2. "I Want To See You, Mom"

40 4 0
                                    

Gia duduk di pinggiran lapangan, menunggu Bima menyelesaikan olahraga basketnya. Bima adalah sahabat Gia di sekolah ini. Bisa sahabatan karena Bima sering membantu Gia ketika Masa Orientasi Siswa (MOS).

"Gia...!" Seru Bima.

"Hah?"

Bima menunjuk ke arah pintu kantin. Aldo dan Gabriella keluar dari sana. Mereka bukan pasangan kekasih, tetapi bersaudara. Bima menyukai Gabriella tapi sepertinya Gabriella menyukai Devara. Sedangkan Aldo dan Gia, mereka  tahu bahwa mereka saling suka tapi enggan berpacaran.

Bima menyimpan bola basketnya dan duduk disamping Gia.

"Devara juga suka nggak sih sama Gabriella?" Tanya Bima tanpa melepas pandangannya pada Gabriella.

"Enggak, dia sukanya sama Nana," Jawab Gia.

"Becanda lo," Bima tak percaya.

"Dih kenapa?"

"Nana? Si anak program beasiswa?"

"Bim, jangan ngerendahin orang."

"Ya maap. Tapi, keluarga kita nih kebanyakan pemilih nggak sih? Gue liat nyokap gue sendiri gitu."

"Bokap gue santai. Nggak tau mamanya Devara ya. Dia kan perfectionist banget,"

"Haha... Beban banget nggak sih?"

"Biar Devara yang mikir. Gue mah ogah. Tapi yang gue tau, Nana orangnya baik. Mungkin baik juga buat Devara. Kalau bokap gue sih santai. Mau dari keluarga mana, asal bisa nyenengin anaknya, oke aja."

"Lo suka sama Aldo nggak ada halangan njir. Dia ganteng, kaya, sopan. Coba apa yang kurang?"

"Dia kurang berani buat berkomitmen,"

"ALDO...!" Teriak Bima.

"Eh lu apa-apaan?! Malu ih!" Panik Gia.

"Ada apa, Bim?" Tanya Aldo.

"Gia nyariin lo nih. Duduk sini lo. Gue pergi dulu,"

Mata Gia melotot ke arah Bima. Tapi, Bima tak perduli dan malah pergi dengan Gabriella.

"Kirain lo sama Bina tuh pacaran. Ternyata dia suka sama adek gue," Kata Aldo.

"Gue kira lo mau pacaran sama gue. Ternyata nggak ada kepastian," Balas Gia dengan sindiran halus.

"Haha..." Aldo hanya tertawa renyah.

"Gitu doang?"

"Apanya?"

"Serah lu dah. Capek gue," Gia sudah menyerah dengan sikap Aldo yang seperti itu. Nampak terlalu menyepelekan perasaan Gia.

Gia melangkah pergi terburu-buru sampai ia menabrak seseorang. Barangnya berjatuhan. Gia membantu seseorang itu untuk membereskan semua buku dan alat tulis bawaannya.

Saat wajah mereka saling bertemu, mata mereka saking bertatap. Detak jantung Gia seakan berhenti. Nafas Gia tercekat.

"Maaf ya. Saya buru-buru banget. Kamu nggak apa-apa kan?" Ucap seseorang itu pada Gia.

Gia masih tak menyangka dengan apa yang Gia lihat. "Sangat mirip," Ucap Gia dalam hati. Gia memandangku tak percaya. "Mom..." Panggil Gia.

"Kenapa? Ada yang sakit badannya?" Netraku memeriksa seluruh tubuh Gia.

"Enggak. T-tapi..." Ucap Gia terbata-bata.

"Saya terburu-buru. Nanti kalau ketemu kita ngobrol lagi ya,"

Aku pergi berlalu meninggalkan Gia. Gia masih terpaku ditempat. Tak tahu harus berbuat apa.

•••••

[REVISI] 'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah' 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang