."

Lelah dengan kebebalannya, Xiaoshen berbalik. Bibirnya mengerut kemudian meraih ujung telinga Yan Xu. "Anak ini suka sekali bermain." Gemasnya.

"A-adudududuh! Shizu-Shijie ampun!" Dia antara meringis juga geli menahan tawa, selalu seru menjahili wanita yang lebih tua darinya ini.

Xiaoshen menarik tangan, lantas melipatnya di depan perut. Sorot yang ditunjukan menagih apa yang ingin diperlihatkan Shidinya. Dia guru dari pemuda ini atau tepatnya hanya Xiaoshen yang mau mengajar Yan Xu, itu karena bocah laki-laki ini sulit berbaur dengan yang lain pada mulanya, hanya bisa bergantung pada dirinya saja. Namun, meski demikian  Xiaoshen tidak terbiasa dipanggil Shizun, lantaran dia juga masih butuh pembelajaran. Makanya dia lebih senang dipanggil Shijie, tetapi Yan Xu adalah Yan Xu, dia lebih suka menggoda dari pada menurut.

Yan Xu menarik keluar bilah pedang perak, kilau logamnya seolah memancarkan cahaya putih. Wajah tampan Yan Xu terpantul pada benda tipis nan tajam tersebut. Retina hitamnya menunjukan sedikit kilatan, dia sudah menarik pedang ini sebelumnya, tetapi berapakali pun itu tetap menakjubkan.

"Lihat?" Yan Xu menari-narikan pedangnya wajah mudanya semakin berbinar. "Bagus, kan, Shiz-jie?"

Xiaoshen membuang napas lelah, tetapi beringsut mendekat. Dia juga tampak tertarik, terutama motif ukiran pada sarungnya. Bunga tatebuya meliuk indah, goresan yang alami dan rapi, menambah kesan anggun juga lembut. Sangat cocok dengan Yan Xu.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang