Yang Egois

73 9 0
                                    

Sama seperti ketika Sakura menyelamatkan Naruto dan Sasuke di lembah akhir, seusai pertarungan sengit keduanya. Kini begitu mereka terbangun dari masa kritis, gadis bermata hijau itu menangis tersedu. Mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga.

Sementara dua orang yang di tangisi diam seraya memandangi, merasa bersalah karena telah membuatnya bersedih lagi.

"Sakura kami-"

Naruto berhenti, kemudian menoleh ketika mendengar derit pintu terbuka. Dua kepala lain juga mengikuti gerakannya.

Di ambang pintu, Hinata mematung. "Naruto-kun." Air matanya luruh tak terbendung.

"Hinata-" Tubuhnya tanpa aba-aba disergap oleh pelukan erat. Naruto sempat meringis, tetapi kemudian membalas sembari mengusap punggung gadisnya yang bergetar berharap memberi efek ketenangan.

Seminggu, keduanya koma tanpa ada tanda-tanda akan siuman. Sakura hampir setiap hari datang untuk memastikan mereka baik-baik saja, terutama Sasuke. Pria raven itu nyaris tak tertolong, jikalau Sakura menyerah begitu saja untuk mengobatinya. Beberapa kerusakan di organ dalam Sasuke benar-benar parah. Entah berapa banyak waktu dan cakra yang terbuang oleh pengorbanan Sakura. Sementara Naruto, meski kondisinya lebih baik karena ada kyubi di dalamnya, tidak membuatnya lekas sadar. Hal itu pun tidak diketahui penyebabnya.

Akan tetapi terlepas dari itu semua, kini baik Hinata maupun Sakura bersyukur masa-masa sulit itu telah terlewati.

"Hinata aku baik-baik saja." Naruto berbisik pelan.

Di tempatnya Sakura mendengkus geli. "Sepertinya aku dan Sasuke menjadi tak kasat mata, ya?"

Barulah setelah mendengar itu, darah Hinata seolah naik ke pipi menciptakan rona merah yang begitu jelas. Dia segera melepaskan diri, lalu berdiri menunduk di sisi ranjang. Tangannya terpilin satu sama lain. Tampak malu tak terkira.

Sasuke tidak memperhatikan lebih, dia beralih pada gadis bersurai pink yang tersenyum geli melihat tingkah malu rekan seangkatannya tanpa sadar tatapan orang lain.

"Sakura." Suara berat Sasuke menarik seluruh atensi. "Terimakasih."

Bak angin musim semi menerpa wajah, Sakura bergeming akibat kaget atas ucapan tak terduga dari laki-laki paling dingin yang dikenalnya.

"Kamu menyelamatkan kami lagi," sambung Sasuke tidak memberi kesempatan bagi lawan bicaranya untuk mengatur jantung agar berdetak lebih normal.

Sakura bersama rona malu di wajah berpaling, tergagap dia membalas. "A-aku, aku, aku hanya melakukan yang sewajarnya."

Dalam sekali lihat, Sasuke tahu sekali itu bukan hanya sewajarnya. Gadis itu tampak kurus dari sebelumnya, juga sedikit berantakan kantung mata pun terlihat jelas bahkan memiliki lingkaran hitam di sana. Penampilannya sedikit lebih berantakan dari Hinata.

Reflek tangan Sasuke terangkat, telapaknya yang besar mengusap pelan pucuk kepala Sakura. Seluas senyum terbit, hanya seperti itu tetapi baik Naruto maupun Hinata merasakan sesuatu yang berbeda dari dua sahabatnya.

"Ah!" Naruto agak berseru membuyarkan suasana damai.

Sasuke berdecak dalam hati, sedangkan Sakura kembali ke kenyataan. Mendapat death glare dari sahabatnya, Naruto mengusap belakang kepala canggung, menyesal sudah merusak momen romantis tadi.

"Maaf, Sasuke." Polosnya yang tidak ditanggapi. Mendapat respon seperti itu punggung Naruto merosot, tetapi sekejap berikutnya kembali tegak.

Dia menatap Sakura. "Ne, Sakura-chan. Ini terlalu cepat memang, tapi bagaimana keadaan yang lain?"

Antidote {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang