Kai mengipas-ngipas tubuhnya yang terasa panas. Hari ini super duper panas dan ia disuruh debat di tengah lapangan. Benar-benar menyebalkan. Memangnya tahun lalu perjuangan Bang Rey untuk menjadi ketua OSIS separah ini? Pasti tidak. Atau mungkin, jangan-jangan kakak sepupunya itu sengaja membuatnya kesulitan.
"Gerah ya, Kai? Nih minum dulu."
Sambil mengucapkan terima kasih, Kai mengambil air mineral dingin yang disodorkan padanya. Ia membuka tutup botol yang masih tersegel itu lalu meneguknya hingga puas. Ia sudah selesai debat Caketos, sekarang ia super lelah dan ingin istirahat, jadi kalau bisa menyelinap, ia akan pergi ke UKS. Lumayan, di sana ada AC yang tersedia untuk membantunya menurunkan suhu tubuhnya.
"Bim, gue mau ke UKS, ya. Kalau ada apa-apa panggil aja," kata Kai pada Bimo yang tadi memberikan air padanya.
Bimo mengangguk, "Ok. Lo mau ditemenin?"
Kai menggeleng malas, "Gue mau sendirian aja."
Ia berjalan ke UKS masih sambil mengipas-ngipas dirinya menggunakan tangannya. Sesekali ia memamerkan senyum manisnya pada beberapa orang yang menyapanya. Haha, Kai memang terkenal. Dibanding Bang Rey yang super disiplin dan cenderung kaku itu, Kai lebih disukai oleh teman-temannya. Kalau Bang Rey disukai oleh guru, Kai lebih disukai oleh murid. Kai murah senyum, tampan jangan ditanya, pintar, dan pelengkap yang sebenarnya membuat muak, Kai anggota keluarga Walen.
Keluarganya itu terlalu terkenal sampai membuat muak. Bayangkan saja, memangnya siapa yang akan bangga kalau saat mengenalkan diri yang ditanya adalah, "Oh, kamu anak keluarga Walen itu?" Kai muak dengan itu. Pastinya, saudara-saudaranya juga begitu. Mereka dibesarkan dengan doktrin bahwa mereka adalah individu. Nama keluarga hanya pelengkap, tapi keluarga juga adalah segalanya. Kai bangga lahir sebagai anggota keluarga Walen, tapi muak jika orang lain yang menyebutnya seperti itu.
"Udah selesai debat Caketosnya?" tanya Via, anggota PMR yang sedang berjaga di UKS.
"Hmm, udah. Lo bisa keluar? Gue mau tidur. Jangan ada yang boleh masuk," jawab Kai.
"Eh, tapi lagi ada anak yang istirahat," kata Via ragu.
Kai tersenyum tipis. Via memang begitu, dia baik dan bertanggung jawab. Mana mungkin ia tega meninggalkan seseorang yang sedang sakit sendirian bersama Kai yang juga mau tidur? Mereka sekelas saat kelas 7. Kini Kai sering tidur di UKS saat bosan dan ia jadi sering mengobrol dengan Via yang juga sering kebagian jadwal menjaga UKS.
"Kalau gitu gue tidur di pojok aja. Nggak papa. Jangan sampai ada yang mendekat, ya!"
"Ya, terserah."
Kai berjalan menuju ranjang paling pojok sambil menguap. Ia melirik anak yang sedang tidur dengan tertutup selimut sampai dadanya dan terhenti. Ia merasa seperti mengenali anak ini. Ia mendekat dan mengernyit, berusaha mengingat di mana ia bertemu anak ini.
Ah, benar! Ini anak yang tadi di toilet. Mereka sempat bertatapan sebentar sebelum anak ini kabur tadi. Eh, tapi saat itu ia sudah merasa anak itu agak familiar, karena itu ia tanpa sadar hafal dengan wajahnya.
Hmm, kalau diperhatikan, anak ini benar-benar imut. Alisnya yang seperti boneka, hidung dan bibirnya yang... Ah! Kai ingat di mana ia pernah melihat anak ini. Ia mengambil ponselnya di saku celananya, membuka galeri, dan... TADA!
Benar, anak ini sangat mirip dengan Om Zeith. Iseng, difotonya anak yang sedang tidur itu, lalu mengirimnya ke grup keluarga dengan caption, "Liat, anak ini mirip bgt sama Om Zeith!"
Kemudian Bang Rey bertanya di mana ia memfoto anak itu. Dengan jumawa, bangga karena merasa bahwa Bang Rey juga penasaran, Kai membalas chat dari sepupunya itu. "Di UKS"
Belum ada satu menit ia mengirimkan balasan, pintu UKS terbuka dengan kasar sampai anak yang sedang tidur ini terbangun dengan terkejut. Kai berusaha menenangkan anak itu yang entah kenapa seperti sesak nafas. Tiba-tiba ia menjadi yang lebih terkejut saat Bang Rey memeluk anak itu dan menenangkannya.
Ternyata anak itu benar-benar sepupunya alias hasil penurunan DNA dari Om Zeith, pantas saja semirip itu. Kai berkenalan dengan anak bernama Al yang manis itu saat ia sudah tenang. Sayangnya, mereka tidak bisa mengobrol lebih banyak karena tiba-tiba Bima datang dan mengatakan ia harus melanjutkan kampanye.
Anak itu aneh juga meski sangat imut. Kenapa juga ia seperti ketakutan karena suara Bima?
Saat di luar UKS, Kai merasa ponselnya bergetar lama karena banyaknya chat yang masuk. Kai tersenyum puas saat melihat grup keluarganya sedang ramai. Semua sedang membicarakan foto yang dikirimnya tadi. Kemudian Om Zeith mengakui kalau itu adalah anaknya. Hmm, lalu di mana anak itu sebelumnya? Kai penasaran.
"Kai! Ayo buruan!"
"Iya, iya!"
➰➰➰
Hai haii
Ada yang bisa nebak adegan apa ini?Buat yang udah lupa atau malas mikir, ini adegan setelah debat caketos sebelum Bang Rey datengin Al di UKS. Part berapa? Part sebelas. Sekian terima kasih untuk keramaian minggu ini.🤗
Thank you for all votes and comments guys! ⚘🧚♀️⚘
~Rin Saniza~
110921
KAMU SEDANG MEMBACA
AL WILL BE OKAY
RomanceMau salah ataupun tidak, tetap saja Al yang salah. Mau minta maaf atau tidak, tetap saja ia akan mendapat bogem mentah dari ayah. Mau sakit atau tidak, tetap saja ibu tidak sudi memeluknya. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukannya sampai ia dibenci s...