Kicauan burung mengisi pagi ini. Ayam-ayam jago sudah menyerah, sudah diam dan tidak berkokok lagi. Langit yang semalam tak berbintang karena ditutup kelabunya awan, kini menjadi cerah. Birunya sangat memanjakan mata siapa saja yang mendongak. Mentari terlihat percaya diri menyirami desa dengan sinarnya.
Seorang gadis yang masih asyik di alam mimpinya tersentak saat selimutnya ditarik. Mata gadis itu mengerjap, berusaha menetralkan penglihatan. Saat membuka indra penglihatannya, ia menyipit karena sinar sang surya menembus jendela dan menerpa wajahnya. Sementara pelaku yang menarik selimut hanya menggeleng.
"Cepat bangun! Ikut Mama." Wanita paruh baya tadi meninggalkan gadis yang nyawanya masih belum terkumpul itu. Rambut kusut milik sang gadis semakin kusut saat ia menggaruk kepalanya.
Gadis itu pun melangkah gontai keluar kamar untuk segera berbenah diri. Namun, ia segera berbalik masuk lagi karena tempat tidurnya pun belum rapi. Setelah semua selesai, barulah gadis tersebut menuju kamar mandi.
"Jangan lama, nanti kita terlambat ke tempat orang meninggal," kata sang ibu memperingati. Wajah gadis itu yang semua lesu mendadak berubah drastis. Ia segera membasuh diri dan bersiap-siap lalu dengan cepat menuju ruang makan tempat kedua orang tuanya menunggu.
"Siapa yang meninggal, Ma?" tanyanya penasaran.
"Temanmu, Riska."
Deg.
Apakah ia tidak salah mendengar nama itu? Bukankah kemarin ia masih bermain dengan Riska?
"Meri," panggil ibunya. Meri segera tersadar dan menatap balik sebagai respons. Ibunya pun melanjutkan, "Jangan keluar malam-malam. Jangan pergi sendirian. Ingat, desa kita sudah tidak aman. Mayat Riska ditemukan penuh lendir di sekujur tubuhnya. Matanya hilang, wajahnya terlihat sangat ketakutan ...."
"Berlebihan." Ayah Meri memotong perkataan sang istri. Ia melipat koran dan menatap putri satu-satunya itu. "Ayo makan cepat, nanti biar ikut mamamu."
Mereka segera menyatap sarapan. Dapur menjadi hening, semuanya diam kecuali bunyi sendok yang berdentang dengan piring. Ruang makan yang agak besar itu meredam agar tidak ada yang bersuara saat melakukan kegiatan mengisi perut.
Selesai sarapan bersama, Meri mengekori ibunya dan menuju tempat sahabatnya yang meninggal, Riska.
Dalam perjalanan, Meri bertanya-tanya dengan benaknya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi pada Riska? Bagaimana mungkin sahabatnya itu ditemukan dengan keadaan tewas dan sekijur tubuh penuh lendir, serta kedua bola matanya hilang. Apa yang menyebabkan kematian Riska terdengar begitu mengerikan?
Sampai di rumah mendiang sahabatnya, terlihat olehnya suasana duka yang cukup menyedihkan. Tangisan dari orang tua Riska memenuhi telinga Meri. Hatinya merasa sakit, kehilangan sahabat adalah sesuatu yang kesekian dari daftar hal yang paling tidak diinginkan oleh Meri.
Kakinya melangkah pelan sebab rasanya seperti diikat dan diberi beban yang sangat berat. Mata Meri mulai berkaca-kaca. Semakin cepat Meri membelah kerumunan untuk melihat wajah sahabatnya itu sebelum dikafani. Akhirnya, tangisnya tumpah melihat keadaan Riska.
Matanya terpejam, badannya terlihat sangat kurus seakan-akan sari hidupnya benar-benar diisap oleh sesuatu. Meri menangis sejadi-jadinya. Tangisan mereka yang merasa berduka seakan berlomba-lomba memenuhi udara. Namun, semuanya telah terjadi, tak ada yang bisa dilakukan selain mencoba mengikhlaskan. Meskipun akan berat sebab Riska adalah anak kesayangan. Kesayangan keluarga, kesayangan sahabatnya, dan kesayangan mereka semua.
Hingga di pemakaman ekspresi murung tidak berganti, mungkin beberapa hari nanti tetap akan begitu. Selesai upacara dan proses membumikan jenasah, Meri langsung pulang dan mengurung diri di kamar. Ia sangat terpukul dengan kematian sahabatnya itu. Seharian ia hanya dihabiskan dengan menatap jendela sambil mengingat kenangan yang sudah mereka lalui selama bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/248684527-288-k79691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Berangai[END]
HorrorLiburan yang seharusnya menyenangkan menjadi menyeramkan. Kala malam datang, desa Berangai dihebohkan dengan bermacam teror dan hal-hal mistis yang menyerang nyawa warganya. Bahkan, yang katanya tak kasat mata bisa membuat manusia meregang nyawa. An...