Part 22

1.5K 46 9
                                    

Jalanan yang basah mulai mengering, pepohonan rindang sesekali meneteskan sisa air hujan yang masih menggenang didedaunan,hujan baru saja reda awan mendung mulai berubah warna,  langit gelap mulai cerah seiring kemunculan matahari tapi sayang sang pelangi masih enggan menampilkan diri nya yang indah.

Seorang gadis cantik yang sedari tadi menatap langit tampak murung mungkin karena dia kecewa tak menemukan sang pelangi. Ia menghela nafas berat menatap lurus kejalanan sesekali dia tersenyum terkadang kembali murung, kemana senyuman itu pergi bahkan mentari pagi merindukan senyuman sang gadis.

***
Kamar yang semula tertata rapi sekarang bagaikan kamar yang tak berpenghuni tepatnya seperti baru saja ada gempa, setiap sudut kamar sangat berantakan dan berserakan, di balkon kamar terlihat seorang pemuda duduk melamun sambil memetik sembarang senar gitarnya  suara yang dihasilkan pun  sangat berantakan tapi terdengar miris dan menyedihkan. Tatapan itu kosong keceriaan seakan sirna, seorang wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari tempat kevin duduk hanya bisa mengusap dada nya sesekali memandang kotak cincin yang hendak dia berikan pada kevin tapi situasi tidak memungkinkan.

" vin, mau sampai kapan kamu seperti ini,ayo makan dulu sayang nanti kamu sakit sayang" ujar sang mama lembut tapi sayang nya tak dihiraukan sama sekali sang putra masih sibuk dengan pikiran nya.

Mama kevin akhirnya menyerah membujuk kevin dan berjalan keluar kamar menghampiri ray yang sudah menunggu di ruang tamu.
" gimana tante" tanya ray cemas
" masih sama seperti sebelumnya ray, dia sangat terpukul dan menyesal, tante gak tahu harus bagaimana lagi" lirih mama kevin dengan sedih

Ray sudah menganggap mama kevin  layak nya ibu sendiri karena sedari dulu sudah bersahabat dengan kevin, ray memohon izin menemui kevin dan mendapat anggukan dari mama kevin yang masih tersandar di sofa.
Ray menghampiri sang sahabat dan duduk tepat disamping kevin yang tak memperdulikan kedatangan nya.

" bro, penyesalan itu memang selalu belakangan tapi ini bukan alasan buat lo menyerah bukan" celetuk ray sambil mengambil gitar kevin.

" mau apa lo kesini, gue gak butuh ceramah gue cuma butuh dea" sahut kevin memberi penekanan dalam setiap katanya.

" gue gak mau ceramahin lo cuma mau ngasih tahu lo, sekarang giliran lo yang memperjuangkan cinta lo kalau lo memang mencintai nya bukan  nya jadi pengecut kayak gini" sela ray lantang membuat kevin bergeming dan menatap tajam kearah ray.

" gue teramat mencintai dea apapun akan gue lakuin demi dia, jadi jaga ucapan lo" sahut kevin geram dan ray malah tesenyum simpul melihat ekspresi kevin

" ya sudah buktikan  bro, bukan nya seperti ini " balas ray dan meninggalkan kevin yang terdiam dengan ucapan ray
" gue udah usaha cari dia tapi gak ada ray, dan gue bisa gilaaa" pekik kevin menendang gitar hingga pecah dan ray tak mengacuhkan nya.

" maafin gue vin, gue mau lo bangkit dan mengejar cinta lo yang sebenar nya selalu menunggu , sudah cukup lo dengan hukuman ini vin" gumam ray pelan dibalik pintu kamar kevin hingga akhirnya dia pamit pulang.

***
Aku masih sibuk menatap layar laptop dan buku buku tebal ku, aku harus mengejar ketertinggalan mata kuliah ku yang sudah 1 bulan kutinggalkan.
Sekarang saat nya aku kembali menjalani aktivitas ku seperti sedia kala tanpa cinta dan air mata. Bunda yang sudah bersiap kemudian menghampiri ku yang sibuk menyusun perlengkapan kuliah ku.

" kamu udah siap dea" tanya bunda lembut
" udah bunda, ayo bunda kita lets go" sahut ku sumringah.
Hari ini aku kembali kuliah dan bunda ingin dia yang mengantarku karena ingin memastikan aku baik baik saja.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kampus, aku mencium pipi bunda dan bergegas turun dari mobil.
Aku menatap parkiran tempat biasa mobil kevin tapi tak ada yang ada hanya mobil ray, entah kenapa aku cemas memikirkan nya.

BUKAN DIA TAPI AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang