Al menatap mama yang terlihat berbeda pagi ini dengan khawatir.
"Mama kenapa?"
Mama mengangkat alisnya mendengar pertanyaan dari Al itu. Ia yang sedang menyapukan blush on di pipinya bertanya balik, "Apanya yang kenapa?"
"Mama habis nangis?"
Menyadari Al membicarakan matanya yang agak bengkak, Lea tertawa kecil. Ia tidak menyangka anak itu sepeka itu sampai menyadarinya. Padahal Rey dan Dimas tidak menyadarinya, jadi ia pikir ia sudah menyembunyikannya dengan baik.
Tadi malam saat ia mencari suaminya yang malah ke ruang kerjanya setelah makan malam, ia mendengar cerita mereka berdua. Ia tidak pernah tahu kalau Al ada di tempat kejadian dan melihatnya langsung. Tanpa sadar ia menangis, apalagi mendengar kalau ibu kandung Al malah menyalahkannya atas kematian Om yang katanya selalu melindungi Al. Ia sudah mendengar kalau sejak kematian omnya itu Al semakin sering disiksa oleh keluarga tirinya itu. Lea tidak bisa menghentikan tangisannya saat mengetahui orang itu meninggal karena berusaha melindungi Chika.
Tadi malam saat Mas Zeith menghampirinya di kamar untuk meminta izin tidur di kamar Al jadi khawatir karena melihat ia sedang menangis. Suaminya itu jadi bingung harus tidur di mana malam ini, membuat Lea langsung tertawa melihat wajahnya. Iapun menjelaskan alasannya menangis dan menyuruh Mas Zeith untuk menemani Al saja.
"Al sudah bersama kita sekarang. Kita nggak akan biarin dia ngerasa sakit lagi, kan?" kata Mas Zeith menenangkan saat Lea menjelaskan alasannya menangis.
Lea mengangguk saat itu. Ia akan benar-benar menyayangi Al dan membuat Al lebih bahagia lagi, karena anak itu berhak mendapatkannya.
"Mama, kok malah ngelamun?"
Lea tersenyum gemas dan mencubit pipi anaknya itu. "Soalnya Al gemesin."
"Ih, mama!"
Lea tertawa melihatnya. Hari ini mereka akan kencan berdua lagi. Berhubung besok hari Senin, Rey sedang serius belajar, Dimas sudah ada janji, dan Mas Zeith ada panggilan tiba-tiba dari kantor. Hal paling menyebalkan dari memiliki suami seorang pengusaha adalah, meskipun karyawannya bekerja lima kali dalam seminggu, saat ada masalah sedikit aja pada perusahaan, si bos harus siap sedia 24/7. Entah sudah berapa kali selama mereka menikah ini Mas Zeith terpaksa membatalkan janji mereka karena masalah yang tiba-tiba muncul.
"Tapi Al beneran nggak apa-apa jalan sama mama? Katanya semalem kambuh?" tanya Lea agak khawatir.
"Nggak apa-apa, mama. Al baik, kok."
Senyum Lea semakin merekah mendengarnya, "Kalau gitu ayo berangkat!"
➰➰➰
"Gimana?" tanya Lea riang saat Al menyedot air kelapanya.
Al mengerutkan wajahnya, "Rasanya agak aneh."
"Eh? Al nggak suka?" tanya Lea geli.
Mereka sedang berada di pantai. Karena Al bilang belum pernah merasakan air kelapa, Lea membelikannya. Lea sendiri sejak dulu selalu menyukai es kelapa muda. Itulah sebabnya ia dengan semangat memperkenalkannya pada Al. Tapi sepertinya Al tidak menyukainya, sama seperti Mas Zeith.
"Enak, kok. Cuma agak aneh," kata Al. "rasanya seger."
Lea tertawa senang mendengarnya. "Ini ada daging buahnya, Al. Korek pakai sendok ini," jelas Lea sambil menunjukkan caranya mengorek buahnya pada Al.
Wajah Al semakin bersinar saat mencoba daging buahnya. Ia tersenyum lucu, "Rasanya enak."
"Hehe, iyakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AL WILL BE OKAY
RomanceMau salah ataupun tidak, tetap saja Al yang salah. Mau minta maaf atau tidak, tetap saja ia akan mendapat bogem mentah dari ayah. Mau sakit atau tidak, tetap saja ibu tidak sudi memeluknya. Sebenarnya, apa yang sudah dilakukannya sampai ia dibenci s...