Al meyandarkan kepalanya pada pintu. Laki-laki itu, kenapa Al bertemu dengannya lagi? Sepertinya dia adalah teman Mas Dimas. Apa itu artinya Mas Dimas dekat dengan perempuan itu? Perempuan yang Al maksud, tentu saja kakak perempuannya, Kak Dian. Selama tinggal di sini, Al jarang memikirkan kakaknya itu. Bahkan dulupun, ia dan Kak Dian cenderung jarang berinteraksi. Kakaknya itu biasanya hanya diam melihatnya dihukum oleh orang tuanya.
Itu bukan karena kakaknya itu menyayanginya atau bagaimana. Sejujurnya, kakaknya itu lebih menyeramkan dalam pandangan Al. Kak Dian jarang ikut memukul Al, tapi begitu Al melakukan kesalahan menurutnya, Kak Dian langsung menyeret Al ke kamar mandi, lalu menenggelamkan kepala Al di bak mandi. Kakaknya itu tidak takut Al kehabisan nafas atau kambuh begitu ia keluar dari sana. Menurut Al, itu jauh lebih menyeramkan dari pada ditendang atau dipukul oleh ayah atau Kak Bima. Karena setiap ia dihukum oleh Kak Dian, asmanya selalu kambuh. Membuat Al kesulitan melakukan apapun.
Kalau ingatannya tidak salah, laki-laki yang tadi menatapnya tajam saat Al baru bangun tadi adalah kekasih Kak Dian. Al ingat ia pernah bertemu laki-laki itu dan sepertinya ia juga mengenali Al.
Pertemuan pertama mereka adalah saat Al masih tinggal bersama ibu. Saat itu rumah sedang kosong. Ayah dan ibu sedang mengajak Kak Bima jalan-jalan. Al yang pastinya tidak diajak melakukan tugasnya seperti biasa yaitu membersihkan rumah. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Karena memang tidak ada orang, Al pikir tidak mungkin ada tamu yang datang. Paling hanya pengantar surat atau paket.
Sayangnya bukan. Yang ia temui saat membuka pintu adalah seorang remaja laki-laki seusia kakak perempuannya yang memakai baju bagus seolah hendak ke pesta. Al yang berpikir tidak ada orang di rumah menanyakan pada laki-laki itu ia mencari siapa, tapi sebelum pertanyaannya dijawab, suara melengking Kak Dian mengejutkannya. Kakaknya itu langsung memerintahkannya untuk masuk ke kamarnya. Setelah itu mereka pergi dan tidak memedulikan Al lagi.
Saat itu, Al pikir ia aman dari hukuman. Sayangnya tidak. Saat pulang, Kak Dian langsung menarik Al menuju kolam lalu mendorong Al ke sana tanpa aba-aba. Al tidak bisa berenang. Sejak dulu Al selalu dilarang mendekati kolam renang oleh ibu karena Kak Bima tidak menyukainya. Lalu tiba-tiba saja Al didorong tanpa persiapan dan Al tidak tahu harus melakukan apa. Sesak, Al berusaha meraih tepian, tapi percuma saja karena Kak Dian langsung menginjak tangannya yang berusaha mencari pegangan. Baru setelah Al merasa lemas, Kak Dian menariknya keluar dari kolam lalu berkata, "Kalau lo keluar waktu pacar gue dateng lagi, lo nggak bakal gue tarik dari kolam. Ngerti?!"
Al mengangguk berkali-kali tidak berani membantah.
"Dan kalau cowok itu nanyain lo sekali lagi, lo bakal gue habisin!" tambah kakaknya itu sambil berlalu.
Al mengusap wajahnya dengan tangan gemetar. Ia takut laki-laki itu nanti bertanya lagi tentang Al lalu Kak Dian akan mencarinya. Al takut. Al tidak mau merasa sakit lagi.
Tok tok tok...
"Al?"
Al tersentak mendengar suara perempuan memanggilnya. Ia memejamkan mata kuat-kuat. Ia tahu itu bukan Kak Dian. Tidak mungkin Kak Dian berada di sini.
"Al, ini mama. Kata Mas, Al udah bangun? Al lagi ngapain?" tanya mama dengan lembut.
"Al mau tidur lagi, tadi baru ketiduran dibangunin sama temennya Mas Dimas," jawab Al tanpa membuka pintu.
Mama tertawa mendengarnya, "Mama bawain puding, Al mau nggak?"
"Nggak usah, Ma, makasih."
"Hmm, oke. Kalau mau mama simpen di kulkas ya," kata Mama akhirnya.
Al hanya mengangguk pelan sambil menjawab iya dalam gumaman. Sepertinya mama menganggap Al menjawab iya, karena terdengar suara langkah menjauh dari kamar Al. Akhirnya Al beranjak dari pintu dan berjalan dengan terseok menuju ranjangnya, masih dengan selimut Mas Dimas di sekeliling tubuhnya. Ia tidak boleh ditemukan dalam keadaan seperti ini oleh siapapun, karena pasti Mas Dimas atau Bang Rey akan mengadu pada papa dan papa akan cemas. Padahal Al tidak apa-apa, hanya sedikit ketakutan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL WILL BE OKAY
RomanceMau salah ataupun tidak, tetap saja Al yang salah. Mau minta maaf atau tidak, tetap saja ia akan mendapat bogem mentah dari ayah. Mau sakit atau tidak, tetap saja ibu tidak sudi memeluknya. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukannya sampai ia dibenci s...