Bridesmaid

0 0 0
                                        

  Hari Al tidak dibolehkan oleh orangtua nya untuk berangkat ke kampus, ada sedikit penyesalan mengapa kemarin ia tidak berhenti saja dan menunggu hujan reda, lihatlah sekarang ia harus berbaring ditemani obat-obatan pait itu

  Huh kalau saja ia dibolehkan pergi ke kampus mungkin sekarang ia tengah makan siang bersama gadis itu, lelah bermain dengan handphone nya pria itu mencoba untuk tidur

Tok tok tok

Belum berapa lama ia tertidur, Al menangkap suara ketukan dari pintu kamarnya, ia berjalan pelan untuk membuka pintu itu memang saat ini pusingnya sudah membaik

Ceklek

"Niat hati ingin membuat adinda cemburu, bukannya cemburu malah diri sendiri yang sakit" ujar Kalid sambil masuk kedalam kamar Al diikuti oleh Rigel , korvin dan charna

"Voreta mana?"

"Lagi ada kelas tambahan"

"Dia bawa motor sendiri?" Korvin menggeleng sambil mulai memainkan game di handphone nya

"Paling pulang bareng kane" setelahnya Charna berhasil mendapatkan tatapan maut dari Al

"Nggak bisa" Al langsung menyambar jaket hitam miliknya dan juga kunci motor

"Lo mau kemana?"

"Jemput Voreta"

"Lo kagak saki lagi woi?!" Ujar Rigel sedikit berteriak karna al sudah keluar dari kamar nya

"Jadi buat apa kita kesini?" Ucap Kalid

"Pulang-pulang"

Voreta yang baru keluar dari gedung kampusnya terkejut mendapati ada Al yang tengah bersandar ke motor nya, sambil menunduk dengan kedua tangan dilipatkan didada

Bukankah pria itu sakit? Lantas mengapa sekarang ia ada disini, Al mengangkat kepalanya dan langsung menangkap Voreta disana ia pun sontak tersenyum kepada gadis itu, Voreta mulai melangkah mendekat kearah Al

"Lo ngapain disini?"

"Lo pulang sama siapa?" Alih-alih menjawab pertanyaan Voreta ia justru kembali bertanya kepada gadis itu

"Tadi nya mau sama Kane tapi Kane mendadak harus pulang duluan"

"Bagus, ayo naik" Al menaiki motornya juga tak lupa memakai helm full face miliknya lalu menyondorkan satu helm untuk Voreta, tidak berpikir lama Voreta pun lantas juga memakai helm yang diberikan Al

Setelah dipastikan Voreta duduk dengan aman barulah Al mulai melajukan motornya

"Lo nggak sakit lagi?"

"Nggak mendadak sembuh gue" Voreta mengkerutkan keningnya bingung

Mereka sudah sampai dihalaman rumah milik Al setelah Al melepaskan helm nya dengan tiba-tiba Voreta menaruh tangannya dipelipis pria itu, perlakuan tiba-tiba itu lantas membuat jantung Al mulai tidak terkendali

"Masih panas , ngapain keluyuran sih"

"Gue cuma mau jemput lo"

"Ya tapi , Kalau lo kenapa-kenapa dijalan gimana"

"Itu artinya gue masih punya kesempatan buat liatin muka khawatir lo" mendengar itu langsung saja Voreta mencubit keras pinggang lelaki itu dan sukses membuat Al meringis

"Sana masuk habis itu minum obat, makasih udah jemput gue, gue mau pergi lagi"

"Kemana?"

"Butik mama"

"Gue an-"

"Nggak! Masuk buruan" potong gadis itu seraya sedikit mendorong tubuh Al untuk berjalan ke arah pintu rumahnya begitu pula dengan Voreta yang langsung meninggalkan halaman rumah Al

Setelah meninggalkan halaman rumah Al, Voreta langsung menuju kamarnya hanya untuk sekedar menukar baju dan sedikit memoles wajahnya, Korvin yang melihat adiknya didalam kamarpun sontak memperhatikan Voreta yang sudah lengkap dengan stelan celana dasar hitam dipadukan dengan baju kaos putih dan diluarnya terdapat blezer hitam

"Mau kemana dek? Jalan sama Al?"

"Nggak lah yakali, mama nyuruh ke butik"

"Gue lagi males nganter"

"Yee siapa juga yang mau di anter, bye abang"

"Titip nasi goreng dek!" Voreta hanya mengacungi jempolnya sebagai tanggapan dari ucapan Korvin

  Voreta langsung menuju butik Sierra, tadi sebelum ia pulang Sierra menelfonnya menyuruh Voreta untuk datang ke butik milik mama nya itu, sejujurnya ia tidak tau mengapa tiba-tiba Sierra menyuruhnya kesana

Setelah memarkirkan motornya Voreta langsung masuk kedalam butik yang lumayan besar itu, dan langsung disambut oleh pelayan butik yang sudah mengenalnya lama

"Selamat siang nona"

"Siang kak, ada mama?"

"Ada nona, Bu sierra ada di ruangannya" setelah berterimakasih Voreta langsung menuju ruangan sang ibunda yang berada dilantai kedua

Ceklek

Saat membuka pintu ruangan mamanya itu, voreta mengkerutkan keningnya pasalnya ada Kane disana dan juga satu anak kecil perempuan dan satu lagi lelaki dewasa ia tebak itu adalah Ayahnya Kane

"Sini Vo masuk" setelah dipersilahkan masuk barulah Voreta menghampiri mereka yang berada di sofa ia duduk di samping mamanya

"Ini om Ren temen sekaligus rekan kerja papa" Voreta sedikit mengangguk sambil tersenyum kepada pria yang disebutkan Sierra "Kamu sama Kane udah kenal kan?"

"Mama tau darimana?"

"Ulang tahun tadi malam itu ulang tahun perusahaan nya om Ren Vo"

"Maaf om semalam Voreta nggak bisa dateng, lagi jagain temen sakit"

"Tidak apa-apa Vo"

"Om Ren mau mesan set pengantin buat acaranya 1 bulan lagi, kebetulan karna kamu teman Kane om Ren mau kamu yang jadi bridesmaid nya" Voreta sontak terkejut mendengar hal itu langsung saja ia sedikit membolakan matanya

"Kenapa Voreta om?"

"Kane yang minta om buat minta tolong ke kamu Vo, om harap kamu.bisa menerimanya"

Setelah perbincangan tadi Voreta , Kane dan Aura memilih untuk keluar dari ruangan itu, sekarang mereka tengah dilantai dasar melihat-lihat apa model baju yang akan Aura pilih untuk pernikahan papa nya nanti

"Kenapa nyaranin gue ke papa lo?"

"Gua nggak ada temen lain, lagian calon mama baru juga nggak punya sodara" Voreta hanya  menggeleng pelan "oiya ini siapa namanya, kakak belum tau"

Aura tersenyum lebar ke arah Voreta "Aura kak, kakak cantik pasti yang pernah diajak pergi sama abang" Voreta menatap Kane seakan berkata 'anak ini tau darimana'

"Iya , Aura umur berapa?" Aura menunjukkan jarinya yang mengisryaratkan angkat 5

"Lima tahun, Aura sudah besar!" Voreta yang gemas melihat tingkah anak kecil digendongan Kane itu lantas sedikit mengacakkan rambutnya sambil terkekeh pelan

"Cocok banget ya mereka, anaknya juga cantik"

"Iya bu, mama papa nya yang satu ganteng yang satu cantik ya pasti anaknya juga cantik"

"Bibit unggul ya bu"

Voreta yang mendengar bisik-bisikan pelanggan yang berdiri tidak jauh dari mereka pun sontak melayangkan senyum terpaksanya, dan tentu saja tidak luput dari pandangan Kane, Kane mengangkat satu tangannya ke arah kepala Voreta

"Jangan didengerin, anggap kayak dikampus aja" ujarnya sambil sedikit mengacak rambut Voreta

Bukan Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang