⚠️Terluka⚠️

95 4 6
                                    

Anu  ... Ya begitu lah😄

.
.
.

"Kondisi Kakashi semakin memburuk," ujar Tsunade di tengah pertemuan dengan para petinggi desa. "Kita tidak memiliki waktu untuk berpikir. Ambil keputusan sebelumnya, tidak ada cara lain."

Merasa tidak ada jalan selain menikahkan Kakashi dalam keadaan tidak sadar, semua orang di dalam ruangan mengangguk setuju. Keputusan ini jauh lebih baik, dari pada membiarkan Kakashi koma, apa lagi kondisinya yang entah bagaimana kian memburuk.

"Aku juga berpikir demikian, tetapi saat Kakashi sensei nanti sadar. Apa yang harus kita lakukan?" Naruto mengutarakan ganjalan hatinya.

Sebab, kendati ini demi kebaikan gurunya, orang yang bersangkutan selama ini tidak memiliki niatan sama sekali untuk menjalin hubungan dengan siapa pun. Terhitung sampai umurnya sekarang, belum pernah ada rumor soal Kakashi dekat dengan wanita selain rekan setimnya dulu, Nohara Rin dan Kamizaki Riyu.

"Jika dia cukup bijak, pasti akan mengerti soal keputusan ini," ujar Tsunade.

Mereka juga terpaksa memiliki alasan ini di kepala masing-masing. Kasus seperti ini memang sulit diputuskan, terlepas oleh alasan apa pun, karena menyangkut masa depan sekaligus nyawa orang lain.

Sai mencoba berpartisipasi. "Kalau begitu, kita harus mencari pihak wanitanya?"

Neji dan Sasuke tidak berniat ikut campur, jadi mereka diam menyimak. Lalu, Shikamaru hanya menggeleng, bahkan Sai yang bertanya juga tidak bisa mengusulkan.

"Shizune/Ayame-san." Tsunade dan Naruto nyaris bersamaan menyebut nama perempuan yang sudah tak asing bagi mereka.

Tsunade menggeram. "Naruto! Kau mau menyuruh Kakashi menikah dengan wanita yang bukan Shinobi?"

Seolah tak mau kalah, Naruto balas menginjak pedal gas. "Tsunade no baa-chan, Ayame-san bukan perempuan biasa, dia pandai membuat ramen yang enak, Kakashi sensei pasti akan senang setiap hari di masakan ramen olehnya!"

Pletak!

Perempatan siku-siku muncul di dahi Sakura yang baru saja menjitak sahabatnya. "Naruto! Kau pikir Kakashi sensei itu maniak ramen sepertimu, hah?!"

"Sakura-chan~ itte yo~," rengeknya mengusap ubun-ubun.

Bak anjing yang diinjak ekornya, Sakura menggeram dengan mata berkilat-kilat. Namun, Naruto tidak diam karena geraman Sakura, dia justru menciut ulah pria yang duduk di dekat Sakura. Mata hitam  dingin pria ini seperti jarum es yang siap dilepas untuk menusuk Naruto berkali-kali.

"Baiklah, Sakura-chan. Jadi apa kau sendiri punya calon yang cocok?" Naruto meringis enggan menatap ke arah yang sama atau tatapan Sasuke akan benar-benar melubangi tubuhnya.

Sakura mengangguk. "Ada." Senyumnya mengembang. "Dia akan sangat cocok, lalu pernikahan ini juga akan saling menguntungkan satu sama lain." Lidah Sakura sudah siap memuntahkan satu nama, sebelum suara berat menghentikannya di tengah jalan.

Sebuah penolakan frontal keluar dari mulut Sasuke. "Aku menolak."

Semua orang reflek menoleh pada Sasuke, tetapi reaksi Naruto terlalu heboh. "HAH?!"

Gerasak-gerusuk timbul dari tempat duduk Sang Hokage. "Tunggu, tunggu, Sakura-chan kau tidak mengusulkan Sasuke untuk menikahi Kakashi sensei, kan?"

Yang ada di ruangan mendesah lelah, di antara lainnya sembari mendesiskan satu kata. "Baka/Aho/Boge."

"Kau ingin mengusulkan Xiaoshen?" Neji memperjelas.

Barulah Naruto bernapas lega. "Xiaoshen, ternyata." Neji tidak menggubris kebodohan Naruto.

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang