Chery memutar stir mobilnya. Hari ini ia berencana menjemput Al di sekolah dan membawanya pulang. Ia ingin memperkenalkan Al pada Mami dan kakak pertamanya yang kemarin pulang ke negara ini. Mami sudah selama seminggu ini pergi ke Paris untuk mengikuti fashion week di sana. Sedangkan kakak perempuannya yang kini bekerja sebagai model itu akhirnya bisa menyempatkan pulang di tengah jadwalnya yang cukup padat.
Begitu sampai di sekolah Al, Chery memarkirkan mobilnya dan keluar menggunakan masker serta topi birunya. Karena pekerjaan sang mami, Chery sendiri sejak kecil selalu bercita-cita menjadi model. Dulu ia berpikir karena dengan begitulah ia bisa lebih dekat dengan mami yang selalu pergi ke sana kemari untuk mengurus butiknya yang tersebar di beberapa negara. Sekarang, Chery sudah tidak tertarik menjadi model. Ia lebih senang menggambar seperti sang mami daripada menjadi seperti kakak perempuannya. Selain itu karena bujukan dari Willy adiknya, ia membuat banyak konten yang disebar di aplikasi metube. Kini namanya cukup terkenal di negara ini lewat jalur metube tersebut.
Matanya menelusuri puluhan anak SMP dengan seragam yang sama, mencari sosok adik sepupunya itu.
Al sendiri baru keluar dari kelasnya. Seperti biasa ia memakai kupluknya sebelum keluar dari kelas. Al berjalan menuju tempat parkir, ia ingin cepat-cepat pulang. Setelah tidak masuk selama seminggu, banyak PR yang harus dikerjakannya untuk menambah nilainya yang berkurang karena ketidakhadirannya itu.
Tiba-tiba, seseorang menutup kedua matanya. Al terdiam di tempatnya. Jantungnya berdebar kencang karena ketakutan. Akan tetapi ia tetap tidak bergerak sedikitpun. Sejak dulu, ia selalu diam jika diganggu, karena jika ia membalas atau memberi respon sedikit saja, biasanya yang akan ia rasakan akan menjadi lebih parah.
"Ck!"
Al menoleh saat tangan yang menutupi matanya ditarik dan berpindah ke bahunya. Matanya membola melihat seorang perempuan dengan penampilan mencurigakan merangkulnya. Tidak perlu melihat wajahnya secara langsungpun, Al mampu mengenali perempuan ini. Al sudah terlalu sering dipeluk dan dicium sampai ia hafal dengan aroma milik sepupunya yang lebih tua dari Mas Dimas ini.
"Kak Chery ngapain di sini?"
"Ckckck. Al, kakak kasih tahu, ya, kalau kamu disentuh sama orang nggak dikenal kayak tadi, kabur! Atau nggak melawan gimana, kek! Kalau kamu diem aja kayak tadi, orang yang mau nyulik kamu jadi gampang nyuliknya!" kata Kak Chery sambil menuntun Al menuju parkiran mobil.
Al mengerjapkan matanya, "Emang siapa yang mau nyulik Al?"
Kak Chery menyipitkan matanya, "Banyak dong! Soalnya lo kan anaknya pemilik mall terbesar di kota ini yang otomatis terbesar di negeri ini. Pasti banyak manfaatnya nyulik lo. Bisa minta tebusan ke bokap lo, atau ke bokap gue juga bisa. Bisa juga lo dibelah perutnya terus organnya diambil. Mau?"
"Nggak mau," jawab Al langsung. Begini saja ia sudah merepotkan, apalai jika sampai diculik?
Kak Chery tersenyum puas mendengarnya. Ia mengangguk-angguk sambil menuntun Al menuju mobilnya.
"Kak Chery, kalau Al diculik bilangin papa ngga usah nebus Al, ya?"
"Ha-HAH?!"
Mereka sudah duduk manis di dalam mobil. Mobil yang mereka naiki baru meninggalkan sekolah sekitar 10 meter. Tiba-tiba adik sepupunya yang sejak tidak diam itu berceletuk. Celetukannya aneh lagi, jelas Chery jadi histeris. Ia menggunakan kedua telapak tangannya untuk memalingkan wajah Al menghadapnya.
"Apa sih, yang kamu pikirin?"
Al terdiam, "Hmm, Al jawab jujur?"
"Iyalah! Kan Kak Chery udah sering cerita banyak sama Al! Al tega kalau nggak jujur sama Kakak!"
"Em, Al cuma mikir, kalau Al beneran diculik, kayaknya Al mati duluan deh, sebelum papa nyelamatin Al. Jadi mending papa ngga usah capek-capek nebus Al."
"Aduh, aduh, aduhhh!!" seru Al saat pipinya dicubit dengan kuat oleh sang kakak.
"Kalau masih mikir kayak gitu kakak cubit sampe melar!" gerutu Chery sambil kembali fokus pada jalanan di hadapannya.
Al meringis sambil mengelus pipinya, "Iya, kak, maaf."
"Pokoknya kalau Al diculik, kamu harus bertahan sampai papa kamu jemput! Apapun yang terjadi kamu harus bertahan! Ngert, Al?!"
Al tertawa sambil mengangguk-angguk, "Paham, Kak."
"Ngga boleh semudah itu bilang mati! Paham?!"
"Paham, kak."
"Banyak yang sayang sama Al. Nggak boleh sakit terus, ya! Paham?!"
Al menghela nafas, "Paham, Kak."
Dan siang itu Al jadi dijejali perintah semacam itu bahkan saat di perjalanan pulang.
➰➰➰
Oke guys, aku mau ngingetin kalau Idle Talk ini timeline nya nggak sesuai sama cerita aslinya ya. Mungkin kalian udah sadar, tapi aku mau ngingetin aja, hehe. Entah kenapa aku khawatir beberapa dari kalian nganggep sekarang Al masih merasa kayak gitu. Padahalkan dia udah lebih deket sama keluarganya.
Aku nggak tau sih, tapi idle talk ini cuma adegan random yang muncul di kepala aku. Bisa jadi nanti-nanti aku bikin idle talk tentang cerita Al di rumah ibunya. Atau malah aku bikin spoiler tentang masa depan wkwk. Pokoknya nikmatin aja kerandoman Idle Talk ini. Namanya juga "idle talk" 🤭🙃
Thanks for all votes and comments 🤗⚘
KAMU SEDANG MEMBACA
AL WILL BE OKAY
RomanceMau salah ataupun tidak, tetap saja Al yang salah. Mau minta maaf atau tidak, tetap saja ia akan mendapat bogem mentah dari ayah. Mau sakit atau tidak, tetap saja ibu tidak sudi memeluknya. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukannya sampai ia dibenci s...